Menuju konten utama

Berapa Kerugian yang Dialami Tiktok Atas Pemblokiran di India?

Tahun lalu saat diblokir, TikTok mengalami kerugian mencapai 500.000 dolar AS per hari. 

Berapa Kerugian yang Dialami Tiktok Atas Pemblokiran di India?
Ilustrasi Tik Tok. tirto.id/Nadya

tirto.id - India memblokir 59 aplikasi buatan perusahaan Cina termasuk Tiktok pada Senin (29/6/2020) sebagai bentuk perlawanan baru atas memanasnya hubungan kedua negara tersebut di perbatasan Himalaya. Hingga hari ini kamis (2/7/2020), semakin banyak penyedia layanan internet di India yang memblokir aplikasi video-sharing populer tersebut untuk dapat diakses oleh pelanggan mereka.

Pengguna provider Airtel, Vodafone, dan penyedia layanan lainnya melaporkan bahwa aplikasi Tiktok di ponsel mereka tidak dapat diakses lagi. Para pengguna tersebut mengatakan saat mengakses Tiktok, akan ada tulisan yang menginformasikan bahwa ponsel tidak terhubung ke internet.

Tiktok merupakan aplikasi yang pengguna terbesar berasal dari India. Dari 617 juta total unduhan di seluruh dunia, Tiktok telah diunduh setidaknya 277,6 juta kali di India sepanjang tahun 2019 menurut Sensor Tower. Angka tersebut juga merepresentasikan penggunaan Tiktok di India setidaknya mencapai 45 persen dari pengguna di seluruh dunia. Statista menuliskan bahwa setidaknya 440 juta pengguna aktif menggunakan aplikasi tersebut di India per Januari 2020.

Sementara itu negara asal aplikasi Tiktok, Cina, menjadi negara kedua terbesar yang mengunduh aplikasi besutan ByteDance tersebut. Sensor Tower mencatat Cina telah mengunduh 45,5 juta atau 7,4 persen dibandingkan total unduh di seluruh dunia, dan Amerika Serikat di posisi ke tiga dengan jumlah 37,6 juta pengunduhan atau 6 persen.

Dengan adanya pemblokiran menyeluruh aplikasi Tiktok di India tersebut, tentu berpengaruh pada pendapatan perusahaan. Pada tahun lalu, India pun pernah melakukan pemblokiran terhadap Tiktok dalam satu minggu meski aplikasi milik ByteDance tersebut masih dapat diakses oleh pengguna yang telah mengunduhnya di ponsel.

Saat itu, Tiktok mengklaim bahwa mereka telah mengalami kerugian lebih dari 500.000 dolar AS per hari atas pemblokiran selama satu minggu tersebut. Tidak hanya itu, Business Today pun melaporkan pemblokiran tersebut telah membuat setidaknya 250 orang kehilangan pekerjaan.

Kerugian tersebut disebutkan ByteDance termasuk dengan hancurnya nilai investasi yang telah diinvestasikan, dan hilangnya pendapatan komersial dari aplikasi tersebut di India.

“Pemblokiran tersebut berdampak buruk pada basis pengguna aplikasi ini. (Kami) kehilangan hampir 1 juta pengguna baru per hari. Diperkirakan sekitar enam juta permintaan pengunduhan tidak dapat dilakukan sejak adanya pelarangan tersebut,” ungkap wakil perusahaan tersebut.

Pemblokiran terhadap Tiktok, serta 59 aplikasi lain dari perusahaan Cina secara lebih luas tersebut tentu membuat Tiktok mengalami kerugian yang lebih luas. Hal ini juga menjadi tantangan besar bagi Kevin Mayer sebagai CEO baru perusahaan tersebut. Mayer baru saja menjabat posisi penting ini pada 1 Juni lalu, dan sebelumnya bekerja sebagai pimpinan layanan streaming Disney.

Dikutip dari Business Insider, ByteDance melaporkan pendapatan sebesar 5,6 miliar dolar AS dalam tiga bulan pertama tahun 2020. Hal tersebut merepresentasikan pertumbuhan pendapatan setidaknya 130 persen dalam satu tahun. Dengan adanya larangan akses Tiktok di India, Mayer diharuskan mengurangi kerugian sebesar mungkin terlebih ByteDance telah merencanakan untuk masuk di bursa saham Hong Kong dengan nilai perusahaan antara 150-180 miliar dolar AS.

Pemblokiran ini juga dapat mengancam rencana investasi perusahaan itu di India. Tahun lalu ByteDance selaku perusahaan induk TikTok berencana berinvestasi 1 miliar dolar AS di India disertai perekutan 1.000 pekerja, mengingat India adalah negara dengan pengguna Tiktok terbanyak mengutip Reuters.

Tiktok mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa India telah mengundang perusahaan tersebut untuk merespons adanya larangan tersebut dan mengajukan klarifikasi bahwa perusahaan akan mematuhi semua persyaratan keamanan data dan privasi. Namun, Tiktok tidak mengomentari bagaimana realisasi investasi tambahan yang telah mereka rencanakan.

“Manajer kami mengatakan tidak perlu panik. Hal ini biasa terjadi dalam bisnis. Namun, kami semua khawatir akan kehilangan pekerjaan,” ungkap salah satu pengulas konten ByteDance kepada Reuters.

Dalam perintah larangan aplikasi-aplikasi perusahaan Cina tersebut, India tidak menyebutkan nama Cina atau mengutip bentrokan di perbatasan Himalaya yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Pengacara salah satu perusahaan yang dilarang beroperasi di India mengatakan bahwa jika pemblokiran tersebut tidak dibatalkan, perusahaan-perusahaan tersebut akan terhambat untuk berkembang di India. “Ini berpotensi menghilangkan pekerjaan banyak orang,” ungkapnya.

Di sisi lain, Direktur Gateway House Blaise Fernanders mengatakan bahwa pemblokiran ini akan berdampak pada aplikasi dan promotor masing-masing. TikTok akan mendapat "penilaian negatif" sebab pengguna terbesar berasal dari India.

Baca juga artikel terkait TIKTOK atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Bisnis
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora