tirto.id - Ada satu mitos kesehatan yang tidak akan pernah mati: Kita harus minum delapan gelas air sehari. Pada kenyataannya, itu kurang tepat. Tidak ada sains yang benar-benar mendukung pernyataan tersebut.
Secara global, mitos ini dikenal dengan sebutan “8x8 rule”. Aturan ini menganjurkan kita untuk minum delapan ons air dikali delapan setiap hari, atau sekitar dua liter. Mudahnya, jumlah ini setara enam botol berkapasitas 330 ml (botol air minum ukuran kecil), setara tiga sepertiga botol 600 ml (ukuran sedang), atau setara satu sepertiganya botol 1500 ml (ukuran besar).
Sumber mitos ini sebenarnya simpang siur. Banyak yang percaya bahwa ini berasal dari rekomendasi Food and Nutrition Board pada tahun 1945, yang mengatakan orang membutuhkan sekitar 2,5 liter air dalam sehari. Namun mereka mengambil rekomendasi itu secara tak utuh karena di belakangnya berbunyi: “Sebagian besar dari jumlah ini terkandung dalam makanan.”
Selain itu, ada kemungkinan lain dari mana aturan ini bersumber, yaitu dari ahli gizi bernama Dr. Frederick Stare. Dia menulis buku pada 1974 yang merekomendasikan orang untuk minum enam hingga delapan gelas air per hari. Buku itu juga menunjukkan bahwa buah-buahan, sayuran, dan minuman lainnya secara umum memang mengandung banyak air.
Pada dunia penelitian modern, 8x8 rule sempat dibahas pada sebuah riset pada 2002. Riset ini meninjau lusinan penelitian, survei, dan artikel. Heinz Valtin, penulis riset tersebut, sama sekali tidak menemukan bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kita perlu minum delapan gelas berkapasitas delapan ons air per hari untuk mencukupi asupan air. Meski begitu, temuan itu terbatas pada orang dewasa yang sehat dan kebanyakan menetap di iklim sedang.
Memang ada beberapa keadaan di mana kebutuhan air bisa meningkat, tapi laki-laki dan perempuan sehat umumnya tidak perlu mengonsumsi air dalam jumlah yang begitu besar.
Di sisi lain, tidak minum cukup air dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh (dehidrasi) ringan, yang didefinisikan sebagai hilangnya 1-2 persen berat badan karena kehilangan cairan. Dalam kondisi ini, orang mungkin akan mengalami kelelahan, sakit kepala, suasana hati yang terganggu, dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh lainnya.
Untuk menghindari kekurangan cairan tubuh ringan, kita tidak perlu secara ketat mengikuti aturan 8x8. Itu karena secara alami kita memiliki “alarm” bernama rasa haus. Ketika kita merasa haus, maka itu artinya kita membutuhkan air.
“Sebagai manusia, kita memiliki sistem homeostatis ini. Jadi ketika kita membutuhkan air, kita merasa haus,” kata Stuart Galloway, seorang profesor di bidang fisiologi, olahraga, dan nutrisi di University of Stirling.
Minum ketika kita haus, menurutnya, bisa mempertahankan level air tubuh kita sekitar 1-2 persen dari kondisi ideal. “Bagi kebanyakan orang, ini baik-baik saja. Bahkan untuk atlet, kehilangan sekitar 1 persen [cairan tubuh] dianggap tak berdampak kepada performa,” lanjutnya. Stuart menyimpulkan bahwa rasa haus tak berarti pertanda buruk, meski itu artinya tubuh kita memang butuh air.
Seiring bertambahnya usia, ambang rasa haus setiap orang bisa berubah dan saat itulah kekurangan cairan tubuh bisa menjadi ancaman. Ini juga berlaku untuk anak-anak, yang malah lebih rentan mengalaminya karena mereka lebih aktif secara fisik.
Selama berkegiatan, anak-anak mungkin tidak langsung merasakan sensasi haus karena mereka begitu bersemangat untuk bermain. Hal itu membuat kebutuhan cairan mereka yang hilang malah jadi tidak tergantikan.
Sebaliknya, Amanda Burls, seorang profesor kesehatan masyarakat emeritus di City University of London, memperingatkan bahwa minum terlalu banyak air dapat membahayakan tubuh. Keracunan air atau hiponatremia terjadi ketika jumlah elektrolit dalam tubuh menjadi tidak seimbang dengan asupan air yang berlebihan, sehingga bisa mengganggu fungsi otak. Burls menulis jika kekurangan atau bahkan kehilangan cairan tubuh dikatakan sebagai penyebab paling umum dari sakit kepala.
Sebenarnya seberapa banyak kita perlu minum ditentukan oleh berbagai hal; tidak bisa dipukul rata dengan minum delapan gelas air sehari. Tidak ada rekomendasi resmi untuk jumlah harian yang dibutuhkan orang-orang. Jumlah itu dipengaruhi oleh apa yang mereka konsumsi, di mana mereka tinggal, seberapa besar tubuh mereka, apa aktivitas sehari-hari mereka, dan masih banyak lagi.
Walau demikian, bukan berarti kita bisa menyepelekan minum air. Manusia tetap dianjurkan untuk terus mengganti cairan tubuh yang hilang, apalagi pada kondisi sekarang di mana banyak penyakit dan orang sakit yang ada di sekitar kita. Salah satu anjuran memenuhi cairan tubuh yang paling baik adalah dengan rutin minum air mineral.
Faktanya, air mineral dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan menyeimbangkan kadar cairan dalam tubuh yang diperlukan, terutama ketika sakit. Secara biologis, air yang mengandung mineral bisa membantu membawa oksigen ke darah (butuh waktu lima menit tepatnya), lalu darah akan memompa sel-sel kita ke otot-otot dan organ-organ yang membuat mereka bisa berfungsi dengan baik. Pada akhirnya itu semua membantu kekebalan kita ketika tubuh menghadapi bakteri, kuman, dan virus yang masuk.
FDA, lembaga Amerika Serikat yang mengurus perkara makanan dan obat-obatan, menyebut bahwa air mineral harus mengandung setidaknya 250 bagian per juta (part per million atau ppm) mineral yang “asli berasal dari sumber air bawah tanah yang terlindung secara geografis dan fisik.” Sayangnya meski mineral amat penting bagi tubuh, tubuh tidak dapat memproduksi mineral sendiri.
Di era modern, air mineral sudah mudah ditemukan dalam kemasan. Laporan Periksa Data Tirto (2018) soal mutu dan akses air bersih di Indonesia menyebut untuk kebutuhan minum, mayoritas sumber air minum masyarakat Indonesia adalah—sesuai urutan—air dalam kemasan, sumur terlindung, dan air tanah dengan memakai pompa.
Bukan hal mengejutkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang bergantung pada air minum dalam kemasan (AMDK), meski ini kebanyakan terjadi di masyarakat kelas menengah. Namun Asian Development Bank melaporkan kelas ini tumbuh hingga 43 persen pada 2009. Pada tahun yang sama pula, Indonesia mengonsumsi 15,7 miliar liter air kemasan botol; menjadikan Indonesia sebagai konsumen air kemasan terbesar kedua di Asia-Pasifik setelah Tiongkok.
Salah satu produk air mineral di Indonesia adalah Le Minerale, produk milik PT Tirta Fresindo Jaya yang merupakan anak perusahaan Mayora Indah. Air mineral Le Minerale berasal dari sumber mata air pegunungan terpilih yang diambil dari kedalaman 100 meter di bawah tanah, sama seperti yang FDA syaratkan. Untuk memastikan kandungan mineral alami tetap utuh sampai ke tangan konsumen, Le Minerale memiliki teknologi mineral protection system.
Kemudian, Le Minerale diproses melalui sistem pengaman ganda. Pertama, sistem kemasan termodifikasi yang membuat botol keras sebelum dibuka. Kedua, tutup yang disegel secara khusus. Segel ini menjamin Le Minerale higienis dan lebih aman sehingga membuat mineral alami di dalamnya tetap terjaga sampai ke tangan konsumen.
Leonardo da Vinci pernah berkata jika air adalah kekuatan penggerak semua kehidupan di alam, tak terkecuali bagi manusia. Mengingat pentingnya mineral pada air minum, Le Minerale bisa menjadi solusi air mineral berkualitas untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Maka dengan rutin meminum air mineral, kehidupan pun bisa terus bergerak meski dalam kondisi kurang kondusif seperti saat ini.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis