Menuju konten utama

Benarkah Daging Segar Lebih Baik dari Daging Beku?

Daging segar justru berpotensi terkontaminasi bakteri lebih cepat ketimbang daging beku.

Benarkah Daging Segar Lebih Baik dari Daging Beku?
Daging beku impor. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak

tirto.id - Anggapan bahwa kualitas daging segar lebih baik daripada daging beku masih menjadi acuan yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat Indonesia hingga saat ini. Namun, apakah benar demikian?

“Salah besar jika menganggap beli ayam yang langsung potong di pasar itu lebih segar,” tandas Anwar Fuadi, Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Perkebunan dan Peternakan Lampung.

Hal ini disampaikan Anwar pada workshop “Tantangan Baru dalam Penanganan Zoonosis, PIB, dan AMR di Indonesia” yang dihelat di Lampung, Rabu (19/6/2019). Menurutnya, salah satu cara menjaga kualitas produk adalah menjaga suhu, terutama produk daging. Bakteri dapat membuat daging terkontaminasi hanya dalam waktu 4 jam saja.

Anwar menambahkan, segala jenis daging, termasuk unggas, idealnya harus melewati sistem rantai dingin, mulai dari rumah potong, pendistribusian, penjualan, hingga penyimpanan di rumah konsumen. Daging harus ditempatkan di dalam alat atau perangkat pendingin supaya bakteri tidak berkembang biak.

“Potong daging per bagian, sesuai yang dimasak. Jangan dicairkan lalu dimasukkan kembali ke pendingin,” saran Anwar.

Workshop ini merupakan rangkaian dari acara USAID-FAO Media Fellowship II yang diikuti oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO) serta sejumlah lembaga atau instansi terkait dan dilaksanakan di Lampung hingga Jumat (21/6/2019) mendatang.

Lampung menjadi salah satu daerah pemasok produk unggas ke seluruh Indonesia, terlebih Jabodetabek. Agar mampu bersaing dengan peternak daerah-daerah lain, peternak Lampung berupaya menjaga kualitas dan membuat spesifikasi produk dengan mendaftar Nomor Kontrol Veteriner (NKV).

NKV merupakan standar praktek terkait kesehatan hewan. Pangan yang memiliki NKV artinya dijamin aman, sehat, utuh, dan halal.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan (Pinsar) Petelur Nasional (PPN) Lampung, Jenni Soelistiani, menyebutkan bahwa jumlah peternak petelur di Lampung mencapai kurang lebih 1.000 orang dengan populasi 4 juta ekor dan produksi telur sebanyak 200 ton.

Baca juga artikel terkait DAGING BEKU atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Iswara N Raditya