Menuju konten utama

Banyak Komplain, Apakah Brand Tas Mewah Menurunkan Kualitas?

Harga selangit produk tas branded, bagi sejumlah konsumen, tak menjamin kualitas tas dapat konsisten sepanjang masa. Kenapa, ya?

Banyak Komplain, Apakah Brand Tas Mewah Menurunkan Kualitas?
Header Diajeng Tas Mahal Harga Menurun. tirto.id/Quita

tirto.id - Siapa sih yang tak kenal Polène? Yup, merek tas asal Prancis ini tengah banyak diminati Gen Z, generasi yang sedang tumbuh dan diyakini menjadi pasar fashion paling besar di dunia.

Sama seperti Coach, Polène masuk dalam kategori mid-range luxury brand atau merek mewah kelas menengah yang menghasilkan produk berkualitas tinggi. Ibaratnya, merek dengan harga tas lebih mahal dari Zara, tapi lebih murah dari Prada.

Tas Polène viral karena bentuknya minimalis dan unik dengan lipatan, draperi, atau anyaman. Ia berbahan calf leather atau kulit anak sapi yang bersumber secara eksklusif dari penyamakan kulit bersertifikasi Spanyol dan Italia.

Tas yang dibuat dengan tangan di Ubrique, Spanyol, ini memiliki 17 pilihan warna, seperti beige, camel, taupe, olive, burgundy, midnight blue, lilac, mauve, dan grey.

Namun merek yang baru berusia 7 tahun ini belakangan banyak dikomplain. Warga media sosial ramai-ramai melakukan testimoni atas mutu tas Polène yang makin ke sini, dirasa makin mengecewakan.

Di TikTok, Instagram, dan YouTube, pengguna Polène mengeluhkan soal jahitan benang tidak rapi bahkan lepas, lem yang masih terlihat, sampai mutu kulit yang mudah lecet, bernoda, tergores, dan mengelupas.

Ah, harga tas di kisaran 5 sampai 8 jutaan rupiah dirasa tak sebanding dengan mutu yang pembeli dapat!

Bukan hanya mid-range luxury brands, kategori luxury brands seperti Chanel, Louis Vuitton, dan Gucci ternyata juga ikut kena komplain serupa.

Header Diajeng Tas Mahal Harga Menurun

Header Diajeng Tas Mahal Harga Menurun. foto/IStockphoto

Lantas, apa benar merek tas-tas mahal menurunkan kualitasnya?

Untuk menjawab ini, ada baiknya kita kembali ke bagaimana perjalanan sebuah tas bisa sampai di tempat kita membelinya, baik itu di butik maupun secara daring.

Bila membeli langsung di butik atau di situs aslinya, tas mewah incaranmu ini dijamin asli. Namun bila membeli secara daring, pastikan kamu lebih teliti lagi sebelum check out.

“Tidak seperti tas palsu yang biasa kita temui, yang sering memiliki perbedaan jelas dan dapat dibedakan dari produk asli, tas superfake (palsu dengan kualitas super) hampir tidak dapat dibedakan dari yang asli,” jelas Jane Thompson, salah satu pendiri Blue Spinach—premium reseller Australia untuk tas, aksesori, sepatu, perhiasan, dan pakaian brand mewah internasional.

Sebagai authenticator and valuer dengan pengalaman lebih dari 27 tahun di industri resale, ia mengatakan bahwa tas-tas superfake saat ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga hampir tidak mungkin membedakannya.

Perkara kualitas, sebenarnya saat memasuki suatu negara, sebuah tas harus melalui pemeriksaan kualitas.

Misal, tahun 2017, menurut laporan pemeriksaan kualitas oleh Biro Industri dan Perdagangan Beijing dalam kategori barang dagangan tas, di antara 25 brand yang terdaftar, banyak tas dari merek mewah, seperti Furla, Michael Kors, Valentino, Louis Vuitton, dan Gucci yang memiliki masalah kualitas.

Barang-barang tersebut tidak lulus uji terutama karena gagal dalam uji oscillation impact performance. Sebuah produk dikhawatirkan mengalami dampak osilasi jika berubah bentuk atau patah saat diuji dalam kondisi beban berat standar.

Biro akan menyarankan brand untuk mengambil tindakan dan menarik barang yang bermasalah. Ini artinya, tas-tas yang masuk dan diperjualbelikan seharusnya sudah melalui pemeriksaan kualitas agar tidak bermasalah pada daya tahan.

Chanel sendiri menaikkan harga 21 persen pada 2022 (kini di 2023, naik lagi 16 persen dari harga di 2022), membuat orang-orang mempertanyakan apakah brand ini menginvestasikannya kembali pada bahan atau perajin yang lebih baik untuk meningkatkan produknya.

“Apalagi sekarang, mengingat kenaikan harga yang tidak masuk akal (tanpa disertai peningkatan kualitas, ingatlah), sepertinya tas tersebut tidak sebanding dengan harganya,” ulas seniman visual lepas dan pembuat tas kulit asal Florence, Genevieve Go, Agustus 2022.

“[…] Salah satunya, menurutku kulit kaviar yang sekarang terasa sedikit [menyerupai] plastik, dan tidak setebal sebelumnya. Bentuk tas tidak dapat ditahan dengan baik setelah kamu memasukkan barang ke dalamnya, dibandingkan dengan flap bags yang lebih ‘terstruktur’ sebelumnya. Aku pikir para kolektor lama mungkin juga setuju bahwa merek Chanel vintage memiliki kualitas dan bahan yang lebih baik,” sambung Go.

Header Diajeng Tas Mahal Harga Menurun

Header Diajeng Tas Mahal Harga Menurun. foto/IStockphoto

Masalah yang paling sering dilaporkan adalah kulit kaviar Chanel yang kusam, tidak rata, dan terkelupas. Ada benjolan kecil atau ketidakteraturan terutama pada kulit domba yang halus. Kualitas jahitan pun kadang bisa jadi terlalu ketat, terlalu longgar, atau bengkok.

Masalah lainnya ada pada kualitas keselarasan, khususnya untuk Chanel Classic Flaps. Padahal keselarasan adalah bagian sangat penting. Quilt harus sejajar dari flap depan hingga ke seluruh bagian tas dan di bagian belakang. Quilt pada saku pun harus sejajar.

Sementara masalah terbesar pada perangkat keras Chanel adalah perubahan warna, terutama untuk perangkat keras berwarna emas. Hal ini biasanya tidak langsung terjadi, tetapi seiring pemakaian.

Dulu, tas Chanel biasa menggunakan emas 24 karat untuk melapisi perangkat kerasnya. Tas vintage Chanel lebih jarang mengalami perubahan warna ketimbang tas yang lebih baru. Chanel sendiri telah menghentikan penggunaan lapisan emas 24 karat sejak akhir 2008.

Penyebab potensial lain dari penurunan kualitas adalah perubahan dalam proses manufaktur. Seiring dengan pertumbuhan dan perluasannya, ada kemungkinan brand mengalihdayakan sebagian produksinya ke perusahaan lain.

Meskipun outsourcing dapat membantu brand memenuhi permintaan yang meningkat, hal ini juga dapat menyebabkan penurunan kualitas jika perusahaan outsourcing tidak mematuhi standar brand itu sendiri.

Di sisi lain, banyak pula yang berpendapat kualitas Chanel yang sudah hadir sejak 1909 ini tidak menurun sama sekali. Mereka menunjukkan bahwa merek ini masih dikenal karena bahannya yang mewah dan perhatiannya terhadap detail.

Kalaupun ada masalah pada kualitas produk Chanel, itu merupakan insiden yang terisolasi dan bahwa merek tersebut secara keseluruhan masih memproduksi barang-barang berkualitas tinggi.

Sama seperti Chanel, walau mendapat komplain, tas Polène tetap punya banyak peminat karena secara keseluruhan tas ini tetap berkualitas tinggi.

Tasya Farasya, influencer dan content creator, adalah salah satu pencinta tas Polène. Ia sampai membeli empat tas yang sedang hype ini dengan model dan ukuran berbeda, mulai dari large hingga mikro.

“Aku lagi jatuh cinta banget sama tas Polène. Yang mikro lucu banget! Aku sengaja beli tas ini buat kembaran sama anakku, Ayang,” ungkapnya di salah satu konten TikTok.

Pada akhirnya, sulit untuk mengatakan secara pasti apakah kualitas sebuah tas telah menurun dari waktu ke waktu. Beberapa orang tetap merasa puas dengan merek mewah tertentu, sementara yang lain memiliki masalah dengan kualitasnya.

Penting diingat, seperti halnya merek apa pun, akan selalu ada tingkat variabilitas dalam kualitas produk perusahaan. Bahkan merek yang paling terkenal sekalipun akan memiliki beberapa pelanggan yang tidak puas dengan pembelian mereka.

Sebagai pembeli, yang bisa kita lakukan untuk mendapat tas dengan kualitas terbaik adalah memeriksa dengan cermat di butik atau memilih marketplace yang mengizinkan pengembalian.

Dengan begitu, jika tak sepenuhnya puas, kamu bisa pikir ulang untuk membeli atau langsung mengajukan pengembalian barang.

Satu yang tak kalah penting, jangan malas untuk merawat tas dengan benar agar kualitasnya tetap terjaga, ya!

Baca juga artikel terkait TOUCHUP atau tulisan lainnya dari Glenny Levina

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Glenny Levina
Penulis: Glenny Levina
Editor: Yemima Lintang