tirto.id - Laporan terbaru Bank Dunia menilai prospek pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik akan semakin kuat dalam tiga tahun mendatang.
"Kebijakan yang kuat serta kenaikan proyeksi perekonomian global secara bertahap telah membantu negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik untuk mempertahankan pertumbuhan dan menurunkan kemiskinan," ujar Presiden Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa di Jakarta pada Kamis (13/4/2017) seperti dikutip Antara.
Meskipun demikian, laporan terbaru Bank Dunia berjudul "East Asia and Pacific Economic Update" juga menyebutkan sebenarnya kerentanan domestik dan global masih membawa risiko bagi negara-negara Asia Timur dan Pasifik. Ini mengingat masih ada potensi penyesuaian suku bunga di Amerika Serikat, sentimen proteksionisme di beberapa negara maju, ekspansi kredit yang cepat dan tingkat utang yang tinggi di beberapa negara Asia Timur.
Untuk itu, Bank Dunia merekomendasikan pembuat kebijakan berfokus pada tata kelola makroekonomi yang penuh kehati-hatian serta memastikan neraca fiskal yang berkelanjutan untuk jangka menengah.
"Untuk mempertahankan ketangguhan ini, negara-negara tersebut harus mengurangi kerentanan fiskal dan pada saat yang sama meningkatkan mutu belanja pemerintah, serta memperkuat integrasi regional dan global," kata Victoria.
Dalam laporan tersebut, perekonomian Cina diproyeksikan terus melambat secara bertahap, seiring dengan usaha negara tersebut menyeimbangkan konsumsi dan jasa. Pertumbuhan ekonomi Cina diproyeksikan menjadi 6,5 persen di 2017 dan 6,3 persen pada 2018.
Sedangkan lainnya, termasuk negara-negara Asia Tenggara, pertumbuhannya diproyeksikan naik menjadi sebesar 5 persen pada 2017 dan 5,1 persen di 2018 atau naik dari 4,9 persen pada 2016.
Sementara di Indonesia, ekspansi kredit dan kenaikan harga minyak akan mendorong perekonomian tumbuh ke 5,2 persen di 2017, naik dari 5 persen pada 2016.
Secara keseluruhan, perekonomian negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik diproyeksikan naik menjadi 6,2 persen pada 2017 dan sebesar 6,1 persen di 2018.
Ekonom Utama Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik Sudhir Shetty menambahkan terlepas dari proyeksi yang positif, ketahanan wilayah tetap tergantung oleh keputusan pembuat kebijakan dalam mempertimbangkan ketidakpastian global dan kerentanan domestik.
"Pembuat kebijakan harus memprioritaskan kebijakan yang mengatasi kebijakan global yang dapat mengancam ketersediaan dan biaya keuangan eksternal, serta pertumbuhan ekspor," kata Shetty.
Peningkatan pendapatan fiskal dapat membantu pemerintahan di seluruh kawasan untuk mendanai program yang bisa meningkatkan pertumbuhan dan memperkuat inklusivitas. Beberapa negara lebih kecil dengan ekonomi yang berbasis ekspor komoditas harus mengambil langkah untuk meningkatkan kemampuan fiskal.
Dengan naiknya inflasi, meski rendah, dan kemungkinan pemasukan arus modal yang lebih bergejolak, laporan Bank Dunia menyatakan pembuat kebijakan tetap harus menyesuaikan kebijakan keuangan. Tantangan jangka lebih panjang untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik adalah mempertahankan pertumbuhan tinggi sambil memastikan adanya inklusivitas yang lebih besar.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom