tirto.id - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyebut mafia migas menjadi salah satu hambatan investasi di Indonesia khususnya dalam proyek kilang. Oleh karena itu, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan setiap investasi di sektor migas di Indonesia perlu dikawal dengan baik agar bisa benar-benar terealisasi.
“Ini saya sadar bahwa investasi di kilang ini anginnya besar karena kita berhadapan dengan para mafia minyak. Tapi kalau dikawal dengan baik saya yakin bisa berjalan dengan baik,” ucap Purbaya dalam konferensi pers virtual, Selasa (9/6/2020).
Purbaya mengatakan contoh terdekat dari hambatan mafia migas bisa dilihat pada kasus yang menimpa perusahaan minyak Cina bernama Sinopec. Sinopec awalnya berencana berinvestasi fasilitas penimbunan minyak senilai 800 juta dolar AS di Kawasan Batam.
Sinopec diganggu permasalahan hukum oleh pemain domestik selama 7 tahun sehingga tidak bisa berjalan. Namun, Purbaya mengatakan persoalan ini sudah hampir kelar. Ia memperkirakan perusahaan ini bakal lanjut berinvestasi kilang minyak di kawasan itu.
“Begitu masuk (investasi) Kemenko Marves akan mengawal seperti halnya kita mengawal investasi CPC dari Taiwan di Balongan, Jawa Barat. Jadi enggak ada yang main-main lagi gitu,” ucap Purbaya.
Purbaya menegaskan pengawalan ini jadi penting karena banyak perusahaan yang akan berinvestasi kilang di Indonesia. Ia mencontohkan pengusaha domestik dan perusahhaan asal Cina sudah ada yang tertarik berinvestasi kilang lagi di Indonesia dengan nilai proyek keduanya masing-masing 5-6 miliar dolar AS.
Belum lagi Abu Dhabi yang juga tertarik berinvestasi kilang di Balongan, Jawa Barat dan Dumai, Kep. Riau. Hal ini menurut Purbaya jadi sinyal positif meski tidak dapat dipungkiri sebagian negara mulai menarik diri dari investasi migas di Indonesia karena penurunan harga minyak.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan