tirto.id - Sejak sekitar setahun terakhir, ada tren makanan yang tiba-tiba saja menyeruak, terutama di kalangan vlogger: Samyang Challenge. Tantangannya sederhana, hanya makan sebungkus mi instan bermerek Samyang dengan rasa spicy chicken. Sepele. Tapi jadi terasa berat karena mi asal Korea Selatan ini bisa membakar lidah.
Samyang bukanlah produk baru dalam dunia mi instan. Samyang Food adalah perusahaan pertama yang memproduksi mi instan di Korea Selatan pada 1963. Varian spicy chicken pun sudah ada sejak setidaknya tiga tahun terakhir. Namun barulah saat Samyang Food lebih menggiatkan ekspor, varian ini terdengar makin nyaring di seluruh dunia.
Varian Samyang pernah diulas di blog The Ramen Rater. Pembuat blog adalah Hans Lienesch, seorang penggila mi instan. Dia mendaku sudah pernah mencicipi lebih dari 700 varian mi instan. Sejak 2012, dia rutin membuat daftar mi instan terpedas di dunia. Pada tahun itu, Samyang belum dicicipi Hans. Entah karena belum masuk ke Amerika Serikat, atau memang belum diproduksi.
Ketika akhirnya mencicipi mi ini pada 2013, Hans langsung memasukkannya dalam daftar yang dibuatnya. Tak tanggung-tanggung, langsung menempati peringkat kedua pada 2014. Kemudian turun ke peringkat tiga pada 2015 hingga sekarang.
"Aku sudah melihat lusinan video di Youtube yang memperlihatkan orang-orang makan Samyang. Mi ini amat pedas. Mi ramyun pedas ini punya tekstur apik dan akan segera membuat lidahmu merasakan sengatan pedas," tulis Hans.
Seberapa pedas Samyang spicy chicken ini? Di bungkus belakang, ada peringatan kalau rasa pedas mi ini mencapai 4.404 SHU.
SHU adalah singkatan Scoville Heat Units, sebuah sistem untuk mengukur kepedasan. Metode ini dikembangkan Wilbur Scoville sejak 1912. Hingga sekarang, metode ini masih dipakai untuk mengukur tingkat kepedasan cabai atau makanan. Sekarang, cabai terpedas di dunia adalah Carolina Reaper yang dikembangkan The PuckerButt Pepper Company. Cabai biadab ini punya skala kepedasan hingga 1,5 juta SHU. Untuk perbandingan, cabai rawit hanya memiliki rating 50 ribu hingga 225 ribu SHU.
Jadi kalau dibandingkan, sebenarnya rasa pedas Samyang hanyalah sepersepuluh SHU cabai rawit. Tapi mi instan ini memakai ekstrak cabai yang lebih pedas ketimbang cabai biasa, tentu saja ditambahi bahan-bahan pemedas buatan yang bisa menggandakan rasa pedasnya.
Dalam industri mi instan, 4.404 SHU tentu sudah amat pedas. Walau masih kalah oleh rasa pedas mi instan emart Dare You! Habanero Ramen, juga dari Korea Selatan. Mi instan ini diklaim memiliki kepedasan 5.930 SHU.
Tapi rasa pedas tak menghalangi orang-orang untuk menyikat mi instan ini, terutama Samyang yang kini makin populer. Jika kamu mengetikkan Samyang Challenge di Youtube, ada setidaknya 103.000 hasil yang keluar. Dan pesertanya tidak hanya dari Indonesia. Bahkan di Amerika Serikat, yang orang-orangnya sering diledek berlidah bayi, banyak pula yang mencoba tantangan ini. Tentu saja berakhir tidak baik. Bahkan ada pula yang menangis.
Rasa pedas dalam makanan sebenarnya adalah sesuatu yang asing bagi manusia. Jika mengingat pelajaran biologi yang diajarkan saat sekolah dasar, lidah hanya bisa mengenali 4 rasa: pahit, asin, asam, dan manis. Lidah tak bisa mengenali rasa pedas.
Menurut Paul Rozin, profesor psikologi di Universitas Pennsylvania yang sudah meneliti rasa pedas sejak 1970, rasa pedas ini adalah gabungan dari sensasi kebahagiaan (pleasure) dan rasa sakit (pain). Dalam struktur otak, dua sensasi ini terjadi di bagian yang disebut sebagai "hedonic hot spots", area yang merespons pelepasan endorfin, reaksi yang meningkatkan rasa bahagia.
Menurut Rozin, kecintaan pada rasa pedas tak lebih dari penggabungan dua sistem pleasure dan pain itu. Mencicipi makanan pedas berisiko dan berbahaya, tapi akan membuat lega ketika pedas itu perlahan hilang. Sensasi seperti itu juga sama dengan rasa takut ketika akan melakukan kegiatan berbahaya, seperti menaiki roller coaster, atau terjun payung. Rasa takut hanya ada di awal. Setelah usai, rasa lega dan bahagia yang datang.
"Kegiatan masokis dangkal itu, juga kemauan untuk memakan yang pedas, adalah keunikan yang hanya terjadi pada manusia," kata Rozin pada The Wall Street Journal.
Rozin tak salah mengatakan hal itu. Tak usah jauh-jauh menengok ke negeri orang. Di Indonesia, orang yang tahan memakan makanan pedas, akan dianggap hebat. Mereka yang makan Indomie dengan 100 butir cabai akan mengundang decak kagum, sekaligus keheranan: situ cari mati?
Sedangkan yang tak kuat makan pedas, akan diledek seperti bayi. Jika orang Minang atau Manado tak kuat makan pedas, maka mereka akan digojlok sebagai Minang KW3 atau Manado palsu. Tahan rasa pedas dianggap sebagai tabah menjalani "siksaan" dan rasa sakit.
"Jadi memakan cabai itu bisa jadi merupakan bentuk masokisme, sebuah kesengajaan mencari bahaya," ujar Rozin.
Karena itu memakan Samyang, atau makanan pedas lain, dianggap sebagai sebuah bentuk pameran diri. Bahwa sang penyantap kuat menahan rasa sakit karena pedas. Jadi tak perlu heran jika banyak orang mengunggah video Samyang Challenge, ataupun tantangan makan Indomie dengan 100 butir cabai rawit. Itu adalah bentuk masokisme yang berpadu dengan hasrat narsisme.
Tapi di luar perbincangan tentang Samyang, Korea Selatan memang sedang giat-giatnya mengekspor produk mi instan ke seluruh dunia. Setelah drama, musik pop, mi instan Korea akan jadi tren terbaru. Pada 2014, pasar mi instan di Korea bernilai 1,64 miliar dolar. Negara Ginseng ini juga mengekspor mi instan dengan nilai 320 juta dolar.
Salah satu produsen mi instan terbesar di Korea Selatan adalah Nong Shim. Salah satu produk terkenal mereka adalah Shin Ramyun. Varian ini sudah diekspor ke 100 negara, termasuk Indonesia. Di negara asalnya, merek ini adalah yang paling laris dengan market share sebesar 20 persen. Pada 2015, Shin Ramyun mencapai angka penjualan 28 miliar bungkus sejak pertama kali dikenalkan pada 1986. Di Korea Selatan, merek ini juga menempati nomor satu dalam hal brand awareness dan brand power.
Korea Selatan juga pandai menangkap tren menyantap makanan pedas ini. Ada banyak produk mi instan dari negara mereka yang mengeluarkan varian pedas. Dari daftar mi instan terpedas 2016 versi Ramen Rater, 6 dari 10 merek berasal dari Korea Selatan. Termasuk peringkat pertamanya, emart Dare You! Habanero Ramen.
Mereka juga tahu bahwa Indonesia adalah penyuka dua hal: mi instan dan rasa pedas. Karena itu, bisa diprediksi bahwa produk mi instan asal Korea Selatan akan semakin gencar masuk ke pasar Indonesia. Termasuk yang rasa pedas. Ini tentu akan meramaikan persaingan di palagan mi instan.
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Zen RS