tirto.id - Para peneliti di Cina baru-baru ini menemukan virus flu babi tipe baru yang disebut bisa memicu pandemi baru, yang dinamakan Virus G4.
Dilansir dari CBS News, G4 merupakan turunan dari flu babi H1N1, yang mana sebelumnya, strain virus H1N1 telah menyebabkan pandemi pada tahun 2009 lalu.
Virus yang ditemukan baru-baru ini terbilang unik. Seperti dikatakan para peneliti G4 menjadi gabungan dari beberapa virus sekaligus.
Satu strain mirip dengan flu burung di Eropa dan Asia, strain H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009, dan strain H1N1 dari Amerika Utara yang memiliki gen dari virus influenza pada burung, manusia, dan babi.
Menurut para peneliti, G4 dianggap sangat berbahaya. Sebab, inti dari virus ini adalah virus flu burung dengan campuran strain mamalia di dalamnya.
Sementara manusia sama sekali tidak punya kekebalan terhadap virus ini. Selainn itu, ia juga mampu bereplikasi dalam sel manusia dan menyebabkan gejala yang lebih serius pada musang daripada virus lain.
Dilansir dari The New York Post, dalam sebuah studi yang dihimpun dalam jurnal sains AS, PNAS, pada Senin (29/6/2020) lalu menemukan, bahwa strain yang ditemukan baru-baru ini sudah ada di peternakan babi Cina sejak 2016 dan bereplikasi secara efisien di saluran pernafasan manusia.
Sejauh ini, virus tersebut telah menginfeksi beberapa orang tanpa menyebabkan penyakit, meski para ahli kesehatan tetap khawatir hal itu dapat menjadi lebih buruk meski tanpa adanya gejala dan peringatan sekalipun.
“Virus G4 memiliki semua ciri penting dari kandidat virus pandemi,” tulis peneliti dari studi yang dipublikasi secara online tersebut, dikutip Kamis (2/7/2020). Ia menambahkan, bahwa mengendalikan penyebaran babi dan memonitor populasi manusia dengan cermat “harus segera dilaksanakan.”
Dalam studi berjudul “Prevalent Eurasian avian-like H1N1 swine influenza virus with 2009 pandemic viral genes facilitating human infection” tersebut, para peneliti juga melaporkan bahwa virus ini sudah menular dari hewan ke manusia.
Berdasarkan studi tersebut, tercatat sebanyak 10,4 persen orang yang bekerja di peternakan babi sudah terinfeksi flu tersebut.
Selain itu, 4,4 persen dari populasi Cina secara umum juga sudah terpapar virus atau terinfeksi flu babi G4.
Meskipun belum ada bukti virus ini menular antar manusia, penularan antar manusia tetap menjadi kekhawatiran utama para peneliti, karena saat ini Cina memiliki populasi babi terbesar di dunia.
Dalam studi yang dilakukan oleh gabungan peneliti dari sejumlah universitas di Cina itu, juga telah mengambil 30.000 sampel swab.
Liu Jinhua dari Universitas Agrikultur Cina memimpin tim yang akan memperkirakan strain flu yang berpotensi menjadi pandemi.
Sampel swab itu diambil dari rumah pemotongan babi di 10 provinsi di Cina sejak 2011 sampai 2018. Dari 30.000 sampel swab itu, dihasilkan 179 virus flu babi yang sebagian besar merupakan jenis G4.
"Virus G4 telah menunjukkan peningkatan tajam sejak 2016 dan merupakan genotipe dominan dalam sirkulasi pada babi yang terdeteksi di setidaknya 10 provinsi," kata penulis utama Sun Honglei dikutip dari Science Mag.
Sementara itu, pemerintah Cina dengan cepat merespons temuan para peneliti tersebut dengan mengatakan bahwa studi itu 'tidak representatif'.
Dilansir dari AFP, Kementerian Luar Negeri Cina bergerak cepat untuk meredam kekhawatiran tersebut.
"Virus G4 yang disebutkan dalam laporan terkait adalah subtipe dari virus H1N1. Para ahli telah menyimpulkan bahwa ukuran sampel dari laporan ini kecil dan tidak representatif," kata juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian dalam sebuah briefing rutin, Rabu (1/7).
Zhao menambahkan bahwa departemen dan pakar yang relevan akan terus meningkatkan pemantauan penyakit dengan mengirim peringatan dan menanganinya tepat waktu.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo