tirto.id - Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyakit yang dapat ditularkan dari orang ke orang. Penyebab penularannya pun beragam, mulai dari hubungan seks hingga penularan dari ibu ke bayi.
Namun, sebelum mengenal lebih jauh mengenai penularan HIV, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu HIV. Virus yang ditemukan pada 1986 ini tergolong sebagai virus yang sangat berbahaya. Menurut Mochamad Rochiman dalam "Modul Pembelajaran SMA PJOK" HIV merupakan virus yang menyerang sel-sel darah putih manusia.
Sel darah putih sendiri merupakan sel yang berfungsi membangun kekebalan tubuh. Sel tersebut bekerja untuk melindungi tubuh manusia dari serangan bakteri dan kuman penyakit. Apabila sel darah putih diserang oleh HIV, maka sistem kekebalan tubuh manusia menjadi terganggu.
Hal ini yang menyebabkan penderita HIV rentan terinfeksi penyakit berbahaya, bahkan berujung pada kondisi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). AIDS sendiri adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang karena HIV.
Proses HIV Menyerang Tubuh Manusia
HIV sendiri merupakan virus yang sangat sulit dilawan oleh sel darah putih. Apalagi, menurut Sumaryoto dan Soni Nopembri dalam "Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan" HIV menyerang sel darah putih bernama CD4.
CD4 merupakan sel yang memegang komando dalam mengatur sistem kekebalan tubuh manusia. Sel ini memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dengan sel lain. Sel CD4 inilah yang menjadi sasaran HIV ketika menginfeksi tubuh. Lebih buruknya lagi, HIV menjadikan sel CD4 untuk memperbanyak diri.
Mula-mula HIV masuk ke dalam tubuh dan menyamar sebagai CD4. Kemudian, HIV akan menyusup molekul reseptor CD4 supaya virus tersebut dapat masuk ke dalam sel CD4. Setelah masuk, HIV akan membajak genetika sel CD4 dan menggunakannya sebagai tempat memperbanyak diri.
Akibatnya, HIV berproduksi secara masal dan menjadi tidak terkendali. Kondisi tersebut memicu lebih banyak sel CD4 yang mati karena tidak mampu melawan HIV yang semakin banyak. Padahal semakin banyak CD4 yang mati akan semakin banyak pula HIV yang diproduksi
Pada akhirnya, tubuh manusia menjadi kekurangan sel kekebalan tubuh yang berujung pada ketidakmampuan melawan kuman dan bakteri. Oleh karena itu, penyakit yang tergolong ringan seperti influensa, bisa menjadi sangat berbahaya bagi penderita HIV.
Hal ini karena tubuhnya tidak memiliki cukup kekebalan tubuh dan tidak dapat mengobati dirinya sendiri. Kasus terburuk, penderita HIV/AIDS bisa mengalami infeksi parah yang berujung pada kematian.
Gejala Penyakit HIV/AIDS
Gejala penyakit HIV/AIDS bisa muncul berbeda-beda pada setiap orang, bisa dalam beberapa hari setelah tertular atau dalam beberapa minggu.
Menurut Sumaryoto dan Soni Nopembri gejala awal infeksi HIV/AIDS sama seperti flu, berupa:
- demam;
- rasa lemah dan lesu;
- sendi-sendi terasa nyeri;
- batukl
- nyeri tenggorokan.
Setelah gejala awal tersebut, penderitanya akan mengalami gejala lanjutan seperti terinfeksi penyakit lain. Gejala-gejala yang ditunjukkan biasanya menunjukkan bahwa terjadi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh, termasuk:
- demam berkepanjangan;
- penurunan berat badan lebih dari 10 persen dalam waktu 30 hari;
- tubuh melemah yang kemudian mengganggu aktivitas fisik sehari-hari;
- pembengkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak;
- diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas;
- batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara terus menerus;
- kulit gatal dan muncul bercak-bercak merah kebiruan.
Satu-satunya cara untuk mendiagnosis apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak adalah dengan melakukan tes HIV. Antibodi HIV biasanya akan terdeteksi di laboratorium setelah 1 hingga 6 bulan penderita tertular HIV.
Sehingga, seseorang bisa saja dinyatakan negatif HIV meskipun sebetulnya virus tersebut sudah ada di dalam tubuhnya. Ini disebut dengan window period. Pada saat window period penderita sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain.
Cara Penularan HIV/AIDS dan Risikonya
HIV umumnya terdapat pada cairan tubuh manusia, termasuk darah, sperma, dan cairan vagina. Ketiga cairan tersebut terbukti mampu menularkan HIV dari orang ke orang.
Sementara itu, ilmuwan memang membenarkan bahwa HIV juga dapat ditemukan dalam air mata, air liur, cairan otak, dan keringat. Namun, jumlahnya sangat-sangat kecil, sehingga hingga saat ini belum ada bukti bahwa HIV dapat ditularkan melalui cairan-cairan tersebut.
Umumnya penularan HIV terjadi karena:
- Hubungan seksual dengan penderita HIV, baik secara heteroseksual maupun homoseksual.
- Penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lainnya seperti akupuntur, tindik, dan tato yang tercemar oleh HIV. Selain itu, terdapat banyak kasus dimana penularan HIV melalui jarum suntik yang digunakan bersama-sama oleh pecandu narkoba yang salah satu diantaranya pengidap HIV.
- Transfusi darah dari pendonor yang mengidap HIV kepada penerima donor. Oleh karena itu, penderita HIV dilarang untuk menyumbangkan darahnya pada orang lain.
- Ibu hamil yang mengidap HIV menularkan virus kepada bayinya lewat plasenta saat kehamilan atau saat melahirkan ketika bayi menelan cairan di jalan lahir.
Oleh karena itu, risiko tinggi tertular HIV bisa terjadi pada:
- Orang-orang yang aktif secara seksual dan berganti-ganti pasangan.
- Orang-orang yang tidak berhubungan seksual secara aman tanpa kondom.
- Wanita dan pria tuna susila, serta pelanggan mereka.
- Pecandu narkoba.
Hal-hal yang Tidak Menyebabkan Penularan HIV/AIDS
Meskipun HIV menular, namun proses penularannya tidak melalui kontak sehari-hari, seperti:
- berpelukan dengan penderita HIV;
- berjabat tangan dengan penderita HIV;
- penderita HIV bersin atau batuk di dekat kita;
- berenang di kolam renang yang sama dengan penderita HIV;
- menggunakan toilet yang sama dengan pengidap HIV;
- melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya.