tirto.id - Puasa merupakan kegiatan yang memerlukan kondisi fisik prima. Pada puasa Ramadhan, misalnya, seseorang tidak hanya mengubah pola makannya, melainkan menyusun ulang pola tidur. Aktivitas selama puasa terbilang padat sehingga memerlukan pengaturan kembali durasi beraktivitas dan istirahat.
Sebelum berpuasa, seseorang mengawali hari dengan makan sahur. Jam makan sahur kurang lebih 1-2 jam sebelum datangnya adzan subuh. Artinya, orang berpuasa akan memulai aktivitas lebih dini ketimbang hari biasa.
Waktu tidur malam bagi orang berpuasa umumnya lebih singkat jika tidak dilakukan pengaturan ulang. Usai berbuka puasa, mereka masih melakukan ibadah salat tarawih dan peribadatan lainnya sehingga mengambil waktu tidur lebih malam. Perubahan dalam pola tidur ini perlu disikapi karena kekurangan jam tidur berkualitas menyebabkan tubuh cenderung lemah dan lemas di siang hari.
Situs P2PTM Kemenkes menyebutkan, upaya mencukupi jam tidur di bulan Ramadhan salah satunya dengan mencoba power nap. Power nap adalah melakukan tidur siang hari selama 20 menit demi mengembalikan stamina tubuh. Durasi 20 menit ini merupakan waktu tidur siang optimal yang tidak membuat tubuh merasa lelah saat bangun.
Di samping itu, disarankan untuk mengambil waktu tidur lebih awal pada malam hari. Jika tidak ada kegiatan yang penting, usahakan bisa mendapatkan tidur setidaknya satu atau dua jam lebih awal. Bila sebelumnya biasa tidur pukul 23.00, maka dapat diatur ulang agar bisa menjalaninya pada pukul 21.00 atau 22.00.
Tidur malam yang cukup ditambah dengan power nap, membantu memberikan tenaga bagi tubuh dalam menjalani puasa di siang hari. Jika memungkinkan, luangkan waktu untuk berolahraga menjelang berbuka atau setelahnya. Mengutip laman Promkes Kemenkes, olahraga dengan durasi secukupnya dapat membantu menguatkan imunitas.
Olahraga dapat dilakukan setiap hari. Jika tidak, bisa mengambil waktu berolahraga 2-3 kali per minggu. Durasinya kurang lebih 30-50 menit dan jangan berlebihan, karena efeknya justru menurunkan imunitas tubuh serta meningkatkan risiko infeksi.
Pengaruh puasa pada kualitas tidur
Situs Sleep Foundation menyebutkan, orang yang berpuasa akan memperoleh kualitas tidur yang lebih baik. Perbaikan kualitas tersebut bermula dari makin kuatnya ritme sirkadian. Saat berpuasa, ritme sirkadian mengatur kembali sejumlah fungsi biologis meliputi nafsu makan beserta metabolismenya, hingga siklus tidur dan bangun.
Saat puasa, hormon pertumbuhan manusia cenderung mengalami peningkatan jumlah. Hormon yang diproduksi saat tidur tersebut membantu pembakaran lemak, memulihkan otot, dan memberikan stimulasi tubuh agar memperbaiki diri sendiri pada tingkat sel. Hasil dari semua itu, orang yang menjalani puasa akan memperoleh tubuh yang lebih segar dan bugar saat bangun tidur.
Di samping itu, tidurnya orang berpuasa membantu mendapatkan energi lebih banyak dan mudah berkonsentrasi. Puasa meningkatkan produksi orexin-A, yaitu neurotransmitter yang memengaruhi tingkat konsentrasi seseorang.
Orang yang berpuasa memiliki kadar orexin-A lebih rendah di malam hari dan kadar tinggi di siang hari, sehingga mereka lebih mudah fokus pikirannya di waktu siang dan terlelap nyenyak di saat tidur malam.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Alexander Haryanto