tirto.id - Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan bahwa pihaknya tengah mempertimbangkan untuk melakukan patroli angkatan laut bersama Indonesia di Laut Cina Selatan yang sedang diperebutkan.
Bishop mengatakan, permintaan Indonesia untuk patroli bersama pada pertemuan bilateral di Bali minggu lalu, sejalan dengan kebijakan kami untuk menggunakan hak kebebasan berlayar.
“Patroli itu sesuai dengan hukum internasional dan dukungan kami untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan Laut Cina Selatan,” ujar Bishop seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (1/11/2016).
Australia dan Indonesia pernah melakukan patroli bersama di Laut Timor, sebagai bagian dari kerja sama kedua negara dalam memerangi penyelundupan orang dan illegal fishing.
“Ini adalah bagian rutin dari apa yang Angkatan Laut kami lakukan. Ini menjadi bagian dari keterlibatan kami di wilayah tersebut, dan sesuai dengan hak Australia dalam melakukan pelayaran, termasuk di wilayah Laut Cina Selatan,” tutur Bishop.
Di sisi lain, Cina yang mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan, telah mengkritik Australia karena melakukan pengintaian penerbangan di atas pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan. Selain itu, Australia dinilai mendukung kegiatan latihan pelayaran Amerika Serikat di sana. Cina bahkan mendesak Australia agar “berbicara dan bertindak hati-hati” dalam masalah ini.
Sebelumnya Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan negaranya mendukung hubungan yang harmonis selama 40 tahun terakhir Asia Timur dan berharap agar terus dipertahankan.
“Sangat penting untuk semua pihak agar bekerja sama secara terbuka sesuai dengan aturan hukum dan menghindari segala bentuk provokatif yang cenderung menambah ketegangan,” kata Turnbull menambahkan.
PM Turnbull mengatakan Australia berkomitmen untuk bekerja dengan Cina dan Amerika Serikat untuk mengurangi potensi flashpoint. Flashpoint sendiri adalah istilah dalam hubungan internasional, di mana sebuah wilayah perselisihan memiliki kemungkinan besar untuk berperang.
Selain itu, Turnbull menolak gagasan bahwa Australia harus memilih antara mitra utama ekonominya, yakni Cina, atau mitra strategisnya, yakni Amerika Serikat.
“Kenyataannya, kedua negara tersebut adalah dua kekuatan yang sangat penting dalam segala hal,” tuturnya.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh