tirto.id - Tahun Baru Cina atau Imlek pada tahun ini digelar pada hari Selasa, 1 Februari 2022. Namun, perayaan Imlek tahun ini akan sedikit berbeda karena masih dalam masa Covid-19.
Seperti dikutip laman China Highligth, Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi, adalah festival terpenting di Tiongkok dan acara besar di beberapa negara Asia Timur lainnya.
Selain itu, perayaan Tahun Baru Imlek semakin banyak diadakan di kota-kota Barat dalam beberapa tahun terakhir juga, seperti New York, London, Vancouver, dan Sydney.
Dalam tradisinya, Tahun Baru Cina adalah festival yang merayakan awal tahun baru pada kalender tradisional Cina lunisolar. Artinya secara tradisional adalah waktu untuk menghormati dewa serta leluhur, dan juga menjadi waktu untuk berpesta dan mengunjungi anggota keluarga .
Lantas, apa arti Imlek bagi masyarakat Tionghoa?
Sebelum merayakan Imlek, seperti ditulis Hendra Kurniawan dalam buku Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia: The Untold Histories (2020: hlm 58), orang Tionghoa wajib membersihkan sampah dan debu di rumah mereka.
Mereka wajib mempersiapkan diri agar bersih secara lahir batin pada Imlek nanti. Berdasarkan sejarah, tahun baru Imlek adalah pesta untuk menyambut datangnya musim semi.
Hal itu disebabkan karena mayoritas masyarkat Tionghoa dulu kala berprofesi sebagai petani. Sebab, setelah mengalami masa-masa musim dingin yang suram, petani merasa hidup kembali.
Di masa itu pula, para petani akan mempersiapkan tanah, bibit dan hal-hal lain yang untuk mulai lagi bercocok tanam. Karena hal itulah, perayaan Imlek dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur atas rejeki selama setahun ini dan berharap kemakmuran akan datang pada tahun depan.
Apa Perbedaan Perayaan Imlek di Indonesia?
Sejarah perayaan Imlek di Indonesia sedikit berbeda karena jatuh di bulan Januari atau Februari. Biasanya, di bulan-bulan itu, curah hujan yang lebat dan musim panen buah-buahan.
Bagi masyarakat Tionghoa, pergantian tahun adalah hal yang wajib disyukuri. Oleh sebab itu, mitos hujan lebat yang terjadi di malam menjelang Imlek diartikan sebagai harapan dan rezeki di tahun selanjutnya.
Imlek juga melambangkan keharmonisan dalam tata kehidupan di dunia dan harus dijadikan sebagai momentum ungkapan syukur dan terima kasih atas kebaikan alam.
Masih dalam buku itu, tradisi pada bulan ketiga penanggalan Imlek (Sha Gwee), yakni Ceng Beng (Qing Ming) atau bersih kubur. Ceng Beng artinya bersih dan terang. Ceng artinya bersih, sementara Beng berarti terang.
Pada saat Ceng Beng ini, masyarakat Tionghoa tidak hanya membersihkan rumah, tetapi juga membersihkan kuburan leluhur.
Tujuannya adalah sebagai bentuk rasa hormat kepada leluhur yang sudah meninggal. Setelah merayakan Tahun Baru Imlek atau Sincia, lima belas hari kemudian mereka akan menggelar Cap Go Meh sebagai penutup rangkaian perayaan.
Editor: Iswara N Raditya