tirto.id - Dua dekade silam, nyaris nihil pendengar musik Indonesia yang tak mendengar nama Nidji. Album perdana mereka, Breakthru’, terjual lebih dari setengah juta kopi. Banyak pemuda tanggung ingin berlagak jadi seperti vokalis Nidji, lengkap dengan rambut kribo dan sebuah upaya menggelikan memadukan blazer dan syal di negara tropis. Saya salah satunya.
Dari pagi hingga jelang tidur, lagu-lagu Nidji terdengar di mana-mana. Kamu mendengarnya di radio sampai di toko kaset. Video klip “Disco Lazy Time” dan “Sudah” jadi high rotation di banyak acara musik televisi. Begitu pula “Hapus Aku” yang mungkin sampai sekarang kerap dianggap sebagai puncak pencapaian Nidji sebagai sebuah band Indonesia yang memadukan pop-rock-elektronika.
Nidji, ejaan lama dari kata bahasa Jepang niji yang artinya adalah pelangi, menyadari pendekatan musik mereka yang cukup unik ternyata bisa diterima oleh khayalak. Maka, mereka memutuskan enggan berhenti sampai di sana. Mereka melaju kencang, memacu persneling lebih tinggi. Menelurkan banyak karya apik berikutnya, termasuk “Laskar Pelangi”, OST film berjudul sama yang diangkat dari novel masyhur karya Andrea Hirata.
Sayangnya, band ini mengalami turbulensi cukup besar ketika sang vokalis pertama, Giring Ganesha, memutuskan banting setir menjadi politisi. Sebuah langkah yang sempat menuntut Nidji menuju vakum di 2017.
Baru pada 2019, setelah pencarian cukup panjang, Nidji kembali tampil dengan vokalis baru, Muhammad Yusuf Nur Ubay. Vokalis dengan karakter kuat, baik di rekaman maupun di atas panggung, ini berhasil menjadi rekan sekondan yang setara dan saling menopang bareng personel asli Nidji, Andi Ariel Harysa (gitar), Muhammad Ramadhista Akbar (gitar), Muhammad Andro Regantoro (Bass), Randy Danistha (keyboard), dan Muhammad Adri Prakarsa (drum).
Setelah “sekolah” selama enam tahun, menjalani panggung ke panggung hingga melakoni masa pandemi yang berat sonder panggung, Nidji yang memasuki babak baru, cerita baru, dan akhirnya merilis album baru, Manifestasi Hati.
Album ini adalah sebuah album pop-rock yang solid, dinamis dengan sejumlah eksplorasi sound (termasuk yang dihasilkan dari bass yang dicolok ke ampli gitar), menarik benang merah berupa kisah hubungan antar manusia —yang tentu saja menggunakan perasaan, thus, hati ada di judul. Mulai hubungan perkawanan, romansa bertepuk sebelah tangan, hingga sebuah doa penuh harap bagi orangtua di atas sana yang menyaksikan anaknya berjuang meraih mimpi. Dua dekade sudah berlalu, dan Nidji masih ada di sini.
(Nuran Wibisono)
Masuk tirto.id




































