tirto.id - Dalam World Summit on the Information Society (WSIS) Prize 2017, program Internet Sehat dari Indonesia berhasil menjadi pemenang untuk kategori Ethical Dimensions of the Information Society. WSIS merupakan sebuah ajang bagi inisiatif Teknologi Informasi Komunikasi alias TIK, yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui International Telecommunication Union, sebuah badan khusus yang bertanggung jawab pada isu-isu dalam kerangkat TIK.
Pemberian penghargaan dalam inisiatif TIK tersebut dilakukan di markas besar ITU di Jenewa Swiss dan langsung diberikan oleh sang Sekretaris Jenderal ITU, Houlin Zhao. Hadir dalam acara penghargaan yang diselenggarakan pada 13 Juni beberapa perwakilan dari Indonesia seperti Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Samuel Abrijani Pangerapan, serta dari beberapa perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat yang program garapannya masuk ke dalam radar penghargaan tersebut.
Internet Sehat merupakan program yang diinisiasi oleh ICT Watch. ICT Watch merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berkomitmen untuk mendukung kebebasan berekspresi secara online serta mengedukasi tantangan yang muncul dari dunia online. Internet Sehat bertujuan untuk mengedukasi masyarakat pengguna internet dari beragam kalangan.
Internet Sehat, dalam penghargaan tersebut, memenangkan kategori Ethical Dimensions of the Information Society. Dalam laman resmi ITU, kategori tersebut setidaknya menuntut 3 tujuan, yakni memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta memberikan kesempatan belajar setara, mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaannya, serta mempromosikan masyarakat yang adil, damai dan inklusif. Internet Sehat dinilai sukses memenuhi kriteria tersebut.
Donny B.U, Direktur Eksekutif ICT Watch mengakui bahwa cukup sulit mengukur sukses tidaknya internet sehat. Ini karena pengukurannya bersifat kualitatif, bukan kuantitatif. "(Internet Sehat) untuk lebih ke literasi digital buat masyarakat supaya mereka paham aja bagaimana menggunakan internet yang aman dan nyaman," ujar Donny.
Selain program Internet Sehat dari Indonesia, terdapat beberapa program lain yang memenangkan penghargaan dari ajang tersebut. AfriSG atau African School on Internet Governance, sebuah program dari Afrika Selatan, berhasil menjadi pemenang dalam kategori International and Regional Cooperation.
Program AfriSG, bertujuan memberikan kesempatan bagi orang-orang Afrika untuk ikut berpartisipasi dalam tata-kelola internet secara nasional, regional, dan global. Program dari Afrika Selatan itu, dianggap ITU memenuhi tuntutan-tuntutan yang mereka kehendaki dalam kategori tersebut. Dalam kategori tersebut, ITU menggarisbawahi beberapa hal yang harus dilalui suatu program untuk menjadi sang juara. Beberapa tuntutan tersebut antara lain dapat mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dapat merevitalisasi kemitraan global, dan dapat mengurangi ketidaksetaraan yang terdapat di dalam negara program tersebut.
Selain dua program di atas, ada pula program bertajuk Aqdar’s E-Safe School Online Safety dari Uni Emirat Arab. Program tersebut merupakan sebuah program yang dirancang untuk memahami tantangan serta melakukan dukungan untuk membuat rancangan bagaimana memproteksi anak-anak saat sedang online. Program tersebut, dipandang ITU sukses dan berhasil meraih kemenangan dalam kategori The role of government and all stakeholders in the promotion of ICTs for development.
Kemenangan program asal Uni Emirat Arab tersebut diraih setelah program itu dinilai oleh ITU berhasil mencapai tujuan-tujuan yang mereka kehendaki dalam katagori tersebut. Salah satu tujuan yang harus dicapai antara lain bahwa suatu program dapat memberikan jaminan hidup sehat bagi peserta program.
Selain program-program di atas, ada cukup banyak program lainnya yang berhasil memenangkan juara WSIS Prize 2017. Namun, jika dicermati, salah satu syarat memenangkan penghargaan tersebut, merujuk keinginan ITU, salah satunya adalah sebuah program mampu memberikan kesetaraan dalam berbagai kesempatan bagi masyarakat dengan memanfaatkan TIK. Lainnya, program yang menjadi juara, umumnya merupakan program yang mampu memberikan nilai lebih bagi TIK untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sarana memajukan hidup masyarakat.
Penghargaan terhadap inisiasi-inisiasi positif di dunia online memang penting. Saat ini, segala hal bisa terjadi di dunia internet, mulai dari yang positif hingga negatif. Sisi negatif internet sangat luas mulai dari perundungan hingga penipuan. Data yang dipacak dari Statista mengungkapkan, pada bulan Agustus 2016 lalu, 16,9 persen pelajar SMP dan SMA di Amerika Serikat menerima perlakuan perundungan. Lebih lanjut, terdapat 12,2 persen pelajar yang mengaku memperoleh ancaman secara online bahwa mereka akan disakiti.
Masalah negatif perihal dunia online tidak hanya berhenti sampai di titik tersebut. Masalah cybercrime atau kejahatan siber, adalah masalah lain dari dunia online. Mengutip data yang dipublikasikan SecurityIntelligence, cybercrime diperkirakan akan mengakibatkan kerugian hingga $2 triliun pada tahun 2019 kelak. Jauh meningkat dibandingkan kerugian yang dihasilkannya pada 2015 yang hanya $500 miliar.
Sementara sisi positifnya, internet telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya melalui penjualan online. Mengutip data yang dipublikasikan eMarketer, nilai penjualan e-commerce di seluruh dunia diprediksi akan mencapai angka $4 triliun pada tahun 2020.
"Internet itu ada positif dan negatif, bagaimana kita membatasi hal-hal negatifnya dan positifnya dioptimalkan," ujar Donny. Di titik tersebut, Internet Sehat lahir untuk membantu masyarakat, baik anak-anak maupun yang sudah dewasa, agar lebih berhati-hati dan waspada berhubungan dengan dunia internet.
“Internet Sehat itu kan sebenarnya orang memiliki kemampuan memilih-milih informasi (dengan) menggunakan teknologi yang ada. […] (Teknologi Informasi digunakan) untuk mendorong peningkatan kehidupannya sehari-hari apakah dia sebagai pelajar, pengusaha, apa pun menggunakan alat TIK [...] untuk meningkatnya (kemampuan dan kapasitas) dirinya,” lanjutnya.
Inisiasi Internet Sehat yang dilakukan ICT Watch, menurut Donny, telah dilakukan di ribuan sekolah. Ragam materi, telah mereka keluarkan.
Salah satu contoh materi Internet Sehat yang diproduksi ICT Watch adalah sebuah permaianan papan bertajuk “Ular Tangga Internet Sehat”. Permainan tersebut sebenarnya sama dengan permainan ular tangga pada umumnya. Namun, ICT Watch menambahkan dengan ragam informasi dan tips berhubungan dengan dunia internet secara baik.
Untuk menyosialiasikan program Internet Sehat, ICT Watch juga memproduksi film dokumenter seputar penggunaan internet. Hingga kini, setidaknya mereka telah memproduksi 3 film dokumenter. Pertama, pada tahun 2011 mereka memproduksi dokumenter trilogi Linimasa. Selanjutnya, pada tahun 2015, ICT Watch memproduksi dokumenter berjudul Asadesa. Dua tahun kemudian dilanjutkan dengan produksi Lentera Maya. Satu film lagi kini sedang disiapkan oleh ICT Watch.
Dalam gelaran WSIS Prize 2017 tersebut, bukan hanya Internet Sehat dari ICT Watch saja yang mengharumkan nama Indonesia. Program Backpack Radio Station dari Jaringan Radio Komunitas Indonesia, Layanan Informasi Desa dari 8Villages, serta iGrow My Own Food dari iGrow Resource merupakan beberapa program yang berhasil masuk dalam penjaringan gelaran itu.
Secara lebih menyeluruh, gelaran WSIS Prize diselenggarakan dengan menyertakan 90 program teratas dari berbagai negara di dunia yang telah lebih dahulu mengalahkan program-program lainnya yang mencapai 345 program.
Berhasilnya Internet Sehat dan program lainnya dari Indonesia di panggung PBB tersebut, jelas merupakan sebuah prestasi yang mesti diapresiasi. Apalagi di tengah beragam ujaran kebencian, perundungan, persekusi, dan hal-hal negatif lainnya yang kini sedang tumbuh subur di dunia maya Indonesia.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti