tirto.id - Denmark kerap menempati ranking satu dunia di sejumlah bidang. Di tahun 2014, misalnya, Denmark menempati posisi pertama di daftar negara terbaik untuk berbisnis versi Index Economy Freedom. Sedangkan di tahun 2016 Denmark ditetapkan sebagai negara paling bahagia versi World Happines, mengungguli negara-negara Skandinavia lain seperti Islandia, Norwegia, atau Finlandia.
Baru-baru ini situs kencan Victoria Milan mempublikasikan hasil surveinya yang melibatkan para suami dari 20 negara. Mereka ditanya berapa lama waktu yang dihabiskan untuk memberi kenikmatan pada para pasangan mereka di ranjang. Semakin lama waktu bercinta, menurut Victoria Milan, maka semakin puas pasangan para suami tersebut.
Setelah dianalisis, hasilnya menunjukkan bahwa para istri di Denmark adalah yang paling beruntung sebab suami mereka menghabiskan waktu bercinta terlama yakni 44 menit.
Posisi kedua ditempati oleh Amerika Serikat yang para istrinya diberi kenikmatan ranjang rata-rata 41 menit oleh suaminya. Di tempat ketiga dan keempat ada papa-papa asal Finlandia dan Kanada yang menghabiskan rata-rata 39 menit di ranjang. Sementara di posisi selanjutnya ada barisan suami dari Swedia, Norwegia, dan Inggris yang menghabiskan waktu kurang-lebih 33 menit untuk memuaskan istri tiap kali bercinta.
Daftar lengkap ranking selanjutnya termasuk lama rata-rata bercinta antara lain Jerman dan Republik Ceko (32), Irlandia (31), Austria (27), Swiss (26), Hungaria (25), Polandia (24), Spanyol, Belanda, Italia, Prancis (23), dan Belgia (21).
Survei ini boleh diragukan sebab dari 19 negara yang berpartisipasi di dalamnya berasal dari Eropa dan Amerika Utara. Hanya ada satu negara dari Benua Hitam, yakni Afrika Selatan yang kebetulan menempati posisi buncit. Para suami di negara itu hanya menghabiskan waktu bercinta selama rata-rata 15 menit.
Pendiri sekaligus CEO Victoria Milan, Sigurd Vedal, berkata bahwa hanya lelaki sejati yang mengenali dan memuaskan hasrat seksual seorang perempuan. Ia tak sepakat sepenuhnya bahwa perselingkuhan yang terjadi di kalangan pria disebabkan oleh kehidupan seksual yang tak memuaskannya. Pandangan ini, kata Vedal, adalah kesalahan umum sebab nyatanya perempuan juga bisa berbuat yang sama.
Oleh karena itu, membuat pasangan perempuan puas di ranjang itu penting untuk kelangsungan hubungan ke depannya. “Menjaganya [pasangan perempuan] tetap percaya diri, cantik, dan independen di ranjangmu bukanlah tugas yang gampang,” imbuhnya.
Survei ini mengingatkan publik kepada iklan lucu yang dibuat agen perjalanan Spies Travel pada 2015, berisi dorongan kepada warga Denmark untuk lebih sering berhubungan seksual dengan lebih banyak pergi berlibur. Slogannya yakni "Bercintalah demi ibumu.”
Iklan tersebut bukan yang pertama kalinya dibuat. Pada 2014 Spies Travel juga merilis iklan dengan pesan yang sama tapi dengan slogan “Bercintalah demi Denmark”. Denmark memang sedang mengalami natalitas yang rendah. Iklan tersebut diharapkan bisa mendorong lagi warga Denmark untuk memutuskan punya (lebih banyak) anak, sehingga, sebagaimana slogan iklan di tahun 2015, juga akan membahagiakan para nenek baru.
Durasi Bercinta Ideal itu Rumor Belaka
Durasi bercinta orang Denmark kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah hubungan seksual yang ideal harus di atas 40 menit?
Sejauh ini belum ada yang berani menyimpulkan berapa lama seks perlu berlangsung dinilai ideal sebab pokok perkara ini berbeda-beda bagi tiap orang. Kesimpulan yang diambil Victoria Milan didasarkan pada penilaian umum bahwa semakin lama seks dilakukan maka semakin bahagia pelakunya. Seks selama rata-rata 44 menit oleh orang Denmark, misalnya, juga termasuk hitungan mulai dari pemanasan hingga ejakulasi, bukan dari penetrasi sampai ejakulasi.
Temuan para ahli untuk lama pria dalam melakukan penetrasi hingga ejakulasi lebih lambat lagi. Salah satunya dikutip oleh peneliti Universitas Brendan Zietzch untuk artikelnya di The Conversation. Ia merujuk pada penelitian M.D. Waldinger dan kawan-kawan yang melibatkan partisipan sebanyak 500 pasangan dari beberapa dunia yang diminta untuk mencatat durasi bercinta selama empat minggu memakai stopwatch.
Hasil yang didapatkan Waldinger dan kawan-kawan rupanya menunjukkan rentangan yang sangat jauh. Ada partisipan yang durasi rata-rata bercintanya mencapai 44 menit, tapi ada juga yang hanya sepanjang 33 detik. Setelah dirata-rata, didapatlah angka 5,4 menit.
Anda boleh menganggap 5,4 menit sebagai rata-rata durasi bercinta warga dunia. Toh benar secara perhitungan kuantitafif. Namun, rentang durasi yang sedemikian panjang, mencapai 80 kali lipat (yang tercepat dibanding yang terlama), membuat asumsi yang berkembang selama ini ada benarnya: tak ada durasi “normal” untuk bercinta, demikian tulis Zietzch.
Sebuah penelitian lain tentang persepsi para terapis seks soal berapa lama seharusnya durasi waktu seorang pria mulai dari penetrasi hingga ejakulasi, diterbitkan pada tahun 2008 oleh EW Corty dan JM Guardiani di NCBI. Pengumpulan data oleh kedua peneliti dikumpulkan dari pengakuan orang-orang normal yang datang ke terapi seks.
Hasilnya diperoleh angka lima sampai tujuh menit. Tapi, sekali lagi, angka itu bukan durasi absolut.
Meski tak bisa dirata-rata dengan mudah, bukan berarti orang tak punya durasi yang bagi mereka ideal. Juni lalu retailer alat bantu seks Love Honey merilis hasil surveinya yang melibatkan 4.400 partisipan asal Inggris. Mereka menyebutkan seks seharusnya bisa bertahan selama 30 menit sebelum sang pria ejakulasi, demikian dikutip dari kanal Express.
Selain soal durasi bercinta, orang-orang juga kadang keliru mengartikan berapa kali berhubungan seks dalam jangka waktu tertentu. Kebutuhan tiap orang berbeda-beda, dan bukan berarti rumus “makin sering makin oke” itu pasti benar. Apalagi bagi seorang pencandu seks. Lain dengan pandangan orang-orang, dorongan seks tinggi yang membuat seks harus dijalani lebih dari dua kali juga membikin stres.
Profesor Universitas Southern California Mary Andes berkata pada USA Today bahwa dua tahun lalu temuan dalam satu risetnya dirilis. Partisipannya cukup banyak, yakni mencapai 4.000 orang AS. Dalam salah satu kesimpulannya, disebutkan bahwa pasangan yang melakukan hubungan seksual minimal sekali dalam seminggu.
Mary memberi catatan bahwa mau dilakukan lebih dari sekali atau bahkan tiap hari sekali pun tak dilarang. Kuncinya ada pada kesepakatan dengan pasangan, dan bukan berarti penjadwalan bercinta membuat hubungan menjadi kaku, tapi lebih ditujukan untuk menghindari kesalahpahaman atau bahkan keterpaksaan. Seks, kata Mary, adalah hasil pemahaman kedua pelaku, bukan monopoli salah satu pihak saja.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Maulida Sri Handayani