tirto.id - Konflik merupakan sebuah proses sosial dari individu maupun sekelompok manusia yang berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Sedangkan menurut Berstein seperti yang dikutip dari modul Sosiologi(2020) untuk kelas XI, konflik adalah sebuah perbedaan atau pertentangan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif daat melakukan interaksi dengan orang lain.
Konflik sosial dapat berubah setiap saat, baik melalui beragam aktivitas, intensitas, ketegangan, hingga kekerasan yang berbeda. Oleh sebab itu, masyarakat perlu mengetahui tahap-tahap konflik supaya dapat membantu menelaah berbagai dinamika dan kejadian yang berhubungan dengan masing-masing tahap konflik.
Tahap-Tahap Konflik Sosial
Sebagaimana yang dilansir dari laman E-Learning Menlhk, berikut ini tahap-tahap konflik sosial yang perlu diperhatikan:
1. Prakonflik
Tahap prakonflik terjadi ketika adanya ketidaksesuaian sasaran antara dua belah pihak atau pun lebih sehingga memunculkan konflik sosial. Pada tahap ini, biasanya antara kedua belah pihak mengalami ketegangan dalam hubungan dan timbul keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain.
2. Konfrontasi
Di tahap konfrontasi, konflik akan semakin terbuka. Apabila hanya satu pihak yang merasa ada masalah, mungkin para pendukung akan melakukan aksi demonstrasi, bahkan tindakan konfrontatif lainnya.
3. Krisis
Krisis merupakan klimaks dari konflik sosial, biasanya kekerasan atau ketegangan yang terjadi akan semakin berkecamuk. Bahkan, komunikasi antar kedua belah pihak mungkin akan menghilang. Pernyataan umum akan cenderung bersifat menuduh dan menentang pihak lawan.
4. Akibat
Apabila satu pihak ingin mengalahkan pihak lawan dan pihak lawan mungkin menyerah atas desakan yang diterima, maka kemungkinan kedua pihak setuju untuk melakukan negosiasi, baik dengan atau tanpa bantuan perantara. Dengan demikian, pada tahap ini kekerasan dan konfrontasi mulai mereda dan akan timbul penyelesaian.
5. Pasca Konflik
Pada tahap ini, konflik sosial akan diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi dan kekerasan. Bahkan, ketegangan akan berkurang dan hubungan antara kedua belah pihak akan kembali normal.
Akan tetapi apabila konflik sosial terjadi kembali dan tidak diatasi dengan baik, maka pada tahap ini sering kembali ke tahap prakonflik.
Penyebab Konflik Sosial
Dilansir kembali dari lamanE-Learning Menlhk, secara garis besar penyebab konflik sosial terbagi menjadi tiga, di antaranya:
1. Perbedaan Pendirian dan Keyakinan
Konflik sosial dapat terjadi karena adanya bentrok pendirian antar individu maupun kelompok. Biasanya, masing- masing pihak terus berupaya untuk mengalahkan lawannya dengan melenyapkan pendapat atau pikiran lawan yang tidak disetujui.
Dalam realitas sosial, tak ada satu pun individu yang mempunyai karakter yang sama sehingga kerap terjadi perbedaan pendapat, keinginan, maupun tujuan, sehingga dapat menimbulkan konflik sosial.
2. Perbedaan Kebudayaan
Pola kebudayaan yang berbeda dapat menumbuhkan kepribadian dan perilaku yang berbeda pula di kalangan khalayak kelompok yang luas. Perbedaan budaya juga dapat mengakibatkan timbulnya sikap etnosentrisme, yakni sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah yang terbaik.
Apabila semua kelompok yang ada di kehidupan sosial memiliki sikap demikian, maka sikap ini akan memicu tumbuhnya konflik antar penganut kebudayaan.
3. Perbedaan Kepentingan
Konflik sosial dapat terjadi apabila suatu kelompok hanya mengejar tujuan masing-masing, mereka akan terus bersaing dan berkonfilk untuk memperebutkan kesempatan dan sarana.
Sementara itu menurut modul Belajar Mandiri, faktor utama penyebab timbulnya konflik sosial di antaranya:
1. Perbedaan keyakinan dan pendirian.
2. Perbedaan kebudayaan antarkelompok masyarakat.
3. Perbedaan kepentingan antarindividu/ kelompok.
4. Kesenjangan sosial mengenai tingkat kesejahteraan.
5. Ketidaksiapan masyarakat menerima perubahan sosial.
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Dipna Videlia Putsanra