Menuju konten utama

Bagaimana Cara Mencegah Konflik dengan Mertua yang Problematik?

Memiliki mertua yang problematik sering kali menjadi permasalahan tersendiri. Sebab, bisa saja menyakiti Anda secara mental dan juga secara fisik.

Bagaimana Cara Mencegah Konflik dengan Mertua yang Problematik?
mertua dan menantu. foto/iStock

tirto.id - Konflik dengan mertua sering kali mengganggu hubungan dengan pasangan. Bahkan tak jarang masalah mertua vs menantu semakin meruncing hingga menyebabkan perceraian.

Penyebab konflik dan masalah dengan mertua pun beragam, mulai karena masalah restu, masalah komunikasi hingga tak jarang seseorang mendapatkan mertua yang problematik dan memicu terjadinya konflik.

Memiliki mertua yang problematik sering kali menjadi permasalahan tersendiri. Sebab, mertua yang problematik bisa saja menyakiti Anda tak hanya secara mental tetapi juga bisa secara fisik. Lantas, bagaimana cara untuk menghindari konflik dengan mertua yang problematik.

Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghindari konfik dengan mertua seperti dilansir dari laman Siap Nikah milik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

1. Berusahalah untuk melepaskan diri secara emosional

Coba anggaplah mertua Anda sebagai kenalan dekat dan bukan “ibu kedua”, kecuali hubungan kalian berdua benar-benar hangat, ramah, dan penuh rasa kekeluargaan.

Jangan memanggilnya dengan panggilan akrab seperti yang Anda gunakan untuk memanggil ibu sendiri. Dia bukan orang tuamu dan memiliki hubungan yang setara dengannya.

Panggil mertua Anda dengan panggilan hormat yang umum digunakan untuk perempuan yang lebih tua dan jika ibu mertua berasal dari daerah lain, biasanya mereka punya panggilan khusus.

2. Memahami masalah yang umum

Sering kali ada banyak alasan kenapa ibu mertua bersikap rewel kepada pasangan baru anaknnya. Mertua Anda mungkin merasa setelah anaknya menikah, posisinya tidak terlalu penting lagi di mata anaknya (atau masih menganggapnya sebagai anak alih-alih suami seseorang).

Mertua Anda mungkin mengalami kesulitan menjadi orang nomor dua dalam kehidupan anaknya. Dia mungkin memang orang yang sangat berbeda dari Anda. Memahami alasan di balik perilakunya bisa membuat Anda lebih mudah untuk menanganinya.

3. Berusahalah menjauh secara fisik

Anda tidak perlu pindah ke negara lain untuk sekadar menghindari mertua, tetapi Anda tidak perlu menghadiri setiap acara keluarga besar suami. Orang bisa memaklumi jika pasangan menghadiri beberapa acara keluarga tanpa diri Anda. Namun, jangan menjadikannya kebiasaan. Anda sebaiknya tidak menimbulkan kesenjangan antara pasangan dan keluarganya.

Ibu mertua bisa menganggapnya sebagai kemenangan dan dia bisa menghabiskan waktu bersama anaknya serta menghindari Anda sepenuhnya. Walaupun hal ini lebih mudah dilakukan, akan menimbulkan ketidakharmonisan dalam perkawinan pada akhirnya.

Selain itu, jika memungkinkan usahakan untuk pisah rumah dengan mertua. Jika belum memiliki cukup uang untuk membeli rumah, tak ada salahnya jika Anda dan suami mengontrak rumah yang jaraknya tidak terlalu dekat dengan rumah mertua.

4. Jangan pernah mengharapkan mertua akan berubah

Jika mertua mengkritik Anda, menjelek-jelekkan Anda kepada anggota keluarga yang lain dan tidak menggubris apa pun yang Anda katakan, dia mungkin sedang menegaskan bagaimana hubungan kalian berdua. Jika dia melakukan hal ini, ingatlah untuk menjaga jarak bahkan ketika dia bersikap ramah.

Carilah perempuan lain dalam keluarga suami yang mungkin bisa membantu Anda untuk mendapatkan pengarahan, saran, keramahan dan panutan.

5. Kenali dan hindari pemicu

Sebelum hubungan dengan keluarga pasangan buruk, bayangkan kejadian yang selalu membuat Anda jengkel. Ucapan atau tindakan apa saja yang membuat darah Anda mendidih? Setelah menentukan pemicu tersebut (yang cenderung sama secara emosional, tetapi diwujudkan dengan cara yang berbeda-beda), pikirkan cara untuk menghindarinya.

6. Jangan memperkeruh emosi Anda

Jika konflik tidak dapat dihindari, silakan saja menanggapinya dengan jujur. Jangan bersikap kasar, tetapi tunjukkan sikap tegas dan jangan menggunakan kata-kata manis. Ingatlah terlepas dari upaya Anda untuk menghindari konflik langsung, mertua tidak menunjukkan rasa hormat terhadap perasaan Anda terkait masalah yang tengah dihadapi.

Jangan sampai rasa khawatir akan melukai perasaan kerabat atau keluarga pasangan Anda yang menghalangi Anda untuk merespons sikap mertua Anda secara tepat, mereka saja tidak menunjukkan tenggang rasa seperti itu.

7. Hindari menggunakan perasaan bersalah sebagai senjata

Jika mertua mencoba menggunakan perasaan bersalah sebagai alat manipulasi, Anda bisa dengan mudah mengatasinya. Setiap kali Anda melihatnya mencoba memanipulasi emosi dengan membuat Anda merasa bersalah, bawalah seluruh permasalahan ke permukaan dengan bertanya, “Ibu mencoba membuatku merasa bersalah, bukan?”

Dia mungkin akan menyangkal, tetapi Anda akan segera melihat polanya terulang kembali. Teruslah menginterupsi pola yang membuat Anda jatuh ke dalam perasaan bersalah dengan mengarahkan perhatian pada taktik memanipulasi emosi yang dia lakukan. Anda tidak perlu bersikap kasar, tetapi harus menghentikannya menggunakan perasaan bersalah sebagai senjata.

Jika Anda menolak untuk terperangkap dalam perasaan bersalah, akan terbuka jalan bagi Anda untuk bersikap lebih objektif dan welas asih dalam melihat fakta mertua mungkin menggunakan perasaan bersalah karena merasa tidak berdaya. Jika Anda dapat menanggapi kondisi ketidakberdayaan ini, Anda memiliki kesempatan untuk mengubah hubungan ke arah yang baik.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya