Menuju konten utama

Apa Saja Gangguan pada Sistem Ekskresi Manusia?

Proses ekskresi meliputi beberapa organ tubuh seperti ginjal, hati, kulit, dan, alat pernapasan.

Apa Saja Gangguan pada Sistem Ekskresi Manusia?
Ilustrasi Sistim Ekskresi Manusia, foto/IStockphoto

tirto.id - Sistem ekskresi manusia adalah proses metabolisme tubuh yang menghasilkan zat-zat sampah, seperti karbondioksida, amonia, urea, asam urat, atau bahkan air. Disebut sebagai zat-zat sampah karena akan berbahaya apabila dibiarkan ada di dalam tubuh.

Untuk itu, zat-zat sampah harus dikeluarkan mulai dari sel, ke jaringan, kemudian tubuh. Proses pengeluaran zat-zat tersebut disebut dengan ekskresi.

Melansir dari modul berjudul Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA), keseimbangan cairan setelah pengeluaran air bersama zat-zat sampah dalam sistem ekskresi harus diatur melalui osmoregulasi.

Osmoregulasi merupakan kemampuan makhluk hidup mengontrol kelebihan atau kekurangan air berikut zat-zat terlarut di dalam cairan tubuhnya.

Sehingga, osmoregulasi berperan penting dalam setiap proses transfer zat antar sel yang menggunakan air sebagai pelarut. Transfer zat tersebut terjadi dalam proses ekskresi.

Proses ekskresi meliputi beberapa organ tubuh yang merupakan sistem pembuangan sisa metabolisme tubuh. Organ tersebut yaitu, ginjal, hati, kulit, dan, alat pernapasan.

Organ-organ Ekskresi

1. Ginjal (Ren)

Mengutip dari modul berjudul Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga, Dan Kesehatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), bentuk dari ginjal manusia mirip dengan biji kacang merah. Letak ginjal ada di dalam rongga perut bagian belakang, di sebelah kanan dan kiri tulang pinggang.

Oleh karenanya, ginjal juga dikenal dengan sebutan buah pinggang. Letak ginjal di sebelah kanan tubuh manusia, sedikit lebih rendah karena terdesak oleh hati.

Setiap ginjal panjangnya 6 hingga 7½ cm. Sementara tebalnya yaitu, 1½ hingga 2½ cm. Berat ginjal orang dewasa, kira-kira 140 gram.

2. Kulit (Integumen)

Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat di permukaan tubuh. Pada kulit, terdapat kelenjar keringat yang mengekskresi zat-zat sisa.

Zat-zat sisa tersebut dikeluarkan melalui pori-pori kulit yang disebut dengan keringat. Keringat tersusun dari air dan garam-garam mineral.

Kandungan garam mineral tersebut, terutama garam dapur (NaCl) yang merupakan hasil metabolisme protein. Kulit memiliki banyak fungsi, karena di dalamnya terdapat berbagai jaringan.

3. Paru-paru

Paru-paru (Pulmo) merupakan organ yang berperan sebagai alat pernapasan. Tidak hanya itu, paru-paru juga berperan sebagai alat ekskresi dengan mengeluarkan karbondioksida, dan uap air.

Kedua zat ini harus dikeluarkan supaya tidak mengganggu fungsi tubuh. Paru-paru terletak di dalam rongga dada, dan bagian bawahnya menempel pada diafragma.

Paru-paru masuk dalam sistem ekskresi karena, udara pernapasan yang dikeluarkan melalui paru-paru mengandung karbondioksida. dan air yang dihasilkan dari kegiatan sel.

4. Hati (Hepar)

Hati merupakan kelenjar terbesar pada manusia, warna dari hati adalah merah tua. Sementara pada orang dewasa beratnya sekitar 2 kg.

Hati dapat digolongkan sebagai alat sekresi dan ekskresi. Hati disebut sebagai alat sekresi karena, hati menghasilkan empedu.

Hati juga disebut sebagai alat ekskresi karena empedu yang dikeluarkan dari dalam tubuh mengandung zat sisa yang berasal dari sel darah merah. Sel darah merah tersebut, rusak, dan dihancurkan di dalam limpa.

Di dalam hati, sel-sel darah merah akan dipecah menjadi hemin dan globin. Hemin akan diubah menjadi zat warna empedu, yaitu bilirubin dan biliverdin. Zat empedu inilah yang memberi warna fases, dan urine menjadi kuning.

Gangguan pada Sistem Eksreksi

1. Nefritis

Dalam bukuIlmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs Kelas VII Semester 2 dituliskan bahwa, nefritis merupakan bagian dari glomerulus ginjal. Akibat infeksi bakteri Streptococcus, tubuh akan mengalami nefritis.

Penyakit ini menimbulkan asam urat, urea ke pembuluh darah (uremia), dan terjadinya penimbunan air di kaki karena reabsorpsi air yang terganggu (edema). Proses cuci darah atau pencangkokan ginjal merupakan upaya penanganan nefritis.

2. Batu Ginjal (Nephrolithiasis/Renal Calculi)

Menurut laporan dari laman resmi Rumah Belajar Untuk Semua, penyakit batu ginjal disebabkan oleh adanya endapan garam kalsium, fosfat, atau asam urat urine. Endapan tersebut dapat terjadi dalam rongga ginjal, saluran ginjal, atau pun dalam kandung kemih.

Batu ginjal akan membuat proses ekskresi dari urine terhambat. Hal itu akan menimbulkan rasa sakit. Gejala terjadinya batu ginjal yaitu, rasa nyeri pada pinggang bawah menuju pinggul, hingga ke alat kelamin luar. Tidak hanya itu, terkadang penderita akan mengalami demam, merasa kedinginan, keluarnya nanah pada urine.

Cara mencegah penyakit ini adalah minum air putih secukupnya, konsumsi vitamin C, mengurangi konsumsi kalsium, dan fosfat. Selain itu, meminum air rebusan tumbuhan Desmodium stryracifolium juga dapat mencegah penyakit ini. Apabila sudah parah, maka dokter akan menganjurkan untuk mengangkat kelenjar paratiroid.

3. Albuminuria

Albuminuria merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya kerusakan pada glomerulus. Glomerulus merupakan bagian dari ginjal yang berperan dalam proses filtrasi, jika terjadi hal tersebut, umumnya ditemukan adanya protein pada urine.

Albuminuria dapat terjadi akibat kurangnya asupan air ke dalam tubuh, sehingga memperberat kerja ginjal. Tidak hanya itu, penyakit ini juga dapat disebabkan karena seseorang telah mengonsumsi terlalu banyak protein, kalsium, dan vitamin C.

Upaya pencegahan albuminuria adalah dengan mengatur jumlah garam, protein, serta mengatur keseimbangan gizi.

4. Hematuria

Gejala dari hematuria merupakan adanya sel-sel darah merah pada urine. Hal ini disebabkan adanya gesekan batu ginjal di dalam saluran kemih.

Hematuria juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. Untuk mencegah terjadinya penyakit ini yaitu, tidak menahan buang air kecil, bersihkan tempat keluarnya urine dari arah depan ke belakang. Hal tersebut untuk menghindari masuknya bakteri dari dubur.

Kemudian, minum air putih secukupnya. Biasanya, dokter akan memberikan antibiotik untuk membersihkan infeksi bakteri pada saluran kemih.

5. Diabetes Insipidus

Diabetes insipidus berakibat pada tidak terserapnya air yang mesti masuk ke dalam tubuh. Sehingga, penderita akan sering buang air kecil.

Penyakit ini disebabkan karena seseorang kekurangan hormon ADH atau hormon antidiuretik. Upaya pencegahan dari penderita diabetes insipidus yaitu, memberikan suntikan hormon antidiuretik. Sehingga, penderita dapat mempertahankan keluarnya urine secara normal.

6. Kanker Ginjal

Kanker ginjal merupakan penyakit yang muncul akibat pertembuhan sel pada ginjal yang sudah tidak terkontrol. Pertumbuhan tersebut terjadi di sepanjang tubulus dalam ginjal.

Sehingga, menyebabkan adanya darah pada urine, kerusakan ginjal, dan pengaruh pada kerja organ lainnya. Jika kanker menyebar, maka dapat menyebabkan kematian. Penderita kanker ginjal mesti menghindari konsumsi bahan-bahan kimia pemicu kanker ginjal.

7. Jerawat

Jerawat atau acne vulgaris merupakan suatu kondisi kulit yang ditandai dengan terjadinya penyumbatan, dan peradangan pada kelenjar sebasea atau kelenjar minyak.

Timbulnya jerawat dapat terjadi karena beberapa faktor. Pertama, faktor kebersihan. Seseorang yang jarang memperhatikan kebersihan kulit, berpotensi mengalami penumpukan kotoran, dan kulit mati.

Kedua, faktor hormonal. Hormon akan merangsang kelenjar minyak pada kulit. Hal itu bisa terjadi karena penggunaan kosmetik yang berlebihan.

Kosmetik yang mengandung minyak dapat berpotensi menyumbatnya pori-pori. Ketiga, konsumsi makanan berlemak. Konsumsi makanan berlemak dengan porsi berlebihan, mampu menimbulkan jerawat pada wajah.

Tidak hanya pada wajah, jerawat juga bisa muncul di leher, ataupun di punggung. Cara mencegah terjadinya jerawat adalah, rutin membersihkan wajah, hindari makanan berminyak, konsumsi buah-buahan, serta menjaga aktivitas tubuh yang menyehatkan.

8. Biang keringat

Penyakit ini muncul karena ada penyumbatan kelenjar keringat oleh sel-sel kulit mati yang tidak dapat terbuang dengan sempurna.

Keringat yang terperangkap akan menyebabkan bintik-bintik kemerahan yang juga disertai dengan rasa gatal. Sama halnya dengan jerawat, seseorang perlu menjaga kebersihan kulit dari debu, dan penggunaan kosmetik yang dapat menyebabkan biang keringat.

Umumnya, orang yang tinggal di daerah tropis dan lembab akan lebih mudah terkena biang keringat. Biang keringat bisa muncul di leher, punggung, dan dada.

Apabila seseorang mengalami biang keringat, pengobatan yang dianjurkan adalah pemberian bedak ataupun salep yang mampu mengurangi rasa gatal.

Baca juga artikel terkait KULIT atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Alexander Haryanto