Menuju konten utama
Hari AIDS Sedunia

Apa Saja 4 Tahapan Infeksi HIV dalam Tubuh Manusia?

Empat tahapan infeksi HIV di tubuh manusia, dari fase jendela hingga fase AIDS.

Apa Saja 4 Tahapan Infeksi HIV dalam Tubuh Manusia?
Mahasiswa memegang pita merah dalam sebuah acara memperingati hari AIDS sedunia di sebuah kampus kedokteran di Yangzhou, provinsi Jiangsu, China, Kamis (30/11). Foto diambil tanggal 30 November 2017. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/

tirto.id - HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah vrius yang serangannya fokus ke sistem imunitas tubuh manusia.

Virus ini menginfeksi lewat beberapa tahapan hingga terminal Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) sebagai tahap akhirnya.

Dalam tubuh manusia, sel darah putih diserang oleh HIV. Bukan hanya itu, HIV juga menghancurkan sistem imunitas seseorang. Hal ini terjadi lantaran hancurnya sel-sel bernama CD4.

Mengutip catatan situs Kemenkes RI, kehilangan sel CD4 pada tubuh dapat menurunkan imunitas. Oleh sebab itu, orang yang terkena HIV dengan mudah bisa menerima penyakit-penyakit lain.

Penularan HIV ini dapat terjadi akibat pertukaran cairan. Berdasarkan buku Infodatin terbitan Kemenkes RI (hlm. 1), cairan tubuh ini meliputi darah, sperma, cairan vagina, hingga ASI (air susu ibu).

Lantas, bagaimana tahapan virus HIV ketika menginfeksi tubuh manusia?

Tahapan Infeksi HIV dalam Tubuh Manusia

Menurut catatan Mochamad Rohiman dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (2020, hlm. 14), ada empat tahapan infeksi HIV.

Di antaranya meliputi tahapan jendela, tahap asimptomatik, fase simptomatik, dan fase AIDS.

Berikut ini tahapan-tahapan tersebut beserta dengan penjelasannya.

1. Fase Jendela

Ketika seseorang terinfeksi HIV pada tahap ini, mereka tidak akan merasakan gejala yang serius. Biasanya, hanya berupa pusing-pusing, demam, lemas, dan berbagai gejala ringan lain.

Periode berlangsungnya fase ini mencakup kisaran 3 sampai 6 bulan. Kendati gejalanya tak terlihat, orang yang terkena HIV berpotensi menularkan penyakitnya ke orang lain.

Oleh sebab itu, gejala ini mesti diperhatikan sejak tahap jendela agar penularan tidak terjadi ke orang-orang terdekat.

2. Fase Asimptomatik

Ketika memasuki tahap ini, pengidap HIV juga tidak menunjukkan gejala serius. Namun, situasi tahap ini dapat dicirikan lewat penurunan jumlah sel CD4 di dalam darah.

Sel-sel tersebut dapat digunakan sebagai patokan apakah seseorang terkena HIV atau tidak. Sementara itu, keluhan lain kerap terjadi dilihat dari pembengkakak di daerah kelenjar getah bening.

Kelenjar ini yang digunakan sebagai tempat produksi sel darah putih. Lantaran HIV menyerang sel darah putih, maka penyakitnya bisa dipantau melalui tempat produksi salah satu sel darah tersebut.

3. Fase Simptomatik

Paa fase ini, seseorang yang mengidap HIV akan merasakan gejala ringan dengan kurun waktu panjang. Untuk patokan, misal ada seseorang yang demam selama lebih dari satu bulan lamanya.

Hal ini tidak wajar karena demam biasanya bisa hilang hanya dalam beberapa hari atau lebih dari seminggu.

Gejala lain yang dapat memperlihatkan fase ini seperti diare, berkeringat saat malam hari, batuk-batuk, dan kelelahan lebih dari satu bulan.

Selain itu, ada juga yang merasakan gejala serius berupa infeksi mulut, dermatitis, herpes, dan lain-lain. Situasi yang parah ini biasanya berlanjut ke fase berikutnya, yakni AIDS.

4. Fase AIDS

Tahapan infeksi HIV terakhir yang diklaim paling serius adalah AIDS. Pada fase ini, gejala yang timbul meliputi Pneumocytis Carinii (radang paru-paru), Sarkoma Kaposis (kanker kulit), Tuberkulosis, penurunan berat badan, diare tak henti-henti, dan penyakit berat lainnya.

Selain gejala di atas, ada beberapa pasien AIDS yang memunculkan gejala berupa tremoor, disfungsi kognitif, hingga kelambanan gerak.

Lebih parah lagi, dapat menimbulkan kelumpuhan kaki hingga kebutaan.

Infografik SC Tahapan Infeksi HIV

Infografik SC Tahapan Infeksi HIV. tirto.id/Ecun

Baca juga artikel terkait TAHAPAN HIV atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno