Menuju konten utama
Hari AIDS Sedunia

Apa Saja Usaha Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah?

Cara mencegah HIV/AIDS di sekolah, salah satunya dengan mengadakan seminar dan edukasi tentang penyakit ini.

Apa Saja Usaha Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah?
Mahasiswi menunjukkan alat peraga usai melakukan screening dengan tes cepat HIV AIDS kepada warga di Gasibu, Bandung, Jawa Barat, Minggu (20/11/2022). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/nz

tirto.id - AIDS atau singkatan Acquired Immune Deficiency Syndrom merupakan suatu kumpulan gejala dan infeksi sindrom yang muncul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh pada manusia yang diakibatkan terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Sampai saat ini, belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini.

World Health Organization (WHO) mencatat, hingga 2021 penderita HIV di seluruh dunia mencapai 38,4 juta jiwa. Sepanjang tahun 2021 saja, penyakit ini telah merenggut 650.000 nyawa di seluruh dunia.

Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, oleh karena itu penderita HIV AIDS daya tahan tubuhnya menurun dan mudah terserang penyakit.

Bahkan bagi penderita HIV/AIDS, penyakit yang ringan seperti influenza dapat menjadi sangat berat dan berujung mematikan.

Faktor Risiko Penyebab HIV AIDS

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular, terdapat sejumlah faktor risiko yang menyebabkan seseorang dapat tertular HIV, berikut fakor risikonya menurut WHO:

    • Melakukan seks anal atau vaginal tanpa kondom;
    • Menderita infeksi menular seksual lain seperti sifilis, herpes, klamidia, gonore dan bakterial vaginosis;
    • Terlibat dalam penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang dalam konteks perilaku seksual;
    • Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan suntik lainnya serta larutan obat saat menyuntikkan narkoba;
    • Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah dan transplantasi jaringan, dan prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau penindikan yang tidak steril; dan
    • Mengalami cedera jarum suntik yang tidak disengaja, termasuk di antara petugas kesehatan.
    • Penderita AIDS sudah pasti HIV positif namun penderita HIV positif belum tentu menderita AIDS. Ini disebabkan penyebaran HIV dalam tubuh memiliki sejumlah tahap. Penderita HIV positif dapat mencegah sampai ke tingakt AIDS jika mereka melakukan pengobatan ARV (Anti Retrovial).
    • ARV adalah obat yang digunakan dalam perawatan dan pencegahan infeksi HIV. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan atau memperlambat perkembangan HIV dalam tubuh. Penderita bisa hidup sehat seperti orang yang tidak terinfeksi dengan melakukan perawatan ARV sepanjang hidupnya.

Tahapan HIV AIDS

Berikut tahap awal HIV hingga menuju AIDS dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (Promkes Kemenkes).

Tahap 1 (Periode Jendela)

    • HIV masuk ke dalam tubuh, tidak ada tanda-tanda khusus, Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) tampak sehat dan merasa sehat
    • Tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
    • Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu sampai 3 bulan
Tahap 2 (HIV Positif/Tanpa Gejala)

    • HIV berkembang biak dalam tubuh
    • Tidak ada tanda-tanda khusus, ODHA masih tampak sehat, dan merasa sehat
    • Tes sudah dapat mendeteksi status HIV ODHA
    • Umumnya ODHA dapat terlihat sehat, selama 5 s.d 10 tahun terantung daya tahan tubuh.
Tahap 3 (HIV Positif/Muncul Gejala)

    • Sistem kekebalan tubuh semakin menurun
    • Mulai muncul gejala penyakit lainnya, misalnya pembengkakan kelenjar limfa, diare terus - menerus, flu, dan lain-lain
    • Umumnya berlangsung lebih dari satu bulan, tergantung daya tahan tubuh.
Tahap 4 (AIDS)

    • Kondisi sisitem kekebalan tubuh sangat lemah.
    • Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah.

Upaya Pencegahan HIV AIDS di Sekolah

Penyakit HIV AIDS dapat dicegah dengan sejumlah cara, berikut dikutip dari Modul Pembelajaran SMA PJOK Kelas XI 2020:

1. Pencegahan Penularan Melalui Hubungan Seksual

Infeksi HIV terutama terjadi melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang peranan paling penting.

Untuk itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggungjawab, yaitu:

    • Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Abstinence). Hubungan seksual hanya dilakukan melalui pernikahan yang sah.
    • Bila telah menikah, hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan sendiri, yaitu suami atau istri sendiri. Tidak mengadakan hubungan seksual di luar nikah.
    • Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV maka dalam melakukan hubungan seksual harus menggunakan kondom secara benar dan konsisten.Ketiga konsep pencegahan di atas ini dikenal dengan istilah ABCE (Abstinence, Be faithful, Condom, Education).
    • Mempertebal iman dan takwa agar tidak terjerumus ke dalam hubungan hubungan seksual diluar nikah.
2. Pencegahan Penularan Melalui Darah

Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah maupun produk darah dan plasma

    • Transfusi darah harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercemar HIV. Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV (+) atau mengindap virus HIV dalam darahnya, untuk tidak menjadi donor darah. Begitu pula dengan mereka yang mempunyai perilaku berisiko tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan.
    • Penggunaan produk darah dan plasma Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka terhadap produk darah dan plasma (cairan darah) harus dipastikan tidak tercemar HIV.
    • Penggunaan alat suntik, dan alat lain yang dapat melukai kulit Penggunaan alat-alat seperti, jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untuk tindik, perlu memperhatikan masalah sterilisasinya. Tindakan desinfeksi dengan pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan.
3. Pencegahan Penularan dari Ibu kepada Anak

Seorang ibu yang terinfeksi HIV, risiko penularan terhadap janin yang dikandungnya atau bayinya cukup besar, kemungkinannva sebesar 30-40 %.

Risiko itu akan semakin besar bila si ibu telah terkena atau menunjukkan gejala AIDS. Oleh karena itu, bagi seorang ibu yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali tentang kehamilan.

Risiko bagi bayi terinfeksi HIV melalui susu ibu sangat kecil, sehingga tetap dianjurkan bagi si ibu untuk tetap menyusukan bayi dengan ASI-nya.

Melihat kondisi-kondisi di atas, yang bisa kita lakukan untuk pencegahan penyebaran HIV adalah berperilaku yang bertanggung jawab baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain, dan berprilaku sesuai dengan tuntutan norma agama dan sosial yang berlaku di masyarakat.

Di samping itu, menyebarkan informasi tentang HIV / AIDS adalah cara lain untuk melindungi teman, keluarga, dan lingkungan dari penyebaran HIV/AIDS. Hal ini dapat diwujudkan dalam kegiatan sederhana:

    • Berikan informasi yang benar dan tepat yang sudah anda terima kepada lingkungan anda sendiri. Misalnya: keluarga, teman-teman, tetangga dan lain-lain.
    • Jika dalam percakapan sehari-hari anda mendengar informasi yang salah tentang HIV/AIDS, langsung diperbaiki dengan cara yang benar.
4 Pencegahan dalam Lingkungan Sekolah antar-Institusi Pendidikan

    • Mengusulkan adanya diskusi dan seminar atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pencegahan HIV/AIDS.
    • Mengadakan kegiatan lain yang berkaitan dengan masalah HIV/AIDS, misalnya lomba poster, lomba mengarang, dan lain sebagainya.

Baca juga artikel terkait HIV AIDS atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno