Menuju konten utama

Apa Latar Belakang Gerakan Kimia Hijau?

Apa latar belakang gerakan kimia hijau dan bagaimana sejarah kemunculan konsep tersebut? Berikut ini penjelasan latar belakang kimia hijau.

Apa Latar Belakang Gerakan Kimia Hijau?
Sejumlah ikan mati di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang tercemar limbah di Karawang, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020). (ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/aww)

tirto.id - Latar belakang gerakan kimia hijau berakar dari kontroversi pemakaian pelbagai bahan kimia yang mencuat pada pertengahan abad 20. Sejak puluhan tahun lalu, banyak pegiat gerakan lingkungan dan ilmuwan sudah "berteriak" bahwa kondisi bumi, juga kehidupan manusia, sedang terancam.

Di tengah perkembangan industri dan teknologi manusia yang semakin pesat, kepedulian terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan juga digaungkan. Sebab, tak jarang perkembangan industri yang cepat malah mengorbankan kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.

Karena itu, untuk mengantisipasi dampak kemajuan industri, terutama yang menggunakan bahan kimia berbahaya, muncul konsep kimia hijau. Gerakan kimia hijau (green chemistry)dimunculkan untuk mendorong penerapan prinsip ramah lingkungan dalam penggunaan bahan kimia.

Kimia hijau mencakup konsep dan pendekatan efektif untuk mencegah pencemaran lingkungan di bumi. Konsep ini lahir dari kesadaran bahwa penggunaan bahan kimia secara serampangan bakal merusak lingkungan alam sekaligus membahayakan makhluk hidup penghuni bumi.

Apa Latar Belakang Kimia Hijau?

Dalam praktiknya, kimia hijau (green chemistry) merupakan penggunaan teknik dan metode yang bertujuan mengeliminasi penggunaan bahan dasar, produk, produk samping, pelarut, dan pereaksi kimia yang berbahaya bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.

Dilansir dari lamanUnesa, kemunculan konsep kimia hijau berawal dari keinginan menopang serta mendorong pembangunan industri yang berkelanjutan. Harapannya industri tetap berjalan dengan memenuhi banyak kebutuhan manusia, tapi dampak merusaknya bisa ditekan seminimal mungkin.

Syarat pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan manusia generasi sekarang, tapi tidak melenyapkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Adanya industri ramah lingkungan dengan demikian sangat penting untuk masa depan umat manusia.

Selain itu, hampir semua aspek dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan produk kimia. Maka perkembangan produk kimia yang tidak dikontrol akan menimbulkan masalah baru bagi lingkungan dan kesehatan, bahkan efek-efek lain yang belum diketahui.

Ide dasar gerakan kimia hijau bisa dilacak dari dekade 1960-an. Istilah kimia hijau kala itu belum muncul, tetapi kesadaran akan bahaya penggunaan bahan kimia dengan tanpa kontrol setidaknya dibangkitkan oleh Rachel Carson melalui buku Silent Spring yang terbit pada 1962.

Carson mengidap kanker payudara dan berusia 50-an tahun saat menulis Silent Spring. Meskipun tidak dengan sengaja, Silent Spring yang terjual jutaan eksemplar membawa pengaruh besar pada gerakan lingkungan sejak 1960-an.

Dengan tulisan amat menggugah, Carson memaparkan akibat kondisi lingkungan yang tercemar pestisida sintetis. Sorotan dia khususnya pada dampak DDT (Dichlorodiphenyltrichloroethane).

Menurut Carson, DDT tidak hanya membasmi hama ketika memasuki biosfer. Pestisida sintetis itu sekaligus merusak ekosistem dan mengancam kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia.

Carson bukan ilmuwan, melainkan penulis fiksi. Namun, dia berhasil menyajikan gambaran utuh dari topik ilmiah yang sebenarnya rumit dan kontroversial pada masanya.

Dalam Silent Spring, Carson memulai dengan bab bertajuk "Fabel untuk Hari Esok." Isinya kisah nyata kasus-kasus dampak merusak DDT pada ekosistem burung, lebah, hewan-hewan liar di area pertanian, hewan peliharaan, dan bahkan manusia.

Paparan Carson dalam Silent Spring bukanlah hal baru, tetapi ia berhasil menyuguhkan kesimpulan yang menggetarkan: "Saat alam diracuni oleh manusia, alam juga akan meracuni manusia."

Sorotan terhadap bahaya penggunaan bahan kimia secara serampangan mendorong kemunculan regulasi yang membatasinya di negara-negara maju. Langkah ini juga dilakukan Amerika Serikat di awal dekade 1990-an.

Istilah Kimia Hijau atau green chemistry sendiri mulai digunakan sejak awal tahun 1990-an setelah Badan Perlindungan Lingkungan AS (US EPA) menerbitkan Pollution Prevention Act.

Mengutip jurnal ACS, frasa “kimia hijau” mulai digunakan untuk mendorong kolaborasi pemerintah, industri, dan ilmuwan untuk memperbaiki dampak industri kimia terhadap lingkungan.

Pada tahun 1998, Paul Anastas dan John C. Warner mengeluarkan buku berjudul Green Chemistry: Theory and Practice yang memuat rumusan 12 prinsip kimia hijau. Prinsip-prinsip tersebut hingga kini menjadi panduan dalam penerapan konsep kimia hijau.

Baca juga artikel terkait KIMIA HIJAU atau tulisan lainnya dari Muhammad Iqbal Iskandar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Addi M Idhom