Menuju konten utama

Apa itu Pengimbuhan dalam Bahasa Indonesia?

Imbuhan ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya, seperti awalan, akhiran dan sisipan.

Apa itu Pengimbuhan dalam Bahasa Indonesia?
Ilustrasi EYD. foto/IStocokphoto

tirto.id - Ada banyak proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, seperti pengimbuhan, pengulangan, penggabungan kata dasar dan kata dasar, penggabungan dengan unsur terkait dan kata dasar, serta pengakroniman. Namun, dari sekian banyak proses pembentukan kata itu, yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah pengimbuhan. Lantas, apa itu pengimbuhan?

Kata berimbuhan adalah kata yang dibentuk dari kata dasar dan kata imbuhan. Imbuhan yang lazim digunakan sebagai unsur pembentuk kata dalam bahasa Indonesia, sekurang-kurangnya terdiri atas empat macam, dan masing-masing diberi nama sesuai dengan posisinya pada suatu kata, demikian dilansir dari Materi Penyuluhan Bentuk dan Pilihan Kata.

Pertama, imbuhan yang terletak pada awal kata lazim disebut awalan (prefiks). Kedua, imbuhan yang terletak pada akhir kata umumnya disebut akhiran (sufiks).

Ketiga, imbuhan yang terletak pada tengah kata lazim disebut sisipan (infiks). Keempat, imbuhan yang terletak pada awal kata dan akhir kata sekaligus lazim disebut gabungan imbuhan (konfiks).

Berikut beberapa contoh imbuhan menurut Buku Penyuluhan Bahasa Indonesia:

Contoh Pengimbuhan dalam Bahasa Indonesia

1. Imbuhan ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

a. Awalan

  • meng-, yaitu menulis, melamar, memantau
  • di-, yaitu ditulis, dilamar, dipantau
  • peng-, yaitu penulis, penyanyi, peramal
  • ber-, yaitu berkebun, bermain, bermimpi
  • ter-, yaitu terpaksa, terpadu, tersenyum
  • se-, yaitu serupa, senada, seiring
  • me-, yaitu melariskan, memandikan, menasehati, menyanyikan, merayakan, meyakinkan, mewariskan, dan mengangakan
b. Akhiran

  • -an, yaitu tulisan, tatapan, tantangan
  • -i, yaitu temui, sukai, pandangi
  • -kan, yaitu tumbuhkan, sampaikan, umumkan
c. Sisipan

  • -el-, yaitu geletar, geligi, gelantung
  • -em-, yaitu gemuruh, gemetar
  • -er-, yaitu gerigi
d. Gabungan Imbuhan

  • meng-...-kan, yaitu menemukan, meratakan
  • meng-...-i, yaitu memandangi, mengunjungi
  • peng-...-an, yaitu pendidikan, pemandian
  • ke-...-an, yaitu kehujanan, kemajuan
  • se-...-nya, yaitu seandainya, sebaiknya
  • per-...-an, yaitu peraturan, persimpangan
e. Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

  • sukuisme
  • seniman
  • kamerawan
  • gerejawi
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, misalnya:

  • adibusana
  • aerodinamika
  • antarkota
  • antibiotik
  • awahama
  • bikarbonat
  • biokimia
  • dekameter
  • demoralisasi
  • dwiwarna
  • ekabahasa
  • ekstrakurikuler
  • infrastruktur
  • inkonvensional
  • kontraindikasi
  • kosponsor
  • mancanegara
  • multilateral
  • narapidana
  • nonkolaborasi
  • paripurna
  • pascasarjana
  • pramusaji
  • prasejarah
  • proaktif
  • purnawirawan
  • saptakrida
  • semiprofesional
  • subbagian
  • swadaya
  • telewicara
  • transmigrasi
  • tunakarya
  • tritunggal
  • tansuara
  • ultramodern
Laman PUEBI Daring, memberikan beberapa catatan terkait imbuhan.

1. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).

Misalnya:

  • non-Indonesia
  • pan-Afrikanisme
  • pro-Barat
  • non-ASEAN
  • anti-Kolonial
2. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

  • Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
  • Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.

Misalnya:

  • Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
  • Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

Baca juga artikel terkait IMBUHAN atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Alexander Haryanto