tirto.id - Partai Komunis Cina menjadi perbincangan usai aktor laga Donnie Yen diminta mundur sebagai presenter Oscar 2023 yang dihelat pada Senin, 13 Maret 2023 WIB atau Minggu (12/3/2023) waktu setempat.
Lebih dari 109 ribu orang menandatangani petisi yang berjudul "Cancel inviting an actor Donnie Yen as a presenter for the Oscar” di laman Change.org.
Petisi tersebut dibuat satu minggu lalu oleh seorang aktivis bernama Tong Wai Hung, ditujukan kepada panitia Oscar atas nama sekelompok masyarakat HongKong.
Kecaman yang diberikan kepada Donnie Yen diduga karena tanggapan sang aktor dalam wawancara bersama GQ Hype. Kala itu dia menentang protes pro demokrasi 2019 di Hong Kong.
Seperti diwartakan BBC, protes pada 2019 lalu awalnya dipicu oleh rencana untuk mengizinkan ekstradisi tersangka kriminal ke China daratan, sebelum berkembang menjadi gerakan anti-pemerintah yang lebih luas.
Ini kemudian memicu pro dan kontra sejumlah pihak. Donnie Yen adalah salah satu orang yang menentang aksi protes tersebut.
"Itu bukan protes, oke, itu kerusuhan. Saya tidak akan berbicara di sini tentang bagaimana mengubah perasaan orang tentang itu," kata Yen.
"Tapi pengalaman saya sendiri, seperti, saya ada di sana, saya punya banyak teman yang ada di sana. Saya tidak ingin berpolitik. Banyak orang mungkin tidak senang dengan apa yang saya katakan, tapi saya berbicara dari pengalaman saya sendiri."
Yen juga menegaskan bahwa media Barat seperti BBC dan CNN hanya fokus pada "cerita negatif" tentang China.
Apa Itu Partai Komunis China & Sejarahnya?
Dikutip Britannica, Chinese Communist Party (CCP) atau juga dikenal dengan Communist Party of China (CPC), atau dalam bahasa Indonesia Partai Komunis Cina adalah partai politik yang didirikan pada tahun 1921 oleh kaum revolusioner seperti Li Dazhao dan Chen Duxiu.
Kedua pria itu dan yang lainnya telah keluar dari Gerakan Empat Mei (1919), kemudian beralih ke Marxisme setelah kemenangan Bolshevik dalam Revolusi Rusia tahun 1917.
Dalam kekacauan Tiongkok tahun 1920-an, anggota PKT seperti Mao Zedong, Liu Shaoqi, dan Li Lisan mulai mengorganisir serikat pekerja di kota-kota.
PKC bergabung dengan Partai Nasionalis pada tahun 1924, dan aliansi tersebut terbukti sangat sukses pada awalnya.
Namun, pada tahun 1927, setelah kaum Nasionalis di bawah pimpinan Chiang Kai-shek (Jiang Jieshi) berbalik melawan komunis dengan kekerasan dan mengusir mereka dari Shanghai, PKT bergerak di bawah tanah.
Banyak kader PKC, seperti Mao, kemudian meninggalkan kegiatan revolusioner mereka di kalangan proletariat perkotaan China dan pergi ke pedesaan, di mana mereka begitu berhasil memenangkan dukungan petani sehingga pada tahun 1931 Republik Soviet China, dengan populasi sekitar 10 juta, didirikan di Cina selatan.
Namun, entitas itu segera dihancurkan oleh kampanye militer kaum Nasionalis, Mao dan sisa-sisa pasukannya melarikan diri dalam Long March (1934–35) ke Yan'an di Tiongkok utara. Selama pawai itulah Mao mencapai posisi kepemimpinan di PKC yang dia pegang sampai kematiannya pada tahun 1976.
South China Morning Post melaporkan, Partai Komunis Cina berkembang dari hanya sekitar 50 orang anggota pada awal berdiri menjadi hampir 92 juta pada akhir tahun 2019, atau mewakili sekitar 6,6 persen dari total populasi Tiongkok.
Sebagai satu-satunya partai politik yang memerintah di Tiongkok, partai ini menjangkau semua aspek masyarakat Tiongkok, mulai dari pemerintahan, hingga militer dan sekolah.
Partai ini memiliki hampir 5 juta unit partai atau organisasi akar rumput di seluruh negeri, yang mencakup 99 persen subdistrik perkotaan dan pedesaan Tiongkok, menurut Departemen Organisasi partai, yang bertanggung jawab atas personel.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto