tirto.id - Pantun yang menjadi tradisi di Indonesia dan Malaysia, kini menjadi bagian dari Warisan Budaya Takbenda dunia.
Pantun yang berkembang di Indonesia dan Malaysia, kini menjadi masuk dalam daftar representatif Warisan Budaya Takbenda oleh PBB melalui Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO).
Pantun merupakan bentuk syair Melayu yang selama ini dipakai dalam mengungkapkan gagasan hingga emosi yang meluap. Budaya lisan ini meluas terutama di Asia Tenggara dan berkembang hingga kurun 500 tahun.
Pantun adalah jenis puisi lama. Di dalamnya terdiri dari bait, yang setiap baitnya memiliki empat baris berupa sampiran dan isi.
Variasi pantun yang memiliki empat baris dan berima a-b-a-b adalah salah satu yang populer.
Seperti dilansir dari Antara, Penetapan pantun sebagai warisan budaya takbenda tersebut dilakukan pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage yang bertempat di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis, 17 Desember 2020.
Pantun menempati urutan ke-11 tradisi budaya Indonesia yang mendapat pengakuan UNESCO. Di urutan sebelumnya ada Pencak Silat yang diakui pada 12 Desember 2019.
Nominasi pantun ini diajukan bersama antara Indonesia dan Malaysia. Menurut Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Prof. Surya Rosa Putra, pantun punya arti penting untuk masyarakat Melayu.
Tradisi tersebut dipakai untuk komunikasi sosial dan sekaligus mengandung nilai moral. Pesan dalam pantun seringkali menekan keseimbangan dan harmoni hubungan sesama manusia.
Pantun menjadi nominasi pertama yang diajukan bersama dengan negara lain. Di kedua negara, Indonesia dan Malaysia, budaya ini menunjukkan adanya kedekatan rumpun yang saling berbagi identitas, budaya, dan tradisi Melayu.
“Bagi Indonesia, keberhasilan penetapan Pantun sebagai Warisan Budaya Takbenda tidak lepas dari keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan,” kata Prof. Surya.
Sementara itu, mengutip dari laman UNESCO, pantun sering diperdengarkan dalam musik, lagu, dan tulisan.
Sebagian besar berisi tentang ungkapan cinta dari pasangan romantis. Dan, pantun kerap ditampilkan pada pesta pernikahan, ritual adat, hingga kegiatan resmi.
Melalui pantun, seseorang mengekspresikan diri secara tidak langsung namun tetap sopan. Cara ini lebih diterima secara sosial ketimbang mengungkapkan dengan perkataan langsung yang menyerang.
Di samping itu, pembuat pantun sering menyelipkan pedoman moral sebagai isi di dalam pantun.
Nilai-nilai agama, rasa hormat, kebaikan, hingga kerendahan hati menjadi sebagian unsur yang ditampilkan pada isi pantun.
Ketika membudaya, maka tradisi berpantun dapat dipakai sebagai bentuk diplomasi saat menyelesaikan konflik yang diramu dengan tata krama kelembutan.
Ada berbagai jenis pantun. Contohnya adalah pantun nasihat, pantun jenaka, pantun agama, pantun teka-teki, pantun berkasih-kasihan, dan pantun anak. Penulis akan membuat pantun sesuai dengan tujuannya masing-masing.
Di Indonesia, seni berpantun tetap dilestarikan. Dari kurikulum pendidikan sekolah, misalnya, pantun tetap dimasukkan ke dalam salah satu materi pembelajaran berbahasa.
Pada adat pernikahan Betawi, pantun juga menjadi bagian dari upacara penyambutan kedua mempelai.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yandri Daniel Damaledo