Menuju konten utama

Apa Itu Ommetaphobia atau Rasa Takut Terhadap Mata?

Fobia terhadap mata atau sering disebut "ommetaphobia" bisa ditangani, berikut cara mengatasinya.

Apa Itu Ommetaphobia atau Rasa Takut Terhadap Mata?
Ilustrasi Mata Berdarah. foto/istockphoto

tirto.id - Fobia adalah ketakutan ekstrem seseorang terhadap makhluk hidup, benda mati dan situasi tertentu. Meskipun objeknya bisa bermacam-macam, tapi ada juga yang mengalami fobia terhadap mata atau sering disebut "Ommetaphobia".

Seperti dikutip Psych Times, rasa takut terhadap mata bisa disebabkan oleh berbagai macam alasan, salah satunya memiliki pengalaman buruk dengan matanya. Selain itu, pola asuhan dan faktor genetik juga bisa menjadi pemicu lain.

Orang yang takut pada mata, seperti dilansir Fearof.org, sering kali mengalami serangan panik yang kurang lebih sama dengan jenis fobia lain. Serangan panik ini akan menyebabkan dua gejala, yakni gejala fisik dan gejala psikis.

Untuk gejala fisik, biasanya akan mulai berkeringat dan gemetaran bahkan menggigil; nyeri atau sesak nafas di dada; sakit kepala, mual dan lemas; takikardia atau detak jantung cepat; mati rasa; bahkan mengalami disorientasi atau kebingungan.

Sementara gejala psikis dari ommetaphobia adalah rasa takut pingsan, takut kehilangan kendali, merasa marah, cemas, bahkan perubahan suasana hati yang ekstrem.

Meskipun dalam kasusnya bisa berbeda-beda, fobia kompleks sering kali berdampak buruk pada kehidupan sehari-hari dan kesehatan mental seseorang, karena cenderung membatasi kehidupannya atau tidak mampu menjalani kehidupan pribadi dan sosial secara normal.

Penanganan

Dilansir dari Fearof.net, kebanyakan dokter biasanya akan melakukan terapi perilaku kognitif atau CBT untuk mengatasi fobia sosial, bahkan yang paling spesifik seperti ommetaphobia.

Dengan terapi tersebut, pasien akan diberikan pemahaman tentang pola pikir dan menemukan hubungan antara perasaan, perilaku, dan serangan panik seseorang terhadap objek yang ia takuti.

Ada beberapa sub-perawatan dalam CBT, salah satunya adalah eksposur atau desensitisasi. Dalam terapi desensitisasi, pasien perlahan-lahan akan dihadapkan pada ketakutannya, misalnya pada mata. Kemudian, diminta untuk membayangkan, membaca, atau menonton video tentang mata, yang kemudian diminta menyentuh matanya.

Melalui pemaparan berulang-ulang pada objek ketakutan, pasien akan menyadari bahwa: meskipun tidak menyenangkan, namun itu tidak berbahaya. Dengan setiap eksposur, pasien mulai merasakan peningkatan kendali atas rasa takutnya. Rasa kendali ini lah yang akan membebaskannya dari pola pikir negatif dan kecemasan.

Selain CBT, seperti dilansir dari Healthline, cara lain adalah meditasi, yoga, dan praktik berbasis kesadaran atau mindfulness lainnya. Praktik semacam ini dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang perasaan pasien serta reaksi fisik yang terkait langsung dengan fobianya.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto