tirto.id - Salah satu kasus kehamilan yang tidak bisa dilanjutkan karena membahayakan nyawa ibu hamil adalah kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik di Indonesia lebih dikenal sebagai hamil di luar kandungan.
Kasus kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur wanita yang telah berhasil dibuahi oleh sperma pria, berkembang di luar rahim/uterus. Biasanya sel telur yang telah dibuahi itu menempel di saluran tuba falopi, lalu berkembang di sana. Tuba falopi merupakan saluran kecil yang menjadi penghubung indung telur (tempat sel telur ibu dihasilkan) dan rahim/uterus. Jenis kehamilan ektopik ini disebut kehamilan tuba.
Kadang, kehamilan ektopik juga dapat terjadi di area ovarium, bagian bawah rahim (serviks), atau bagian lainnya, demikian mengutip laman Mayo Clinic.
Kehamilan ektopik berbahaya bagi ibu jika dilanjutkan, karena sel telur tersebut meskipun sudah dibuahi tak bisa berkembang normal seperti saat berada dalam rahim. Kasus kehamilan ini pun berisiko memicu perdarahan hebat, sehingga biasanya dokter akan menyarankan untuk tidak mempertahankan kehamilan tersebut.
Di Inggris, mengutip info dari laman nhs.uk, terjadi 1 kasus kehamilan ektopik dari 90 kehamilan normal atau sekira 11.000 kehamilan per tahun.
Gejala Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik tidak langsung memperlihatkan gejala dan mungkin hanya bisa dideteksi melalui pemeriksaan USG rutin. Namun, beberapa gejala umum yang harus diwaspadai kerap terjadi pada usia kehamilan 4-12 pekan.
Sejumlah gejala itu adalah sebagai berikut:
1. Telat haid, mendapatkan tanda-tanda awal kehamilan dan positif jika diperiksa dengan test pack
2. Perdarahan per vagina namun berbeda cirinya dengan darah haid. Bisa lebih encer atau berwarna lebih gelap. Perdarahan dapat berlangsung sebentar, namun kadang muncul lagi. Beberapa wanita kadang salah mengira itu adalah haid.
3. Sakit pada perut bawah hanya di satu sisi saja. Bisa terjadi mendadak dan sembuh sendiri. Jika sakit tersebut datang dan pergi, segera periksakan diri ke dokter.
4. Sakit di ujung bahu/pundak, akibat adanya perdarahan di tuba falopi. Sakit juga bisa terjadi di bagian tubuh lain tergantung bagian syaraf mana yang teriritasi akibat perdarahan.
5. Rasa tak nyaman saat buang air kecil atau buang air besar, kadang disertai diare.
Apa Penyebab Kehamilan Ektopik?
Tidak ada penyebab yang pasti mengapa seorang perempuan bisa mengalami kehamilan ektopik. Terkadang hal itu disebabkan karena adanya masalah pada saluran tuba yang menyempit atau tersumbat.
Beberapa hal ini, menurut laman NHS dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik:
- Penyakit radang panggul (pelvic inflamatory desease / PID). Radang pada sistem reproduksi wanita yang biasanya disebabkan oleh infeksi menular seksual.
- Kehamilan ektopik sebelumnya, meningkatkan risiko untuk kembali mengalami kehamilan ektopik adalah kurang lebih 10%.
- Pernah melakukan operasi pada saluran tuba falopi, misalnya untuk prosedur sterilisasi wanita yang gagal. Hal itu bisa memicu kehamilan ektopik.
- Melakukan perawatan kesuburan. Misalnya, minum obat untuk merangsang ovulasi.
- Hamil saat masih menggunakan alat kontrasepsi seperti IUD/spiral.
- Merokok
- Usia kehamilan berisiko tinggi antara 35 – 40 tahun.
Untuk menurunkan risiko terjadinya kehamilan ektopik, bisa dilakukan tindakan pencegahan seperti di bawah ini:
1. Tidak berganti-ganti pasangan, dan gunakan alat kontrasepsi seperti kondom untuk mencegah transmisi infeksi penyakit menular seksual. Hal ini juga menurunkan risiko penyakit radang panggul.
2. Berhenti merokok.
3. Memeriksakan kesehatan sistem reproduksi secara rutin.
Penulis: Cicik Novita
Editor: Addi M Idhom