tirto.id - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Timur meminta para petani untuk mewaspadai hama ulat grayak yang saat ini mulai menyerang tanaman jagung di daerah ini, Kamis (6/2/2020).
Sebeb menurut Peneliti Sumber Daya pada BPTP NTT, Tony Basuki, di Kupang hama ulat grayak ini mampu berpindah hingga radius 100 kilometer.
Apa itu ulat grayak
Tony Basuki juga mengatakan selain mampu berpindah dengan radius 100 kilometer, ulat grayak juga bisa berkembangbiak dengan sangat cepat, karena satu betina mampu menghasilkan 1.000-2.000 sekali masa bertelur.
"Hama ini sangat berbahaya. Dua atau tiga ulat saja menyerang satu pohon tanaman mati, Jadi, semua lini sudah harus bergerak untuk melakukan penanganan. Ulat jenis ini memang baru pertama kali menyerang di beberapa daerah di NTT, terutama pada tanaman jagung. Apabila tidak segera diatasi maka penyebarannya semakin meluas karena ulat ini mampu berpindah tempat pada radius 100 kilometer," katanya.
Dia menjelaskan, hama ulat yang lazim disebut ulat tentara ini merupakan jenis baru yang nama ilmiahnya adalah Spidoptera frugiperda.
Ulat ini berasal dari Amerika Selatan dan di Indonesia selama ini terjadi di Pulau Jawa. Khusus di NTT, baru ditemukan tahun ini, dan dalam jumlah besar di beberapa kabupaten, katanya.
Ulat grayak berpotensi menyerang tanaman lain
Menurut Tony Basuki yang juga Kepala Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP) ini, hama itu tidak saja menyerang tanaman jagung, tetapi juga berpeluang menyerang tanaman pertanian lain seperti padi dan sorgum.
"Sekarang ini, kebetulan jagung yang lagi siap jadi makanan, sehingga serangan awal ini lebih pada tanaman jagung, tetapi tidak tertutup kemungkinan menyerang padi dan sorgum," katanya.
Bahkan berdasarkan laporan terbaru, katanya, hama ini tidak saja menyerang daun tanaman jagung, tetapi buah jagung yang masih muda.
Tony Basuki menambahkan, karena itu, pemerintah harus segera merespons dengan menyiapkan skenario untuk menangani masalah ini sejak dini, sehingga tidak terkesan sebagai pemadam kebakaran.
Cara mengatasi hama ulat grayak
Sementara itu, Peneliti Spesialis Hama Penyakit pada BPTP NTT, Noldy Kotta, menjelaskan, penyebaran ulat ini diakibatkan oleh cuaca dan perkembangbiakannya sangat cepat.
"Ada empat stadia perkembangbiakan ulat tentara ini yakni mulai dari bertelur, kemudian jadi larva (ulat yang makan daun jagung), lalu jadi pupa atau kepompong, kemudian jadi ngengat atau kupu-kupu kecil," katanya.
Dia mengatakan, ulat ini bisa menyerang tanaman lain seperti kacang-kacangan tapi makanan utamanya adalah tanaman jagung, juga ke tomat, cabai tapi itu kalau makanan utama jagung sudah tidak ada lagi.
Hama ulat tentara ini sangat berbahaya karena serangannya pada titik tumbuh jagung.
Untuk pengendalian, kata Noldy, para petani pendampingan BPTP NTT, sudah disarankan untuk menggunakan insektisida bahan aktif atau carbo furadan, dengan meletakkan beberapa butir di dua-tiga titik tumbuh dan mampu meredam kerusakan tumbuhan.
"Saya kira dinas pertanian kabupaten maupun provinsi sudah turunkan insektisida ini karena sudah wabah jadi harus segera diatasi. Serangan hama ini mulai dari vegetatif sampai generatif," jelasnya.
Dia juga mengimbau petani agar ketika tanaman jagung memasuki fase vegetatif supaya dilakukan pencegahan dini, karena apabila satu betina menetaskan telur, maka dalam kondisi cuaca hangat, dua hari saja telur menetas dan bisa menyerang satu hamparan dalam waktu cepat.
Karena itu, para petani harus segera mengambil langkah dengan memberikan insektisida berbahan aktif karbofuran, katanya.
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH