tirto.id - Sebagian besar dari kita terkadang merasa sedih, kesepian, atau bahkan tertekan. Hal tersebut adalah reaksi normal terhadap kehilangan, perjuangan hidup, atau harga diri yang terluka.
Namun, dilansir dari lamanWEB MD, ketika perasaan ini menjadi luar biasa, menyebabkan gejala fisik, bertahan untuk jangka waktu yang lama, terjadi gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai proses berpikir, berperasaan dan berperilaku seseorang, bahkan hingga mencegah Anda menjalani kehidupan yang normal dan aktif bisa saja Anda mulai mengalami depresi dan sebaiknya Anda bisa segera mendatangi dan mencari bantuan ke psikolog atau psikiater.
Saat Anda berkonsultasi ke dokter spesialis kejiwaan atau spesialis kedokteran jiwa, biasanya mereka akan membantu mengelola gejala depresi yang Anda alami.
Jika depresi Anda tidak diobati, maka kondisi Anda mungkin menjadi lebih buruk dan berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Ini dapat menyebabkan rasa sakit dan mungkin menyebabkan bunuh diri, seperti yang terjadi pada sekitar 1 dari setiap 10 orang dengan depresi.
Mengenali gejala awal depresi adalah kunci untuk bisa mengatasi dan mencari bantuan dengan cepat dan tepat. Sayangnya, sekitar setengah orang yang mengalami depresi tidak pernah didiagnosis atau diobati. Lantas apa saja gejala depresi?
Gejala depresi
Berikut beberapa gejala depresi yang bisa Anda perhatikan, seperti dilansir dari laman Web MD,
1. Kesulitan berkonsentrasi, mengingat detail, dan membuat keputusan
2. Merasa kelelahan
3. Perasaan bersalah, tidak berharga, dan tidak berdaya
4. Pesimisme dan keputusasaan
5. Insomnia, bangun di pagi hari, atau terlalu banyak tidur
6. Keengganan atau lekas marah
7. Kegelisahan
8. Kehilangan minat pada hal-hal yang dulu menyenangkan, termasuk seks
9. Makan berlebihan, atau kehilangan nafsu makan
10. Sakit, nyeri, sakit kepala, atau kram yang tidak kunjung hilang
11. Masalah pencernaan yang tidak kunjung sembuh meski sudah berobat
12. Perasaan sedih, cemas, atau "kosong" yang menetap
13. Pikiran bunuh diri atau upaya bunuh diri
Dampak depresi menurut psikolog
Guna menekan risiko depresi, Psikolog klinis Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog mengajak agar masyarakat agar lebih menyadari bahaya depresi. Sebab, apabila tidak tertangani dengan baik maka berisikonya bisa menimbulkan ide dan tindakan bunuh diri.
“Saya mau mengajak kita semua untuk aware dengan apa sebetulnya depresi itu dan bagaimana kemudian sampai kepada bunuh diri,” kata Ratih yang merupakan Ketua II Bidang Kemitraan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia seperti dilansir dari Antara.
“Mungkin kalau dilihat secara umum, kita sering dengar kadang-kadang, ‘Aduh, mau mati saja, deh, bawaannya’. Terus kita pikir teman kita ini lebay banget. Padahal hati-hati, lho, itu adalah sebuah tanda yang perlu disikapi secara tidak sembarangan,” imbuhnya.
Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikeluarkan pada tahun ini, Ratih menyebutkan bahwa 1 dari 8 orang di seluruh dunia atau sekitar 970 juta orang di dunia mengalami gangguan mental. Kecemasan dan depresi menjadi gangguan mental yang paling umum.
Data yang ditunjukkan WHO tersebut, kata Ratih, merupakan jumlah yang tidak main-main. Ia juga menegaskan bahwa depresi depresi bisa membunuh seseorang secara diam-diam (silent killer) sehingga tidak bisa diremehkan.
“Dalam perjalanan saya sebagai seorang profesional kesehatan jiwa, saya menemukan memang betul-betul depresi ini nggak main-main,” katanya.
Lebih jauh, Ratih menjelaskan depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan mood yang depresif, kehilangan minat, self esteem semakin turun, muncul perasaan bersalah terus-menerus, serta aktivitas dan keberfungsian sehari-hari yang terus-menerus terganggu.
“Bila tidak ditangani secara serius memang akan masuk ke major depressive disorder (MDD) dan muncul keinginan untuk bunuh diri,” ujarnya.
Ia mengatakan depresi akan mempengaruhi kesehatan fisik, penurunan performa dan prestasi, penurunan kualitas hubungan dengan teman dan keluarga, penurunan produktivitas, serta penurunan kesempatan berkontribusi dalam masyarakat.
Cara mencegah depresi
Ratih menegaskan usaha promotif serta preventif atau pencegahan sangat penting untuk dilakukan dan digencarkan. Bagi orang yang sehat diharapkan untuk tetap sehat, serta bagi yang memiliki gejala diharapkan dapat diminimalkan untuk menjadi pulih kembali.
Ia mengingatkan agar masyarakat terus menyadari pentingnya menjaga lima aspek yang terdiri dari fisik, kognitif, emosi, perilaku, dan sosial sebagai upaya pencegahan depresi.
Jika dijabarkan, aspek fisik menganjurkan agar masyarakat memperhatikan asupan nutrisi dan istirahat yang seimbang, dibarengi dengan olahraga rutin dan aktivitas fisik. Aspek kognitif berarti menjaga agar pola pikir tetap berkembang (growth mindset) sehingga dapat berpikir positif dan realistis.
Aspek emosi menekankan pentingnya self care atau memberikan diri sendiri ruang untuk mengeluarkan emosi negatif dengan cara yang sehat, serta melakukan konseling dengan psikolog klinis dan psikoterapis.
Selain itu, aspek perilaku dapat diwujudkan dengan cara mengumpulkan emosi dan aktivitas positif serta meningkatkan aktivitas intelektual contohnya seperti membaca buku dan menonton film beredukasi. Sementara aspek sosial menganjurkan untuk senantiasa berinteraksi sosial, jika dimungkinkan secara tatap muka, serta terhubung dengan keluarga.
“Intinya adalah kita bangun support system untuk kita sendiri dan juga untuk keluarga kita, teman-teman terdekat kita supaya tidak sendirian. Dan dalam ketidaksendirian tersebut depresi bisa dicegah, pikiran sampai dengan perilaku bunuh diri bisa dihindarkan. Mengapa? Karena semua kehidupan itu bermakna dan berharga,” kata Ratih.
_____
Depresi bukan masalah sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk bunuh diri, atau melihat orang terdekat Anda memperlihatkan tendensi tersebut sangat direkomendasikan untuk menghubungi bantuan profesional, termasuk psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Editor: Iswara N Raditya