Menuju konten utama

Apa itu Daun Kratom dan Bagaimana Efeknya untuk Tubuh?

Daun kratom adalah pohon tropis yang masuk dalam family kopi. Lalu, bagaimana efeknya bagi tubuh jika dikonsumsi?

Apa itu Daun Kratom dan Bagaimana Efeknya untuk Tubuh?
Seorang petani memetik kratom atau daun purik di kebunnya di Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Minggu (13/9/2020). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww.

tirto.id - Daun kratom adalah pohon tropis yang masuk dalam family kopi. Kratom (Mitragyna speciosa) umumnya ada di Thailand, Myanmar, Malaysia, dan negara-negara Asia Selatan lainnya.

Daun, atau ekstrak daun kratom umumnya digunakan sebagai stimulan dan obat penenang. Daun ini juga disebut bisa mengobati sakit kronis, masalah pencernaan, dan sebagai bantuan untuk menghilangkan ketergantungan opium.

Namun, diwartakan Healthline, belum ada uji klinis yang cukup membantu untuk memahami manfaat kratom. Daun ini juga belum disetujui penggunaannya untuk kepentingan medis.

Daun kratom legal di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS). Namun, ilegal di Thailand, Australia, Malaysia, dan beberapa negara Uni Eropa. Di AS, kratom biasanya dipasarkan sebagai obat alternatif.

Apa Itu Daun Kratom dan Kandungannya?

Seperti dijelaskan di atas, daun kratom masuk dalam kelas tumbuhan Rubiaceae dalam satu keluarga tanaman kopi. Nama lain daun kratom di Jawa adalah daun ketum atau daun purik.

Di Indonesia, daun kratom banyak ditemukan di hutan Kalimantan dan ini termasuk dalam obat ilegal.

Pada dosis rendah, kratom akan bekerja seperti stimulan. Fungsi daun kratom pada orang yang telah menggunakannya dengan dosis rendah diakui lebih berenergi, lebih waspada, dan lebih mudah bersosialisasi.

Pada dosis yang lebih tinggi, kegunaan daun kratom bisa dipakai sebagai obat penenang, menghasilkan efek euforia, menumpuk emosi, dan sensasi.

Bahan aktif utama kratom adalah alkaloid mitragynine dan 7-hydroxymitragynine. Daun ini biasanya dikeringkan dan dihancurkan atau dijadikan bubuk. Umumnya bubuk kratom juga akan dicampur dengan daun lain sehingga warnanya bisa hijau atau cokelat muda.

Kratom juga tersedia dalam bentuk pasta, kapsul, dan tablet. Di Amerika Serikat, kratom sebagian besar diseduh sebagai teh untuk mengurangi rasa sakit dan efek opioid.

Khasiat dan Kegunaan Daun Kratom

Khasiat daun kratom di antaranya bisa menghilangkan rasa sakit, sebagai anti-inflamasi, atau relaksasi otot. Sehingga, kratom sering digunakan untuk meredakan gejala fibromyalgia. Hal ini karena kandungan alkaloid pada daun kratom yang memiliki efek analgesik.

Menurut Pusat Pemantauan Obat dan Kecanduan Narkoba Eropa (EMCDDA), kratom dengan dosis kecil menghasilkan efek stimulan yang biasanya terjadi 10 menit setelah pemakaian dan dapat bertahan hingga 1,5 jam.

Badan Narkotika Nasional (BNN) baru-baru ini terus mendorong pemerintah untuk melarang peredaran tanaman kratom. BNN menyebut kratom sebagai “tanaman yang mempunyai tingkat bahaya 10 kali lipat di atas ganja dan kokain”.

Sebab itu, mereka kini tengah memproses kratom masuk ke dalam Golongan 1 narkotika. Penyebabnya, tanaman yang biasa digunakan sebagai obat itu mengandung opioid, alkaloid mitraginin, dan 7-hydroxymitragynine yang bisa mengakibatkan kecanduan.

Dikutip Antara, penggunaan kratom dalam jumlah kecil bersifat stimulan atau sama seperti kokain, tetapi penggunaan jenis besar bersifat opioid atau sama seperti morfin heroin.

“Ini lebih berbahaya dibandingkan morfin, tanaman kratom sudah direkomendasikan oleh komite perubahan penggolongan narkotika dan psikotropika oleh Kemenkes sebagai golongan 1 narkotika,” kata Adhi Prawoto, sekretaris BNN.

Kratom telah menjadi polemik sejak lama di antara peneliti dan pembuat kebijakan. Sementara para peneliti masih terus melakukan riset untuk memastikan efek samping penggunaan kratom, para pemangku kebijakan takut kratom disalahgunakan.

Perdebatan itu hanya berkisar dari pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya belum diketahui seperti: Apakah kratom benar-benar berbahaya? Seberapa besar kratom bisa bikin kecanduan? Hingga seberapa kuat kratom mampu menghilangkan rasa sakit?

Kratom belum dipelajari secara mendalam, sehingga belum secara resmi direkomendasikan untuk penggunaan medis.

Studi sangat penting dilakukan untuk pengembangan obat baru. Studi pada kratom dilakukan untuk mengidentifikasi efek berbahaya dan interaksi berbahaya dengan obat lain. Studi-studi ini juga membantu mengidentifikasi dosis yang efektif, tetapi tidak berbahaya.

Cara Menghilangkan Efek Samping Kratom

Kratom berpotensi memiliki efek kuat pada tubuh. Kratom mengandung hampir semua alkaloid seperti opium dan jamur halusinogen.

Alkaloid memiliki efek fisik yang kuat pada manusia. Sementara beberapa dari efek ini dapat menjadi positif. Ini adalah alasan mengapa studi lebih lanjut dari kratom diperlukan.

Kratom umumnya menyebabkan mual dan sembelit, tetapi beberapa pengguna mungkin memiliki efek samping berikut ini:

  • Berkeringat
  • Gatal-gatal
  • Pusing
  • Mengantuk
  • Mulut kering
Sama seperti jenis narkoba lainnya, cara menghilangkan efek samping kratom tentu membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan bertahap. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Mengurangi dosis secara bertahap
  2. Tetap terhidrasi
  3. Mengonsumsi makanan sehat
  4. Istirahat yang cukup
  5. Berkonsultasi dengan tenaga medis untuk membantu mengatasi gejala
  6. Menggunakan alternatif lain untuk mengelola rasa sakit
  7. Mencatat gejala dan perubahan yang terjadi setelah mengurangi dosis kratom untuk mengetahui cara apa yang paling efektif untuk mengatasi efek sampingnya.
Produksi kratom hingga saat ini juga belum diatur. Badan Obat dan Makanan Amerika (FDA) tidak memantau keamanan atau kemurnian tanaman herbal ini. Tidak ada standar yang ditetapkan untuk memproduksi kratom dengan aman.

Sejak Oktober 2016, pemerintah AS pun akhirnya menyerahkan legalitas kratom ke masing-masing negara bagian. Sebagian besar akhirnya melegalkan, ada yang melarang, dan beberapa belum berani mengambil keputusan.

Meski demikian, karena daun tersebut terus-terusan disalahgunakan, pemerintah AS juga ambil sikap tegas dengan membatasi jumlah kratom yang masuk ke negaranya.

Di sisi lain, dukungan agar kratom diperlakukan secara “adil” juga terus bermunculan. Salah satu yang menarik datang Marc T Sowgger, profesor dari Universitas Rochester, dan Elaine Hart, seorang peneliti. Dilansir New York Times, mereka menyebut:

“Kratom secara diam-diam bisa jadi obat alternatif... dan penelitian kualitatif kami sendiri terhadap orang-orang yang menggunakan kratom menunjukkan bahwa, dengan sedikit efek samping yang berbahaya, orang-orang berhasil menggunakan kratom untuk keluar dari kecanduan opioid dan secara efektif mampu mengobati rasa sakit mereka.”

Baca juga artikel terkait GWS atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH
Penyelaras: Dhita Koesno