tirto.id - Salah satu filosofi dari Tiongkok yang kerap kali diutarakan dalam petuah hidup atau dalam sejumlah narasi film adalah Yin dan Yang. Namun apa sebenarnya arti Yin dan Yang itu?
Secara sederhana, filosofi Yin dan Yang ini adalah filosofi Tiongkok yang menunjukkan adanya kekuatan yang berlawanan, namun saling berhubungan serta berinteraksi untuk memengaruhi kehidupan dan kesehatan manusia.
Filosofi yang sering digambarkan sebagai simbol hitam putih melingkar ini adalah dualitas yang menjadi komponen penting dalam banyak aspek budaya, ilmu pengetahuan, pengobatan, dan spiritualitas Tiongkok.
Secara praktis, konsep Yin dan Yang ini juga bisa menjadi cara ampuh untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan, serta kesehatan mental manusia.
Lantas, apa arti Yin dan Yang ini sebenarnya?
Apa Arti Yin dan Yang? Ini Penjelasan dan FilosofinyaArti Yin dan Yang. foto/istockphoto
Very Well Mind menuliskan, Yin dan Yang adalah konsep yang utamanya berbicara tentang keseimbangan. Yin dan Yang adalah kekuatan-kekutan yang saling melengkapi dan hadir dalam semua fenomena kehidupan. Keduanya membentuk sebuah keseimbangan kehidupan.
Dalam beberapa situasi, satu kekuatan mungkin lebih dominan. Begitu juga sebaliknya, kekuatan yang lain mungkin lebih kecil dari lawannya. Namun, keseimbangan tersebut dapat bergeser, tergantung pada kekuatan apa yang dibutuhkan pada saat itu, apakah Yin ataukah Yang.
Perbedaan di antara elemen Yin dan Yang ini adalah:
Elemen Yin
Yin dicirikan sebagai negatif, pasif, dan feminin. Ini mewakili energi bumi dan bulan. Elemen ini sering digambarkan sebagai reseptif, gelap, sejuk, lembut, tenang, dan kontemplatif.Elemen Yin ini digambarkan sebagai elemen berwarna hitam.
Elemen Yang
Yang digambarkan sebagai positif, aktif, dan maskulin. Warna pada elemen Yang ini mewakili energi matahari. Elemen ini sering digambarkan sebagai energik, ekspansif, dan hangat.Elemen Yang ini digambarkan sebagai elemen berwarna putih.
Perlu dicatat bahwa meskipun Yin dan Yang digambarkan sebagai elemen yang berlawanan satu sama lain, namun bukan berarti mereka berlawanan atau berkonflik. Sebaliknya, keduanya adalah energi penyeimbang yang saling melengkapi.
Yin dan Yang adalah elemen dialektika, konstelasi keyakinan filosofis yang menunjukkan bahwa kekuatan positif dan negatif yang berlawanan ada di semua elemen kehidupan.
Konsep ini berakar pada tiga prinsip yang saling terkait, yaitu:
- Prinsip perubahan: Prinsip ini menyatakan bahwa realitas selalu dalam keadaan berubah, yang berarti bahwa sesuatu dapat berubah dari positif menjadi negatif tergantung pada tuntutan realitas pada saat tertentu.
- Prinsip kontradiksi: Prinsip ini menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta terdiri dari elemen-elemen yang saling berlawanan dan ada secara bersamaan.
- Prinsip holisme: Prinsip ini menyatakan bahwa semua hal saling terkait, tidak ada yang ada dalam isolasi. Karena semua hal saling terkait, segala sesuatu tidak dapat dipahami tanpa melihat keseluruhan aspeknya, serta berbagai peristiwa yang saling berhubungan.
Meskipun elemen Yin dan Yang saling berlawanan, keduanya hidup berdampingan secara harmonis. Keduanya setara dan saling bergantung satu sama lain.
Kondisi berlawanan yang yang konstan di antara kekuatan-kekuatan ini membantu menciptakan keseimbangan. Hal ini bermanfaat bagi individu, masyarakat, dan budaya. Keyakinan semacam ini memainkan peran sentral dalam filosofi Buddha, Tao, dan Konghucu.
Asal Usul Simbol Yin dan YangArti Yin dan Yang. foto/istockphoto
Asal-usul simbol Yin dan Yang ini sebagaimana dirujuk dari Britannica sejatinya tidak terlalu jelas. Namun, bisa dipastikan bahwa simbol Yin dan Yang ini adalah konsep yang sangat kuno.
Pada abad ke-3 SM di Tiongkok, gagasan ini menjadi dasar dari seluruh aliran kosmologi atau school of Yin Yang yang mempelajari filsafat dan kosmologi. Tokoh utama dari aliran ini adalah Zou Yan (atau Tsou Yen).
Zou Yan percaya bahwa hidup melewati lima fase atau wuxing, yaitu api, air, logam, kayu, dan bumi. Kelima fase ini menurut Zou Yan terus menerus bertukar sesuai dengan prinsip Yin dan Yang.
Signifikansi pemikiran Yin dan Yang selama berabad-abad telah merasuk ke dalam setiap aspek pemikiran Tiongkok. Konsep ini telah memengaruhi astrologi, ramalan, pengobatan, seni, dan pemerintahan bangsa Tionghoa juga dunia.
Konsep ini masuk ke Jepang pada masa-masa awal in-yō, sebuah biro pemerintah yang berdiri di Jepang pada awal 675 Masehi. Biro ini bertugas memberi saran kepada pemerintah tentang ramalan dan pengendalian kalender sesuai dengan prinsip-prinsip in-yō. Namun, prinsip-prinsip ini sudah tidak digunakan lagi.
Gagasan in-yō ini meresap ke setiap lapisan masyarakat Jepang dan bertahan,bahkan hingga zaman modern. Ini terlihat pada berbagai kepercayaan di masyarakat Jepang perihal hari dan arah keberuntungan, juga hari dan arah yang menimbulkan ketidakberuntungan. Serta berbagai pertimbangan tanda-tanda zodiak ketika akan menghelat pernikahan.
Sementara itu menurut legenda, Yin Yang lahir dari kekacauan yang pada akhirnya menciptakan alam semesta. Kemudian, ketika kedua elemen ini bergabung, Yin Yang membentuk pusat bumi.
Elemen Yin Yang yang saling berlawanan namun harmonis ini melahirkan Pangu (manusia pertama), Fuxi, Nuwa dan Shennong (dewa pertama).
Contoh Penerapan Yin dan Yang
Ada berbagai contoh penerapan Yin Yang dalam kehidupan keseharian. Penerapan filosofi Yin Yang dalam kehidupan ternyata bisa membuat hidup lebih seimbang, harmonis, sekaligus menyehatkan.
Berikut ini beberapa contoh penerapan Ying dan Yang dalam kehidupan:
- Menghabiskan waktu sendirian.
Waktu sendirian juga memungkinkan untuk mempelajari bagaimana lebih percaya diri sendiri dan kemampuan diri yang sejati.
Menerapkan filosofi Yin Yang dalam kehidupan, membuat waktu sendirian menjadi sangat penuh dan tidak akan pernah merasa kesepian.
- Membina hubungan yang sehat.
Relasi yang sehat ini, secara tidak langsung juga akan mendukung kesehatan diri, baik secara fisik maupun mental.
- Jangan tergantung pada orang lain.
Persahabatan dan hubungan romantis yang berakar pada ketergantungan yang berlebihan, seringkali akan membuat seseorang kehilangan rasa percaya diri, bahkan kehilangan jati diri sesungguhnya.
- Belajar memaafkan orang lain dan diri sendiri.
Hal ini melibatkan pelepasan keterikatan emosional terhadap sesuatu yang menyebabkan rasa sakit, apakah itu memaafkan orang lain, dan juga memaafkan diri sendiri.
- Melatih empati.
- Melatih penerimaan diri.
Namun, mempraktikkan penerimaan diri harus diimbangi dengan tindakan. Caranya dengan mencari apa yang dapatdilakukan untuk membuat situasi menjadi lebih baik.
Melatih penerimaan diri juga berarti berlatih menerima semua emosi (baik positif maupun negatif), sehingga diri dapat berlatih mengontrol berbagai perasaan yang muncul secara lebih efektif.
Dengan menerapkan filosofi Yin dan Yang dalam kehidupan sehari-hari, perlahan tapi pasti kehidupan akan berjalan lebih harmonis.
Selain itu, keseimbangan hidup juga bisa tercipta, hingga akhirnyahidup akan terasa lebih ringan untuk dijalani.
Editor: Lucia Dianawuri & Yulaika Ramadhani