Menuju konten utama

Ancaman Teroris Harus Tetap Diwaspadai

Santoso, pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) memang telah meninggal dalam baku tembak dengan aparat saat Operasi Tinombala. Namun, menurut dosen Universitas Brawijaya, Fajar Shodiq Ramadlan ancaman terorisme harus tetap diwaspadai.

Ancaman Teroris Harus Tetap Diwaspadai
Ilustrasi. Polisi berjaga di dekat dua peti jenazah terduga teroris di depan ruangan instalasi forensik rumkit bayangkara, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (19/7). Antara foto/Fiqman Sunandar.

tirto.id - Dosen Universitas Brawijaya Malang, Fajar Shodiq Ramadlan mengatakan, walapun pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso telah mati tertembak, namun ancaman aksi teroris tetap harus diwaspadai.

"itu tergantung dari kapasitas negara untuk melakukan tindakan preventif dan memberangus semua jejaring teror," kata Fajar yang dihubungi Antara dari Jakarta, Kamis (21/7/2016).

Menurut Fajar, jika negara melemah, kemungkinan aksi teror meluas bisa sangat terbuka. Karena itu, penegakan hukum dan upaya preventif harus tetap dilakukan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan tewasnya Santoso dan anak buahnya, Mukhtar dalam operasi Tinombala.

"Terorisme dan radikalisasi, biasanya terorganisasi berupa organisasi, ada kaderisasi, dan ada internalisasi nilai-nilai bagi anggotanya, yang salah satunya dilakukan dengan doktrin-doktrin," paparnya.

Menurut Fajar, dalam terorisme modern, gerakan ini bersifat transnasional.

Jaringan ini tidak lantas selalu dikomandoi oleh satu atau beberapa orang utama, tetapi bisa beragam, bersifat sporadis dan tidak dilakukan secara masif.

Ia juga menambahkan dalam pengamatannya, jaringan Santoso bisa terkait dengan jaringan terorisme yang sudah ada di Indonesia sebelumnya.

Baca juga artikel terkait HUKUM

tirto.id - Hukum
Sumber: Antara
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz