tirto.id - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira meminta kepada pemerintah segera memitigasi protokol krisis kesiapan dalam menghadapi ancaman resesi global 2023. Menurutnya hal ini perlu, terutama pada sektor perbankan agar krisis 1998 dan 2008 tidak terulang.
“Jadi kita harus siapkan protokol krisis kesiapan dari segi perbankan sehingga tidak menjalar dan membuat kasus-kasus gagal bayar perbankan seperti 1998 dan 2008 itu yang harus diantisipasi," kata Bhima kepada reporter Tirto, Rabu (28/9/2022).
Selain itu, Bhima juga meminta kepada pemerintah agar bantalan sosial terhadap masyarakat diperluas. Hal ini mengingat jumlah masyarakat rentan miskin di Indonesia jumlahnya cukup besar.
“Dan itu paling terdampak dan rentan mereka harusnya diberikan perlindungan sosial bukan hanya orang miskin diberikan bansos, tapi rentan miskin juga berhak mendapatkan kompensasi dari kenaikan inflasi," kata dia.
Kemudian dari segi pelaku UMKM sebagai bantalan paling efektif dalam mempertahankan perekonomian, perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.
Pemerintah, kata Bhima, harus all out melalui pembiayaan murah, bantuan modal langsung, pendampingan, sampai dengan bisa cepat langsung ke ekosistem digital.
Sementara itu, pengamat ekonomi IndiGo Network, Ajib Hamdani menambahkan, untuk meredam risiko resesi global pemerintah cukup fokus dengan program yang sedang didorong, yaitu transformasi ekonomi. Melalui peningkatan nilai tambah atas setiap komoditas unggulan yang ada.
“Ditambah dengan keunggulan jumlah penduduk sebesar 273 juta orang, nomor 4 besar dunia, Indonesia relatif bisa terhindar dari potensi resesi global. Kondisi paling buruk adalah adanya imbas inflasi yang juga akan mengerek di ekonomi domestik Indonesia,” kata dia.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati sebelumnya memperkirakan ekonomi global tahun depan akan jatuh ke dalam jurang resesi. Perkiraan itu semakin menguatkan proyeksi dilakukan oleh Bank Dunia.
Dia mengatakan, kenaikan suku bunga acuan bank sentral di sejumlah negara akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Sehingga menghantarkan sejumlah negara berpotensi masuk ke jurang resesi.
“Kenaikan suku bunga cukup ekstrem bersama-sama, maka dunia pasti resesi pada 2023,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (26/9/2022).
Sri Mulyani mengatakan, saat ini suku bunga acuan bank sentral Inggris sudah naik 200 basis poin selama 2022. Begitu pula dengan Amerika Serikat yang sudah naik 300 bps sejak awal tahun.
“(Bunga acuan) AS sudah 3,25 persen, sudah naik 300 bps, ini terutama karena rapat September ini mereka menaikkan lagi dengan 75 bps. Ini merespons inflasi AS 8,3 persen," ungkapnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz