tirto.id - Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (26/9/2018) akhirnya menaikkan suku bunga jangka pendeknya sebesar 25 basis poin. Kenaikan ini sudah ketiga kalinya tahun ini sejak akhir 2015.
"Mengingat realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi pasar kerja dan inflasi, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk menaikkan kisaran target untuk suku bunga federal fund (FFR) menjadi 2,00 persen hingga 2,25 persen," kata The Fed dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan dua hari, seperti diberitakan Antara.
The Fed mengatakan pasar tenaga kerja AS terus menguat dan kegiatan ekonomi telah "meningkat pada tingkat yang kuat", dengan belanja rumah tangga dan investasi bisnis tumbuh tinggi.
Bank sentral juga mengatakan baik inflasi maupun apa yang disebut inflasi inti untuk barang-barang selain makanan dan energi, mendekati target bank sentral sebesar 2,00 persen.
Bank sentral memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh 3,1 persen tahun ini, lebih tinggi dari 2,8 persen yang diperkirakan pada Juni, menurut proyeksi ekonomi terbaru The Fed yang dirilis pada Rabu (26/9).
Pertumbuhan ekonomi yang solid dan tingkat pengangguran yang menurun cenderung menjaga The Fed pada jalur stabil menuju pengetatan kebijakan moneter untuk mencegah ekonomi AS dari overheating (terlalu panas), kata para analis.
Pejabat-pejabat The Fed memperkirakan satu kenaikan suku bunga lagi tahun ini, menurut perkiraan median untuk suku bunga federal fund. Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan kebijakan Desember.
Bank sentral pada Rabu (26/9/2018) juga mengurangi penggunaan kalimat, "sikap kebijakan moneter tetap akomodatif" dari pernyataannya. Tetapi Ketua The Fed Jerome Powell mengecilkan arti penting dari perubahan ini.
"Ini tidak menandakan perubahan dalam kebijakan. Sebaliknya, itu adalah tanda bahwa kebijakan berjalan sesuai dengan harapan kami," kata Powell pada konferensi pers, Rabu (26/9/2018).
"Kami masih berharap, sesuai pernyataan yang kami katakan, peningkatan lebih lanjut secara bertahap dalam kisaran target untuk suku bunga fed fund," katanya.
Dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS ini sudah diprediksi oleh beberapa pengamat ekonomi di Indonesia. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin yang baru saja diputuskan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, sudah diantisipasi oleh pasar.
"Kalau The Fed itu memang sudah dalam ekspektasi kenaikan 25 basis poin ini. Jadi kelihatannya pasar sudah antisipasi, bahkan mereka sudah antisipasi akhir tahun naik lagi," ujar David di Jakarta, Kamis (26/9/2018).
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri