tirto.id - Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) berencana untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan pada September dan Desember mendatang.
Apabila rencana tersebut jadi terlaksana, maka pada tahun ini The Fed tercatat menaikkan suku bunga acuan sampai dengan empat kali.
Tim Ekonom Bank Mandiri menilai, kemungkinan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan itu relatif besar. Bahkan eskalasi perang dagang AS dengan sejumlah negara lain yang terus meningkat disebutkan tidak akan memengaruhi keputusan The Fed dalam mengambil sikap.
“The Fed lebih melihat data yang ada di dalam negeri mereka. Seperti data inflasi dan juga tingkat pengangguran,” kata Kepala Tim Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan di Plaza Mandiri, Jakarta pada Kamis (30/8/2018).
Lebih lanjut, Anton menyebutkan dampak perang dagang sejauh ini belum akan memengaruhi keputusan The Fed tersebut. Ia mengatakan pengaruh perang dagang kemungkinan baru akan dipertimbangkan apabila tingkat pertumbuhan ekonomi AS tiba-tiba turun.
“Kalau melihat Powell [Kepala Federal Reserve Jerome Powell] dalam janjinya di Jackson Hole (Wyoming, AS), ia berusaha melihat data yang aktual,” ungkap Anton.
Dari ucapan Powell itu, Anton lantas menganalisis bahwa Powell juga tengah mempertahankan independensi The Fed. Ia menilai Powell tidak begitu saja mendukung kebijakan Trump yang memang menginginkan agar pertumbuhan ekonomi AS terus bertambah tinggi.
Dengan demikian, Anton pun melihat Powell masih berpegang pada data inflasi serta belum mempertimbangkan dampak dari perang dagang sebagai salah satu komponen penentu keputusannya dalam menaikkan suku bunga acuan.
Tim Ekonom Bank Mandiri sendiri mengaku tidak menduga pertumbuhan ekonomi AS dapat berlangsung cepat seperti sekarang ini. Hal itulah yang lantas diyakini mereka sebagai faktor untuk menaikkan suku bunga The Fed secara agresif dan dalam waktu yang relatif singkat.
Kendati demikian, Tim Ekonom Bank Mandiri melihat adanya potensi bagi pertumbuhan ekonomi AS mengalami perlambatan.
“Pada 2020-2021, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan kembali melambat. Jadi walaupun bertumbuh tinggi, namun itu relatif melambat,” ujar salah satu ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yandri Daniel Damaledo