tirto.id - Presiden Prabowo Subianto, mengungkapkan kekagumannya kepada pahlawan Turki bernama Mustafa Kemal Atartuk dan Sultan Muhammad Al-Fatih. Pahlawan Turki itu biasa dikenal sebagai Mehmed II Sang Penakluk.
Menurut Prabowo, bagi negara-negara berkembang, Mustafa Kemal adalah sebuah ikon contoh keberanian, kepemimpinan, patriotisme, dan sosok yang memiliki semangat, serta tidak mengenal menyerah. Dia mengakui bahwa Mustafa Kamal adalah salah satu inspirasinya dalam memimpin.
"Sudara-saudara sekalian, karena itu dunia saat ini keadaan geopolitik saat ini di dunia menurut pendapat saya memerlukan kepemimpinan yang sama, kepemimpinan penuh keberanian, kepemimpinan penuh kearifan, seperti tergambar di sosok Mustafa Kemal," kata Prabowo, saat berpidato di depan Parlemen Turki di Ankara, Kamis, (10/4/2025).
Diakui Prabowo, dirinya memang mempelajari sejarah Turki dan sangat menghormati hal itu. Dia bahkan memiliki patung Mustafa Kemal Atartuk yang dipajang di kantornya.
"Kalau saudara datang ke kantor saya di Jakarta kalau saudara datang ke rumah saya di Jakarta, ada patung Mustafa Kemal Atartuk, di kantor saya di rumah saya," tutur Prabowo.
Diketahui, Presiden Prabowo Subianto, memulai kunjungan kerjanya ke sejumlah negara di Timur Tengah dan Turki, Rabu (9/4/2025) dini hari. Dia meninggalkan Indonesia dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Menurut Prabowo, negara pertama yang akan dikunjungi adalah Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Dia menemui Presiden Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed untuk membahas perkembangan geopolitik dan geoekonomi.
"Dari situ saya akan terbang langsung ke Ankara melaksanakan kunjungan kenegaraan sebagai balasan kunjungan Presiden Turkiye ke Indonesia beberapa saat lalu," ucapnya di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Rabu dini hari.
Prabowo melanjutkan kunjungannya ke Kairo, Mesir. Dia nantinya bakal menemui Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi. Dari Kairo, Prabowo akan melanjutkan lawatan ke Qatar. Dia tepatnya akan mengunjungi Doha, Qatar, untuk membahas perjanjian antara dua negara.
Penulis: Ayu Mumpuni
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama