tirto.id - Bank digital saat ini menjadi primadona masyarakat untuk memberikan solusi pengelolaan keuangan. Salah satu nasabah bank digital, Putri (22), mengaku memilih layanan bank digital karena memudahkan transaksi kapan saja dan di mana saja.
"Karena memudahkan, di zaman sekarang benar-benar kasih kemudahan, layanannya terintegrasi. Sekarang semua pembayaran hampir menggunakan sistem cashless," kata Putri kepada Tirto, Selasa (15/12/2023).
Peralihan sistem pembayaran di berbagai restoran, pusat perbelanjaan hingga bayar parkir saat ini sudah terintegrasi langsung. Hal itu juga yang menjadi faktor Putri lebih memilih memakai bank digital.
"Semua cashless, saat bertransaksi di restoran sampai bayar parkir, isi saldo e-commerce pun bisa, ibaratnya all in one lah penggunaan bank digital," ucap Putri.
Tidak hanya Putri, Awal (24) mengaku menggunakan bank digital untuk menghindari buku tabung atau dokumen fisik yang disediakan oleh perbankan konvensional. Tidak hanya itu, dia menuturkan bank digital menawarkan promo yang menarik.
"Fleksibel diakses, menghindari kartu kredit, buku tabungan, dokumen fisik yang sejenisnya yang rentan hilang atau terselip," ungkap Awal.
Sementara itu, Mila (30) mengaku tertarik menggunakan bank digital karena banyak promo yang ditawarkan. Mulai dari diskon belanja di e-commerce hingga transaksi yang lebih mudah.
"Bank digital juga menawarkan kantung uang digital. Jadi kita bisa menyimpan uang dengan saku-saku berbeda tanpa membuka rekening yang baru," ungkap Mila.
Peralihan Perilaku Konsumen Perbankan
Menurut Laporan Survei Keuangan Pribadi oleh McKinsey tahun 2021, nasabah di Asia Pasifik yang aktif menggunakan perbankan digital melonjak menjadi 88 persen dibandingkan 65 persen pada empat tahun lalu.
McKinsey mengungkapkan, penggunaan perbankan digital di Kawasan Asia Pasifik telah memasuki tahap percepatan. Hampir sembilan dari sepuluh konsumen di pasar negara berkembang dan maju di Asia Pasifik telah menggunakan perbankan digital secara aktif. Sebagian dari mereka juga terbuka untuk membeli lebih banyak layanan perbankan melalui saluran digital.
Perilaku konsumen Asia Pasifik yang semakin menyukai perbankan digital ini telah menurunkan aktivitas di kantor cabang secara signifikan. Meski aktivitas turun, menurut McKinsey, cabang masih tetap memainkan peran penting dalam memperkuat kepercayaan bank sebagai mitra utama konsumen dalam mengelola uang.
Pengurangan kantor bank konvensional salah satunya dialami oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, menuturkan hingga akhir Juni 2023, pihaknya memiliki 7.980 outlet jaringan kantor. Jumlah outlet tersebut berkurang 229 kantor apabila dibandingkan dengan akhir 2022.
Menurut Hendy, pengurangan outlet konvensional adalah bagian dari strategi perusahaan yang mengikuti customer journey. Didukung dengan masifnya proses digitalisasi, sehingga masyarakat di Tanah Air semakin terbiasa dengan transaksi digital.
McKinsey melihat konsumen perbankan di Indonesia sangat terbuka untuk menggunakan perbankan digital. Dalam studi yang berjudul ‘Digital Banking: Building Loyality and Generating Growth’ pada 2019, konsumen Indonesia mulai merangkul perbankan digital.
Sekitar 50 persen dari seluruh responden menyatakan akan mempertimbangkan untuk pindah ke bank tanpa kehadiran fisik. Sebagian besar responden juga menyatakan keyakinan mereka akan mengalihkan 25 hingga 50 persen saldonya ke bank digital murni atau bank yang didirikan dari awal dengan konsep digital.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin