tirto.id - Teori konspirasi adalah upaya untuk menjelaskan peristiwa yang berbahaya atau tragis sebagai hasil dari tindakan kelompok kecil yang kuat.
Penjelasan seperti ini menolak narasi yang diterima seputar peristiwa-peristiwa tersebut. Versi resmi suatu kejadian, biasanya dipercayai sebagai bukti lebih lanjut dari konspirasi.
Isi teori konspirasi sarat secara emosional dan penemuan yang diduga dapat memuaskan. Standar pembuktian untuk menguatkan teori konspirasi biasanya lemah, dan mereka biasanya sarat akan pemalsuan.
Kelangsungan hidup teori konspirasi dapat dibantu oleh bias psikologis dan ketidakpercayaan terhadap sumber-sumber resmi. Demikian sebagaimana ditulisBritanicca.
Teori konspirasi sama tuanya dengan waktu, tetapi baru beberapa tahun belakangan ini para psikolog mulai mengurai kepercayaan yang dimiliki sebagian orang.
Menurut peneliti Goertzel (1994), teori konspirasi adalah penjelasan yang merujuk pada kelompok tersembunyi yang bekerja secara rahasia untuk mencapai tujuan jahat. Demikian sebagaimana ditulisBusiness Insider.
Mungkin Anda sering menemukan orang-orang di sekitar Anda percaya akan teori konspirasi, bahkan mungkin sering dan senang membahasnya.
Lalu, mengapa ada orang yang venderung mempercayai teori konspirasi? Hal ini sebenarnya dapat dilihat dalam kacamata psikologi. Berikut penjelasannya.
Keinginan untuk mencari kepastian
Keinginan untuk mencari kepastian. Mencari penjelasan adalah keinginan alami manusia. Manusia dengan cepat mencari jawaban atas keingintahuan dalam dirinya.
Jawaban yang diinginkan juga tidak harus jawaban yang benar, tetapi jawaban yang menghibur atau yang sesuai dengan pandangan dunia masing-masing.
Menurut berbagai ahli dan definisi teori konspirasi merupakan kepercayaan yang salah. Tetapi orang-orang yang percaya akan teori konspirasi memiliki kepentingan untuk mempertahankannya.
Pertama, mereka berupaya memahami penjelasan teori konspirasi tersebut, seperti dengan membaca buku, berselancar di situs web, atau menonton program TV yang mendukung keyakinan mereka.
Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak menyenangkan, dan teori konspirasi memberikan rasa pengertian dan kepastian yang menghibur. Demikian sebagaimana dilaporkanPsychology Today.
Teori konspirasi membuat seseorang merasa spesial
Dilansir Business Insiderpenelitian Lantian et al. (2017) meneliti peran 'kebutuhan akan keunikan' seseorang dan keyakinan teori konspirasi, dan menemukan korelasi.
Lantian berpendapat bahwa orang yang sangat membutuhkan keunikan lebih mungkin dan lebih cenderung mendukung teori konspirasi daripada kelompok oran lainnya.
Hal ini karena teori konspirasi mewakili kepemilikan informasi yang tidak konvensional dan berpotensi langka.
Selain itu, teori konspirasi mengandalkan narasi yang merujuk pada pengetahuan rahasia (Mason, 2002) atau informasi, yang, menurut definisi, tidak dapat diakses oleh semua orang, jika tidak maka tidak akan menjadi rahasia dan itu akan menjadi fakta yang terkenal .
Orang-orang yang percaya pada teori konspirasi dapat merasa "istimewa," dalam arti positif, karena mereka mungkin merasa bahwa mereka lebih terinformasi daripada yang lain tentang peristiwa sosial dan politik yang penting.
Penelitian ini menunjukkan orang-orang yang memiliki kebutuhan keunikan pada dirinya berkaitan dengan kepercayaan mereka terhadap teori konspirasi.
Keinginan untuk mengontrol dan rasa aman
Keinginan untuk kontrol dan keamanan. Orang-orang perlu merasa bahwa mereka mengendalikan hidup mereka. Misalnya, banyak orang merasa lebih aman ketika mereka menjadi pengemudi di dalam mobil daripada penumpang.
Tentu saja, bahkan pengemudi terbaik dapat mengalami kecelakaan karena alasan di luar kendali mereka.
Demikian juga, teori konspirasi dapat memberikan rasa percaya diri dan kontrol kepada orang yang mempercayainya.
Terutama, saat suatu gagasan merasa mengancam diri mereka. Misalnya, jika suhu global meningkat dahsyat karena aktivitas manusia, maka saya harus melakukan perubahan yang menyakitkan pada gaya hidup nyaman saya.
Tetapi jika para pakar dan politisi meyakinkan saya bahwa pemanasan global adalah tipuan, maka saya dapat mempertahankan cara hidup saya saat ini.
Jenis penalaran termotivasi ini adalah komponen penting dalam keyakinan teori konspirasi. Demikian sebagaimana ditulis Psychology Today.
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang akan cenderung beralih ke teori konspirasi ketika mereka cemas (Grzesiak-Feldman, 2013) dan merasa tidak berdaya (Abalakina-Paap, Stephan, Craig, & Gregory, 1999).
Demikian sebagaimana dilaporkan dalam Karen M. Douglas, Robbie M. Sutton, dan Aleksandra Cichocka dalam penelitian berjudul The Psychology of Conspiracy Theories.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yandri Daniel Damaledo