tirto.id - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menawarkan hadiah sampai 5 juta dolar AS bagi siapa pun yang punya informasi berguna yang menuntun pada penangkapan dan/atau pengakuan dari Dario Antonio Úsuga David.
Departemen Luar Negeri AS, yang membuat pengumuman di atas, begitu menginginkan Úsuga masuk penjara. Jika memakai kurs rupiah sekarang, informasi tentangnya dihargai hingga sekitar Rp71,08 miliar.
Úsuga atau kerap disapa Otoniel lahir di Antioquia, tempat di mana Pablo Escobar pernah berkuasa, pada 1971. Pada usia 16, Úsuga bergabung dengan kelompok gerilyawan Popular Liberation Army (PLA) yang menganut pemahaman Marxisme-Leninisme dan Maoisme. Di sini ia mulai akrab dengan senjata api.
Otoniel keluar dari PLA setelah tiga tahun dan bergabung dengan Autodefensas Unidas de Colombia (United Self-Defense Forces of Colombia/AUC)–kelompok paramiliter yang juga berbisnis narkotika. Otoniel meniti “karier profesional”-nya di sini.
Dia kemudian menjadi salah satu pemimpin di Bloque Centauros atau Centaur Block bersama saudaranya, Juan de Dios Úsuga David atau Giovanny. Centaur Block adalah salah satu kelompok turunan paling berpengaruh di AUC. Mereka bertugas menarik uang dari para petani dan pedagang di Eastern Plains atau Llanos Orientales–daerah hijau Kolombia. Diperkirakan, anggota kelompok ini mencapai 6.000.
Tidak heran, di kemudian hari, setelah AUC menurunkan senjata pada 2005-2006, Otoniel dan saudaranya direkrut menjadi petinggi di bawah komando Daniel Rendón Herrera alias Don Mario. Nama terakhir sempat jadi orang nomor dua di Centaur Block sebelum demobilisasi.
Polisi mendeskripsikan kehidupan orang-orang macam Otoniel, Giovanny, dan Don Mario “eksentrik dan mewah.”
Don Mario ditangkap kepolisian pada 2009, menjadikan Úsuga bersaudara sebagai pemimpin grup yang kelak dikenal dengan nama Clan del Golfo atau Clan Úsuga atau Los Urabeños. Tiga tahun berselang, giliran Giovanny yang ditembak mati. Otoniel pun menjadi satu-satunya pemimpin di Urabeños.
Dia langsung jadi buronan nomor wahid. Otoniel punya 128 surat penangkapan, di antaranya tentang penyelundupan narkoba, penyuapan, pembunuhan, perdagangan senjata, pembentukan kelompok bersenjata, dan kejahatan kemanusiaan.
Tapi yang paling bikin AS jengkel adalah soal narkotika. Dalam laporan 2020, Drug Enforcement Administration (DEA) AS mencatat 91% narkotika yang berhasil dirampas dari jalanan berasal dari Kolombia. Di antaranya adalah kokaina, tersebar hingga kurang lebih 29 ton, yang tidak lain merupakan produk andalan Urabeños.
“Kelompok kriminal lintas negara Kolombia yang paling signifikan dan memberi dampak dalam perdagangan narkotika di Amerika Serikat adalah Gulf Clan, yang juga dikenal dengan sebutan Los Urabeños, Clan del Golfo, dan Clan Úsuga. Kelompok kejahatan lintas negara ini terstruktur rapi dan berkembang menjadi kelompok bersenjata terbesar di Kolombia,” catat DEA.
Bersanding dengan Escobar
Setelah AUC luluh, pemerintah Kolombia di bawah pimpinan Álvaro Uribe Vélez menciptakan sebutan bagi organisasi kriminal macam Urabeños: BACRIM (bandas criminales). Kokaina hanyalah salah satu sumber penghasilan BACRIM. Mereka juga mendapatkan duit dari pemalakan, perampokan, dan kejahatan-kejahatan lain.
Insightcrime mencatat generasi kelompok paramiliter macam Urabeños adalah generasi ketiga organisasi penyelundupan narkotika. Generasi pertama tentu kartel Medellin dan Cali. Kartel macam Medellin sangat terstruktur, berada di bawah pimpinan Pablo Escobar dan punya banyak cara menyelundupkan narkotika ke AS. Generasi kedua di antaranya The Norte del Valle Cartel yang punya afiliasi dengan Cali dan AUC. Kelompok ini tidak terstruktur dan seringkali bertengkar antar geng.
Dengan pengawasan yang semakin ketat, sulit bagi kartel Kolombia generasi ketiga menyalurkan langsung ke AS. Untuk itu, mereka menjual kokaina ke Meksiko lewat Honduras. Dari Meksiko narkotika bisa masuk ke AS.
Perbedaan lain dari generasi sebelumnya adalah hierarki yang tidak terlalu ketat. Mereka lebih seperti waralaba. Sebab itu BACRIM menjamur di berbagai daerah Kolombia. Karena itu pula Otoniel tidak punya pengaruh penuh terhadap seluruh anggotanya. Otoniel berada di kalangan “Estado Mayor” atau sekelas jenderal. Dia memimpin Urabeños di pusat: Kota Uraba. Di wilayah lain, banyak pemimpin yang punya gelar sekelas letnan dan punya kebijakan mencari uang masing-masing.
Hanya satu yang mempersatukan mereka: perdagangan narkotika.
Kendati ada tiga BACRIM yang diakui pemerintah Kolombia, tapi, seperti dikatakan Jeremy McDermott dalam tulisan berjudulThe Last Man Standing? The Rise of Colombia’s Urabeños (2014), hanya Urabeños “yang punya jangkauan nasional.” Dari 33 provinsi atau departemen Kolombia, Urabeños bercokol kuat setidaknya di 17 provinsi. Anggotanya ada 2.650, tapi mereka yang siap bergerak untuk ditugaskan diperkirakan mencapai 10 ribu.
Urabeños tidak gentar walau harus membunuh polisi. Pada 2012, setelah Giovanny ditembak mati, kepolisian menemukan selebaran bertanda Urabeños yang menawarkan 500 dolar AS bagi siapa pun yang menembak mati polisi. Ada uang lebih apabila korban bergabung dalam satuan tindak pidana narkotika.
Pada 2016, Urabeños melancarkan serangan pada polisi dengan nama “pistol plan” atau “gun plan”. Intinya adalah perang pada polisi di daerah Antioquia. Setidaknya lima polisi meninggal. Tahun 2017, giliran mobil patroli polisi dipasangi bom. Meski tidak ada korban jiwa, tapi dua polisi di dalam mobil terluka parah.
Urabeños lagi-lagi menawarkan uang hadiah pada 2018. Kali ini mencapai 70 ribu dolar AS. Kali ini targetnya adalah anjing polisi jenis gembala Jerman bernama Sombra (Shadow). Anjing polisi itu menjadi target setelah dapat mengendus 10 ton kokaina. Polisi tidak menganggap enteng ancaman itu dan menarik Sombra dari tugas lapangan untuk sementara.
Kerja Urabeños yang terpisah-pisah ini nyatanya tidak mengendurkan keinginan pemerintah Kolombia menangkap sang jenderal: Otoniel. Pada 2016, pemerintah Kolombia melancarkan Operasi Agamemnon (diambil dari nama raja mitologi Yunani). Operasi ini sukses menangkap banyak anggota Urabeños tapi Otoniel masih lolos.
Tahun 2017, pada Operasi Agamemnon II, ada 13,4 ton kokaina Urabeños yang berhasil disita. Nilainya mencapai sepertiga miliar dolar AS. Selain itu, polisi berhasil menangkap Eduardo Ortiz Tuberquia alias El Indio. Dia adalah orang nomor tiga di Urabeños dan salah satu penggerak “pistol plan”.
Pada bulan Agustus, saatnya orang nomor dua Urabeños, Roberto Vargas Gutiérrez alias Gavilán, yang ditembak mati polisi. Dia adalah otak di balik serangan pada polisi pada 2016. Tumbangnya tokoh inti Urabeños secara terus-menerus membuat Otoniel tidak yakin bisa terus melarikan diri.
Kurang lebih sebulan kemudian, September 2017, Otoniel menawarkan untuk menyerahkan diri dan demobilisasi Urabeños. “Apabila tercapai kesepakatan, kami bersedia menghentikan seluruh aktivitas ilegal organisasi,” kata Otoniel. Tentunya tawaran ini ditolak pemerintah.
Operasi Agamemnon II terus berjalan. Penegak hukum juga berhasil menangkap saudara Otoniel sepanjang 2019-2021. Carlos Mario Úsuga David ditangkap 2019. Dia bekerja pada bagian keuangan gang. Kemudian, saudara perempuannya Nini Johana Úsuga, yang diringkus pada 2021. Keduanya bersama sepupu Otoniel, Harlinson Úsuga Úsuga, diekstradisi ke AS.
Otoniel akhirnya ikut tertangkap pada Oktober 2021 oleh 500 polisi dan tentara dan dibantu 22 helikopter. Ini menunjukkan bahwa Otoniel memang tidak sehebat dulu yang bisa menghindari kejaran 1.200 pasukan.
Dia ditemukan melarikan diri ke perdesaan Antioquia. Otoniel memang bukan tipikal mafia yang tinggal di daerah padat dan menggunakan gawai. Otoritas setempat berhasil menemukannya dengan bantuan gambar satelit serta petugas dari AS dan Inggris. Dalam foto yang beredar, Otoniel tampak santai saat dalam penahanan.
Presiden Kolombia Ivan Duque mengatakan operasi penangkapan Otoniel adalah penjelajahan hutan terbesar yang pernah dilakukan militer Kolombia. “Ini adalah kesuksesan terbesar pada penanganan perdagangan narkotika abad ini di Kolombia. Penangkapan ini hanya bisa disejajarkan dengan tumbangnya Pablo Escoba di tahun 1990-an,” kata Duque merayakan keberhasilan pasukannya.
Seperti keluarganya yang lebih dahulu ditahan, Otoniel akan diekstradisi ke Negeri Paman Sam, jauh dari sisa famili, koneksi, dan orang-orang yang mendukungnya.
Raja narkotika Pablo Escobar pernah mengatakan betapa buruknya penahanan di AS, sesuatu yang sebentar lagi dirasakan Otoniel. Dalam sebuah surat dia menulis: Aku tidak akan dipaksa meninggalkan negaraku selama masih hidup. Aku lebih baik mati di Kolombia daripada harus hidup di penjara AS.
Editor: Rio Apinino