Menuju konten utama
Al-Ilmu Nuurun

Ada Sentuhan Tangan Ilmuwan Muslim di Gedung Pencakar Langit

Pelbagai gedung pencakar langit dunia terus berkembang jumlah dan ketinggiannya. Desain dan teknologi pun makin beragam berkat sentuhan para arsitektur, salah satunya  Fazlur Rahman Khan yang punya sumbangan gedung pencakar langit di AS dan Timur Tengah.

Ada Sentuhan Tangan Ilmuwan Muslim di Gedung Pencakar Langit
Fazlur Rahman Khan. Foto/istimewa

tirto.id - Manusia terus berlomba membangun gedung tinggi sejak peradaban kuno, bahkan dalam satu abad terakhir pembangunan pencakar langit pun makin masif. Semenjak Singer Building di New York yang berdiri pada 1908 dengan tinggi 187 meter, sempat dinobatkan sebagai gedung tertinggi di dunia pada awal abad-20. Kini sudah banyak negara memiliki gedung pencakar langit. Burj Khalifa yang berada di Dubai, dengan tinggi 828 meter masih belum terkalahkan dan terus dikagumi hingga kini.

Bila Anda salah satu yang kagum pada bangun-bangunan pencakar langit, maka Anda selayaknya berterima kasih pada Fazlur Rahman Khan. Ia seorang ilmuwan muslim yang membuat inovasi arsitektur dan konstruksi bangunan pencakar langit di dunia era modern. Fazlur memperkenalkan sebuah struktur rangka baja pada bangunan modern. Teknik bangunan rangka baja vertikal dan horizontal yang dibangun dalam kontak persegi panjang untuk menopang lantai, atap dan dinding bangunan yang semuanya menempel pada satu frame.

Perkembangan inovasi ini yang membuat gedung pencakar langit menjadi mungkin dibangun jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Teknik yang dinamai Tube Structural System diperkenalkan Fazlur saat ia bekerja di perusahaan arsitektur Skidmore, Owings & Merrill (SOM), di Chicago, Amerika Serikat pada tahun 1963.

Tube Sturctural System ini merupakan sistem untuk menahan beban lateral yakni angin, gempa, benturan dan lain-lain, di mana sebuah bangunan dirancang seperti silinder berongga dengan kantilever tegak lurus terhadap tanah. Secara sederhana, bentuk bangunan yang menggunakan sistem ini memiliki rongga pada bagian tengah bangunan. Teknik ini tidak hanya membuat bangunan lebih kuat dan efisien, tapi juga secara signifikan mengurangi material bangunan.

Dampaknya dari sisi keuangan bangunan ini lebih efisien dan ekonomis serta mengurangi dampak buruk pada lingkungan. Teknik ini pertama kali dicoba untuk membangun apartemen Dewitt Chestnut di Chicago pada 1963. Tingginya apartemen ini yakni 120 meter dengan 43 lantai. Pada 1965, Fazlur kembali dipercaya menjadi arsitek menara John Hancock di Chicago pada 1965.

Menara ini juga dibangun dengan teknik yang sama dan berhasil menjadikan menara John Hancock menjadi gedung tertinggi di luar New York dengan ketinggian 344 meter. Tube System yang dibuat oleh Fazlur kemudian juga digunakan untuk membangun World Trade Center (WTC) pada 1973. Pada tahun yang sama, Fazlur juga tengah menggarap menara Sears di Chicago.

Menara yang kini berganti nama menjadi menara Willis itu sempat menjadi gedung tertinggi di dunia mengalahkan WTC. Gedung ini memiliki 108 lantai dengan ketinggian 442 meter, sedangkan WTC tingginya sempat mencapai 415 meter--sebelum runtuh pada 2001. Kesuksesan pembangunan menara Sears membuat nama Fazlur bersinar di kalangan arsitek dan insinyur pembangunan. Ia lantas dijuluki the father of tubular designs.

infografik rahman khan si pencakar langit

Arsitek Muslim dari Bangladesh

Fazlur lahir di Dhaka, India (kini Bangladesh) pada 3 April 1929. Ia memulai pendidikannya di Bangladesh University of Engineering & Technology. Pada 1952, ia pindah ke Amerika Serikat setelah menerima beasiswa Fullbright. Dalam tiga tahun ia mendapat tiga gelar dari University of Illinois yakni master structural engineering, master di bidang theoretical applied mechanics, dan Ph.D. di bidang structural engineering.

Sebagai seorang keturunan Bangladesh, ia tidak lupa asalnya. Meski hidup dan sudah menjadi warga negara Amerika, ia tetap selalu memperhatikan negera asalnya. Pada saat perang kemerdekaan Bangladesh pada 1971, Fazlur berperan aktif dalam menyampaikan opini-opini publik dan menggalang dana kemanusiaan dari Chicago. Ia juga membuat organisasi sosial yang bernama The Bangladesh Emergency Welfare Appeal.

Organisasi ini banyak mengumpulkan bantuan untuk warga Bangladesh selama perang. Kiprahnya sebagai arsitek hebat pun membuat pemerintah Arab Saudi meliriknya untuk mengerjakan sejumlah mega proyek. Ia dipercaya dalam pembangunan terminal haji Bandara Internasional King Abdulaziz. Bangunan itu mendapat sejumlah penghargaan, salah satunya Aga Khan Award for Architecture, yang menggambarkan kontribusi yang memukau arsitektur untuk umat Islam.

Sayangnya usia Fazlur tidak panjang. Dalam sebuah perjalanan ke Jedah 27 Maret 1982, Fazlur menghembuskan napas terakhir karena serangan jantung. Ia meninggal pada usia 52 tahun. Jasadnya kemudian dikembalikan ke Amerika dan dimakamkan di Chicago.

Baca juga artikel terkait AL-ILMU NUURUN atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Humaniora
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Suhendra