Modernisme Fazlur Rahman memang kontroversial. Tapi sumbangannya begitu besar bagi khazanah intelektual Islam kontemporer.
Ahmad Milad Karimi mendorong integrasi kaum muslim di Eropa. Menerjemahkan Al-Qur'an secara puitis dalam bahasa Jerman.
Kecia Ali mengkritik pandangan ulama klasik tentang syahwat perempuan yang tak terkendali. Menekankan 'persetujuan' dan 'mutualitas'.
Hassan Farhan Maliki meneliti masa lalu Islam secara kritis berdasarkan hadis. Rezim Saudi tak menghendakinya.
Bagi Shahab Ahmed, Islam sangat toleran dan lebih menerima perbedaan pada masa awal. Ortodoksi syariat membuat agama ini makin kaku.
Khaled Abou El Fadl menggali konsep 'keindahan' dalam syariah Islam. Bertentangan dengan tafsir ala Wahabi.
Abdal Hakim Murad menekuni Islam tradisional dari Cambridge. Mendalami sufisme dan mengkritik feminisme Barat.
Souleymane Diagne mengambil filsafat Barat dan mendialogkannya dengan filsafat Islam. Ia juga menggali khazanah tradisional Afrika.
Amina Wadud melakukan terobosan penafsiran Al-Qur'an melalui perangkat feminisme. Pernah menjadi imam salat bagi lelaki dan perempuan.
Sari Nusseibeh mendorong dialog intelektual antara Israel dengan Palestina. Meyakini perdamaian dan filsafat yang membumi.
Ridwan al-Sayyid menentang sektarianisme & fundamentalisme. Telaahnya tentang krisis politik Islam berakar dari sejarah.
Rezim demokratis sekular tak cukup. Bagi Abdolkarim Soroush, pemerintahan religius yang demokratis bisa dijalankan sekaligus.
Bagi Taha Abdurrahman, Islam adalah modernitas. Menawarkan alternatif di luar dominasi Barat.
Nasr Hamid Abu Zayd menggunakan hermeneutika untuk menafsirkan Al-Qur'an. Terkesan dengan dinamika Islam di Indonesia.
Rachid Ghannouchi berakar dari intelektualisme Ikhwanul Muslimin. Meyakini demokrasi sejalan dengan Islam.
Fatema Mernissi mengkritik interpretasi agama yang berpusat pada lelaki. Baginya, Aisyah adalah spirit kritik bias gender dalam Islam.
Leila Ahmed merevisi pandangan lamanya soal jilbab sebagai penindasan kepada perempuan. Berubah setelah pindah ke AS.
Muhammad Shahrur memakai penalaran matematika dalam linguistik sebagai dasar pemaknaan Al-Qur'an. Dianggap Martin Luther dari dunia Islam.
Abed al-Jabiri mengawinkan tradisi Arab-Islam dengan modernitas Barat. Menjadi inspirasi para intelektual NU.
Baqir al-Sadr menggali khazanah intelektual Syiah untuk mengkritik kapitalisme sekaligus komunisme. Berakar dari tradisi para marja'.
Hassan Hanafi percaya kepada jalan tengah di antara pergumulan Islam dan Barat. Dalam hal fikih, ia seperti Imam Syafi'i di masa lalu.
Di tengah gempuran politisasi agama di dunia Arab, Sadiq Jalal al-Azm gigih menentangnya. Menyorongkan sekularisme & demokrasi liberal.
Ali Shariati mengambil, sekaligus mengkritik, marxisme sebagai landasan pembebasan manusia. Islam sebagai ideologi menjadi dasar pemikirannya.
Ali Mazrui menyorongkan gagasan radikal tentang dewesternisasi Afrika. Kritikus keras marxisme dan sosialisme Afrika.
Bagi Hossein Nasr, modernitas Barat mendegradasikan spiritualitas laum muslim. Mengajak kembali kepada filsafat Islam.
Wacana ekonomi marxis akhir abad ke-20 diramaikan pemikiran Samir Amin. Banyak terinspirasi dari KAA Bandung 1955.
Naquib al-Attas adalah perintis utama dewesternisasi dalam kajian Islam-Melayu. Penerus aspirasi teologi rasional klasik di era modern.
Mohammed Arkoun mendorong penggalian Islam sebagai objek historis, bukan hanya agama wahyu. Banyak ditentang kaum Islam politik.
Fuad Sezgin menggali khazanah ilmu pengetahuan Islam zaman pramodern yang terabaikan. Belajar banyak dari orientalis Jerman.
'Abd al-Rahman Badawi mendalami eksistensialisme sebelum Sartre menjadi tren. Menyintesiskan filsafat Barat dengan tradisi filologi Arab.
Aisha Abd al-Rahman alias Bint al-Shati tekun mempelajari filologi Quranik dan dijadikan landasan intelektualnya. Menolak disebut feminis.