tirto.id - Ratusan orang terluka saat pemungutan suara dalam referendum kemerdekaan di Catalunya, Spanyol. Para polisi menembak dengan peluru karet untuk membubarkan kerumunan orang yang ingin memberikan suara hingga mengakibatkan kericuhan
Kementerian Kesehatan Catalan menyebutkan, setidaknya 844 orang terluka yang membutuhkan perawatan medis akibat aksi kepolisian Spanyol dalam referendum Catalunya. Dua korban paling parah dirawat di rumah sakit Barcelona.
Sementara itu, ada 12 petugas polisi yang terluka menurut Kementerian Dalam Negeri Spanyol. Tiga orang ditangkap karena ketidaktaatan dan menyerang petugas, demikian diwartakan The Guardian, Minggu (1/10/2017).
Sebuah video menunjukkan polisi memukul orang-orang di kerumunan dengan pentungan sementara pemilih menahan tangan mereka. Polisi kemudian menarik pemilih dari tempat pemungutan suara dengan rambut mereka. Bahkan, polisi Spanyol menyerang petugas pemadam kebakaran Catalan.
Meskipun pendukung pemungutan suara menekankan hak penentuan nasib sendiri secara politis, referendum Catalunya telah dilarang oleh pengadilan konstitusional Spanyol. Jutaan surat suara bahkan sudah disita sebelum pemungutan suara dilakukan.
Kementerian dalam negeri Spanyol mengatakan 336 pusat pemungutan suara, dari lebih dari 2.000 di seluruh wilayah, telah ditutup oleh polisi lokal dan nasional.
Carles Puigdemont, presiden wilayah tersebut, mengatakan bahwa Catalunya telah "mendapatkan hak untuk menjadi negara merdeka" setelah kericuhan dalam pemungutan suara hari itu.
"Pada hari harapan dan penderitaan ini, warga Catalunya telah mendapatkan hak untuk memiliki negara merdeka dalam bentuk republik.
"Pemerintah saya, dalam beberapa hari ke depan, akan mengirimkan hasil pemungutan suara ke parlemen Catalan, di mana kedaulatan rakyat kita terbengkalai, sehingga bisa bertindak sesuai dengan hukum referendum."
Juru bicara pemerintah daerah Catalan, mengatakan pada Senin (2/10/2017) bahwa 90% dari 2,26 juta warga memberikan suara “Ya” dan memilih untuk merdeka.
Puigdemont telah mendesak maju dengan referendum meskipun ada tentangan dari negara Spanyol, yang menyatakan bahwa poling tersebut ilegal, dan pengadilan tinggi di wilayah tersebut.
Terkait aksi kericuhan tersebut, dia mengatakan kepada orang banyak bahwa "kebrutalan polisi akan menghancurkan negara Spanyol selama-lamanya."
Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy yang berbicara pada hari Minggu malam, mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan apa yang harus dilakukan dan berterima kasih kepada polisi karena bertindak dengan "ketegasan dan ketenangan".
"Hari ini belum ada referendum penentuan nasib sendiri di Catalunya. Aturan hukum tetap berlaku dengan segenap kekuatannya," ucap Rajoy.
Human Rights Watch telah merilis sebuah pernyataan yang meminta pihak berwenang Spanyol untuk menghormati hak warga negara mereka dan menahan diri menggunakan kekuatan yang berlebihan.
Partai Buruh telah mengutuk kekerasan polisi. Emily Thornberry, sekretaris bayangan asing, mengatakan: "Tidak dapat diterima bagi pihak berwenang Spanyol untuk bereaksi berlebihan terhadap kejadian hari ini melalui tindakan polisi yang agresif dan penutupan pemungutan suara secara paksa."
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari