tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan tetap optimistis pertumbuhan bisnis di Indonesia akan terus bertumbuh meski resesi akan melanda ekonomi negara-negara di dunia sebanyak 40 persen. Sebab, Sri Mulyani melihat dari kinerja ekonomi di sejumlah negara maju yang masih lebih baik dari perkiraan.
“Baru tadi malam saya lihat dan baca Amerika Serikat kuartal IV-2022 memang melemah tapi tidak sedalam seperti yang diperkirakan. Kalau kita lihat Eropa juga saya lihat kondisi PMI-nya untuk manufaktur mereka sudah masuk ekspansi. Ini ada harapan," tutur Sri Mulyani pada acara kunjungan kerja di PT Samsung Electronics Indonesia, Cikarang, Jawa Barat, Jumat (27/1/2023).
"Waktu dilihat di 2022-2023 disampaikan IMF, dunia akan mengalami situasi yang kelam, tapi sekarang tone-nya sudah mulai I think is a little bit better [lebih baik]. Diakui 2023 memang merupakan tahun yang akan muncul ketidakpastian, downside risk-nya masih sangat besar, namun kita tidak boleh putus harapan," tambah Sri Mulyani.
Sri Mulyani yakin melalui upaya pertumbuhan bisnis tetap terjaga, pemerintah secara konsisten akan terus mendorong instrumen fiskal untuk mendukung pemulihan ekonomi dan bisnis.
"Perpajakan dalam hal ini bea dan cukai akan terus melakukan tugasnya. Di satu sisi, mencari penerimaan negara dan sisi lain memberikan fasilitas," imbuh Sri Mulyani.
Para pelaku usaha dan pemerintah diharapkan terus mempererat kolaborasi serta mampu menangkap sinyal anomali untuk dapat diartikan sebagai formula kebijakan yang tepat. Pemerintah melalui Bea Cukai, harus terus berupaya untuk mendukung dan bersinergi dengan para pelaku usaha dengan berbagai kebijakan strategis.
Kebijakan strategis tersebut diantaranya adalah memberikan fasilitas dan insentif di bidang kepabeanan, berupa pembuatan fasilitas Kawasan berikat (KB) serta kemudahan impor dalam tujuan ekspor (KITE).
Hal ini tidak lepas dari perwujudan tugas dan fungsi yang diemban Bea Cukai, yaitu sebagai trade facilitator dan industrial assistance. Khususnya, pada optimalisasi, utilisasi fasilitas kepabeanan untuk mendukung bisnis dan industri dalam negeri.
Usaha tersebut terbukti berhasil, dengan survei evaluatif yang Bea Cukai dapatkan pada 2022 dalam rangka meninjau kondisi perusahaan KB dan KITE pada 2021 yang menunjukkan catatan positif.
Berdasarkan hasil survei tersebut, kondisi dan kontribusi perusahaan KB dan KITE tahun 2021 secara umum lebih baik ketimbang pada 2020. Kondisi tersebut diharapkan menjadi acuan untuk membantu perusahaan penerima fasilitas dalam menghadapi krisis yang diprediksikan akan terjadi pada 2023.
Sebagai rincian, dari sisi tenaga kerja yang terlatih pada perusahaan KB telah meningkat sebesar 1 persen dan pada perusahaan KITE meningkat sebanyak 3%. Menilik 2021, penambahan investasi pada tahun tersebut meningkat di angka Rp103 miliar pada perusahaan KB dan Rp30,59 miliar untuk perusahaan KITE.
Selanjutnya, untuk indirect economic activity, pada 2021 terjadi peningkatan jumlah dan beberapa jenis usaha di sekitar perusahaan penerima fasilitas KB dan KITE secara regional. Peningkatan tersebut terlihat sangat besar pada jenis usaha akomodasi sebanyak 188,78 persen, sektor perdagangan mencapai 165,32 persen, makanan 173,62 persen dan transportasi 128,52 persen.
Peningkatan juga terlihat untuk fasilitas KB, peningkatan yang dialami meliputi sektor makanan sebanyak 66,52 persen, disusul transportasi di angka 55,58 persen, sektor perdagangan 35,04 persen dan akomodasi sebesar 24,64 persen.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Maya Saputri