tirto.id - Sebanyak 23 tentara Mesir tewas ketika dua bom mobil menghancurkan dua pos pemeriksaan militer yang terletak di Sinai Utara pada Jumat (8/7/2017), kata sumber keamanan setempat. Kelompok ISIS mengakui bertanggung jawab atas penyerangan tersebut.
Serangan itu menandai salah satu serangan paling berdarah terhadap pasukan keamanan selama beberapa tahun belakangan. Kedua mobil itu meledak di dua pos pemeriksaan di luar sebuah kawasan militer di Rafah selatan, perbatasan dengan Jalur Gaza, kata sumber keamanan setempat, seperti dikutip Antara, Sabtu (8/7/2017).
Dalam sebuah pernyataan, kelompok ISIS mengatakan bahwa para petempurnya menyasar pos tersebut, karena pihak militer sedang bersiap meluncurkan sebuah operasi melawan kelompok tersebut dari tempat itu. Sumber keamanan mengatakan selain 23 yang tewas, sebanyak 26 tentara lainnya terluka dalam serangan tersebut.
Serangan tersebut merupakan yang terburuk di Sinai sejak Juli 2015, ketika para petempur ISIS melakukan serangan serentak terhadap pos pemeriksaan dan lokasi militer di sekitar Sinai utara. Sedikitnya 17 tentara tewas, menurut sebuah penghitungan resmi.
Pemboman pada Jumat itu menghadirkan tantangan bagi presiden terpilih Abdel Fattah al-Sisi, yang menggambarkan militansi sebagai ancaman eksistensial dan menganggap dirinya sebagai sebuah kubu dalam melawan ekstremisme di wilayah yang dilanda kekerasan dan perang.
Sumber keamanan menggambarkan peristiwa Jumat itu sebagai sebuah serangan terkoordinasi, dengan meledakkan bom mobil pada pos pemeriksaan, sementara pelaku bersenjata dalam sebuah kendaaan berpenggerak empat roda, menembaki para tentara yang berlari untuk mencari tempat berlindung.
Para petempur dalam kendaraan lapis baja, menembakkan granat berpeluncur roket di lokasi militer, di luar wilayah pos pemeriksaan, kata sumber tersebut. Militer melakukan serangan balik segera setelah serangan tersebut, dengan mengerahkan jet tempur untuk membunuh lebih dari 40 petempur yang dicurigai terlibat dan menghancurkan enam kendaraan mereka, menurut sebuah video yang dikeluarkan oleh militer yang menunjukkan cuplikan serangan udara.
Pihak militer mengunggah foto lima petempur yang tewas, dengan baju berlumuran darah tergeletak di atas pasir. Gambar tersebut tidak menyebutkan nama satuan mereka. "Pasukan penegak hukum di Sinai utara berhasil menggagalkan serangan teroris di beberapa pos pemeriksaan di Rafah selatan," kata sebuah pernyataan militer.
Petempur ISIS melancarkan pemberontakan di wilayah Semenanjung Sinai yang jarang penduduknya. Mereka telah membunuh ratusan tentara dan polisi sejak 2013, ketika militer menggulingkan Presiden Mohamed Mursi setelah terjadinya demonstrasi massa melawan pemerintahannya.
Menanggapi serangan di Sinai, Perdana Menteri Sherif Ismail menekankan perlunya negara-negara untuk bersatu melawan mereka yang mendukung terorisme dan untuk "mengeringkan sumber pendanaan mereka," sebuah sindiran terhadap Qatar.
Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar bulan lalu dan saat ini memboikot negara Teluk Arab itu, mereka menuduhnya mendukung terorisme dan bersekutu dengan musuh kawasan, Iran. Qatar membantah tuduhan tersebut.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora