Menuju konten utama

13 Warga Rusia Dituding Terlibat Ikut Campur di Pilpres AS 2016

AS menuduh 13 warga Rusia turut campur dalam Pilpres AS 2016 untuk membantu kampanye Donald Trump.

13 Warga Rusia Dituding Terlibat Ikut Campur di Pilpres AS 2016
Donald Trump melambaikan tangan ke kerumunan setelah berbicara dalam sebuah demonstrasi yang menentang kesepakatan nuklir Iran di luar Capitol di Washington. AP/Susan Walsh.

tirto.id - Tiga belas warga Rusia didakwa terlibat ikut campur dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2016 di Amerika Serikat. Kelompok ini diduga berasosiasi membantu kampanye Donald Trump, menurut keterangan Jaksa Khusus Robert Mueller, pada Jumat (16/2/2018).

Dari perkembangan penyelidikan FBI, tiga di antara warga Rusia tersebut telah dituduh berkonspirasi untuk melakukan penipuan finansial via telekomunikasi dan lima orang telah dituduh melakukan pencurian identitas, seperti dikutip dari BBC.

Mueller menuduh operasi Rusia ini mengupayakan untuk “berkomunikasi secara tak sengaja dengan individu yang berasosiasi dengan kampanye Trump”. Namun dakwaan ini tak menyinggung pertanyaan apakah ada keterlibatan dari tim kampanye Trump yang diduga turut terlibat.

Selain itu, tiga perusahaan Rusia juga disebutkan dalam surat dakwaan setebal 37 halaman tersebut.

Salah satu perusahaan yang disebutkan dalam surat dakwaan adalah Internet Research Agency. Perusahaan yang berbasis di St Petersburg itu dituding "memiliki tujuan strategis untuk menyebarkan perpecahan dalam sistem politik AS, termasuk pemilihan presiden AS 2016".

Menurut keterangan Wakil Jaksa Agung AS, Rod Rosenstein, tidak ada tuduhan bahwa orang Amerika terlibat dalam “aktivitas ilegal ini” yang berakibat pada berubahnya hasil pemilihan presiden pada 2016 tersebut. Rosenstein menegaskan dakwaan ini tak berarti bahwa aktivitas operasi Rusia ini memiliki efek untuk mengubah hasil pemilu, dikutip dari The Guardian.

Beberapa poin penting dalam dakwaan tersebut menyebutkan sekelompok warga Rusia menyamar sebagai warga AS dan membuka rekening atas nama mereka. Dakwaan ini juga menyebutkan mereka menghabiskan ribuan dolar AS dalam waktu satu bulan untuk membeli iklan politik.

Kelompok ini juga dituduh telah membeli ruang server AS demi menyembunyikan afiliasi mereka terhadap Rusia. Aktivitas mereka mengorganisasikan sejumlah aksi politik di AS termasuk mengirim pesan politik di akun media sosial layaknya warga AS.

Bentuk keterlibatan lain kelompok ini ditengarai mempromosikan kampanye yang menjelek-jelekkan Hillary Clinton sebagai kandidat presiden saat itu.

Selain itu, dalam surat dakwaan dikatakan mereka yang terlibat secara sistematis mengukur seberapa efektif unggahan internet itu untuk disesuaikan dengan strategi mereka.

Trump dan Gedung Putih membantah tudingan Rosenstein dan menegaskan bahwa tidak ada praktik kolusi dalam kampanyenya dan hal itu tak mempengaruhi hasil Pilpres.

Pihak Rusia telah berulang kali menolak tuduhan mencampuri pemilihan presiden AS.

Baca juga artikel terkait PILPRES AS 2016 atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Hukum
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri