tirto.id - Data dari Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/ FAO) yang berada di bawah naungan PBB menunjukkan, makanan yang terbuang dan limbah makanan saat ini telah sampai tahap yang memprihatinkan.
Makanan yang saat ini terbuang di Eropa misalnya, dapat memberi makan 200 juta orang. Di Amerika Latin, makanan yang terbuang bisa memberi makan 300 juta orang.
Bahkan, menurut FAO, jika seperempat saja dari makanan yang saat ini terbuang secara global dapat diselamatkan, akan cukup untuk memberi makan 870 juta orang yang kelaparan di dunia.
Seperti dilansir dari laman FAO, berikut 10 fakta lain mengenai makanan yang terbuang dan limbah makanan:
1. Sekitar sepertiga dari makanan yang diproduksi di dunia untuk konsumsi manusia setiap tahun -- sekitar 1,3 miliar ton -- terbuang.
2. Kerugian makanan yang terbuang atau limbah makanan mencapai sekitar 680 miliar dolar AS di negara-negara industri dan 310 miliar dolar AS di negara-negara berkembang.
3. Negara industri dan negara berkembang membuang jumlah makanan yang hampir sama -- masing-masing 670 dan 630 juta ton.
4. Buah dan sayuran, serta umbi-umbian memiliki tingkat makanan yang terbuang dan limbah makanan paling tinggi
5. Kerugian kuantitatif secara global yang diakibatkan oleh makanan yang terbuang dan limbah makanan setiap tahunnya sekitar 30 persen untuk sereal, 40-50 persen untuk umbi-umbian, buah dan sayuran, 20 persen untuk minyak, daging dan susu, serta 35 persen untuk ikan.
6. Setiap tahun, konsumen di negara-negara kaya menghasilkan limbah makanan (222 juta ton) sama banyaknya dengan seluruh hasil produksi pangan di negara sub-Sahara Afrika (230 juta ton).
7. Sampah makanan per kapita yang dihasilkan oleh konsumen di Eropa dan Amerika Utara adalah antara 95-115 kg per tahun, sementara konsumen di sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara, masing-masing hanya membuang 6-11 kg per tahun.
8. Total produksi makanan per kapita untuk konsumsi manusia adalah sekitar 900 kg per tahun di negara-negara kaya, hampir dua kali lipat (460 kg per tahun) produksi makanan di daerah-daerah miskin.
9. Di negara berkembang, 40 persen kerugian terjadi pada tingkat pasca panen dan pengolahan, sementara di negara industri lebih dari 40 persen kerugian terjadi pada tingkat ritel dan konsumen.
10. Pada tingkat ritel sebagian besar makanan terbuang karena standar kualitas yang terlalu menekankan pada penampilan.
Menurut FAO, populasi perkotaan yang meningkat, perubahan pola konsumsi pangan dan globalisasi perdagangan telah membuat rantai pasokan makanan sangat kompleks dan panjang, yang memerlukan perubahan pola pikir dari cara tradisional untuk menangani penyebab makanan terbuang pada setiap tahap rantai pasokan makanan.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri