tirto.id - Anak Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Yenny Wahid mendesak aparat kepolisian agar tidak menggunakan tindakan represif dalam menangani sejumlah mahasiswa yang melakukan aksi demo menolak Revisi Undang-undang (RUU) di Gedung DPR/MPR, Jakarta Pusat.
"Mendesak kepada aparat untuk tidak menggunakan cara-cara yang represif dalam menangani aksi-aksi demo dan unjuk rasa di seluruh Indonesia. Termasuk juga di Papua," ujarnya saat di Kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (25/9/2019).
Dirinya pun menyarankan kepada aparat, dibanding menggunakan cara-cara represif, lebih baik mereka menggunakan pendekatan yang humanis dalam menangani unjuk rasa mahasiswa.
Pasalnya kata dia, penyampaian aspirasi mahasiswa dijamin di dalam Undangan-undang (UU).
"Hak mereka untuk merasa aman juga dijamin UU dan tidak menggunakan kekerasan sama sekali," tuturnya.
Kemudian, Yenny juga meminta kepada seluruh elemen bangsa untuk mengedepankan dialog dalam menyikapi berbagai macam dinamika politik.
"Termasuk kebuntuan-kebuntuan komunikasi, ini harus dicairkan kembali sehingga tidak ada letupan-letupan yang bisa mengakibatkan konflik-konflik. Utamanya konflik horizontal di tengah masyarakat," pungkasnya.
Budayawan Franz Magnis Suseno juga mengimbau kepada aparat keamanan tidak menggunakan cara kekerasan dalam menangani massa aksi mahasiswa yang menolak sejumlah RUU di depan Gedung DPR MPR.
Oleh karena itu, dirinya pun meminta kepada aparat kepolisian agar bisa menguasai diri dalam menghadapi massa aksi.
"Kita [masyarakat] biasa berjuang menggunakan demonstransi. Itu adalah usaha yang sangat wajar" ujarnya saat di Kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (25/9/2019).
Sementara itu, Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie juga mengimbau kepada aparat agar tidak menggunakan cara kekerasan lagi. Pasalnya, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar menyebut saat aksi demonstrasi kemarin terdapat banyak korban mahasiswa akibat bentrokan dengan aparat.
Salah satunya mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia, Faisal Amir mengalami pendarahan di kepala dan patah tulang saat aksi unjuk rasa di Gedung DPR/MPR. Ia pun menerangkan saat menjenguk, kondisi Faisal sudah kian membaik.
Jimly pun membantah beredarnya kabar Faisal yang meninggal akibat bentrokan yang terjadi antara mahasiswa dengan aparat.
"Kita juga jangan terpancing sama mahasiswa Al Azhar [Faisal Amir] yang meninggal. Itu hoaks. Saya sudah dari sana tadi. Mari kita menenangkan kembali suasana kita ini," terangnya.
Selanjutnya, dirinya juga mengimbau kepada para mahasiswa untuk mengehentikan dahulu demonstrasi hingga pelantikan legislatif pada tanggal 1 Oktober nanti. Lalu pelantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 20 Oktober nanti.
"Jangan sampai nanti ada yang nilai aksi nanti dinilai ditunggangi untuk menggagalkan presiden Jokowi," pungkasnya.
Baca juga:
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Irwan Syambudi