tirto.id - Isu keamanan di kawasan perbatasan Indonesia kembali mengemuka awal November lalu setelah kejadian penculikan WNI di perairan perbatasan Malaysia-Filipina. Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto akan mengerahkan personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk menjaga kawasan perbatasan.
"Indonesia punya garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, garis pantai ini yang menjadi perbatasan negara, tapi kalau dilihat kita lemah dalam penjagaan di sana," ujar Wiranto di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (17/1/2017), seperti diberitakan Antara.
Padahal, lanjutnya, daerah pinggiran itu yang menjadi pintu masuk narkoba dan barang-barang ilegal, bahkan juga teroris.
Oleh karena itu, Wiranto berencana mengirim pasukan TNI ke pulau-pulau terluar guna mencegah kejahatan masuk, dan untuk melindungi negara selayaknya fungsi TNI.
"Pinggiran itu, kalau tidak dijaga oleh kekuatan militer pasti rusak dan dinikmati pihak lain. Kalau sudah ada militer ini, mereka akan berpikir lagi, dan tidak bisa seenaknya masuk," jelasnya.
Mantan Panglima TNI ini juga menjelaskan ancaman yang dihadapi negara saat ini, bukan lagi terkait invasi militer atau pun aneksasi negara, namun sudah berpindah kepada ajaran terorisme, radikalisme, dan separatisme.
"Kalau kita masih mempertahankan TNI dengan kondisi seperti saat ini, padahal ancamannya sudah berbeda, maka akan membahayakan negara," tuturnya.
Mengenai persoalan keamanan di kawasan perbatasan ini, sebelumnya Pemerintah Indonesia, Malaysia dan Filipina menyatakan sepakat bekerjasama mewujudkan misi perburuan penculikan dan teroris yang melintas batas ketiga negara. Indonesia juga terlibat dalam mewujudkan kerjasama trilateral ini.
Penculikan terhadap WNI di perairan perbatasan Malaysia-Filipina terus terulang. Pemerintah Indonesia, Filipina, dan Malaysia masih mencari solusi terbaik untuk mencegah kasus ini terulang. Upaya mencapai kerja sama tiga negara terkendala soal kedaulatan.
Data yang dikumpulkan tim riset Tirto, sejak 2016 ada kurang lebih 53 kasus penculikan WNI di perairan laut oleh kelompok radikal bersenjata. Kelompok militan Abu Sayyaf Filipina menjadi pelaku yang paling sering melakukan kejahatan ini, sekurang-kurangnya ada 5 kali penculikan dengan jumlah korban penculikan sebanyak 27 orang.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri