Menuju konten utama

Warga Kampung Bayam Tinggal di Rusun Nagrak: Air & Listrik Bayar

Eks warga Kampung Bayam, Agus Riyanto (42), merasa cukup nyaman dengan fasilitas yang tersedia di Rusun Nagrak.

Warga Kampung Bayam Tinggal di Rusun Nagrak: Air & Listrik Bayar
Petugas keamanan berkoordinasi melalui radio di Rumah Susun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (15/6/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/nz.

tirto.id - Sudah tujuh hari Agus Riyanto (42) pindah ke Rumah Susun (Rusun) Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara. Eks warga Kampung Bayam itu merasa cukup nyaman dengan fasilitas yang tersedia di Rusun Nagrak.

Agus bersama sang istri dan ketiga buah hatinya pindah ke rusun itu pada 26 September 2023. Sebelumnya, Agus dan warga Kampung Bayam Lainnya tinggal di tenda yang didirikan di dekat Kampung Susun Bayam, Papanggo, Jakarta Utara.

Ia menyebutkan, ada sejumlah ruangan di unit kamar yang dihuninya, yakni dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, balkon, dan satu ruang tamu.

"Kalau di sini (unit kamar di Rusun Nagrak), itu dapatnya kosongan. Jadi, lemari, kasur, itu bawa sendiri. Pas saya masuk, yang ada cuma satu lampu saja," ungkap Agus melalui sambungan telepon, Senin (2/10/2023).

Biaya penggunaan air dan listrik ditanggung penghuni masing-masing. Camat setempat sempat memberikan uang Rp100 ribu untuk warga eks Kampung Bayam yang dipindah ke Rusun Nagrak. Uang ini diperuntukkan biaya penggunaan listrik.

Sementara ini, Agus mengaku belum mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan air. Pasalnya, biaya penggunaan air baru akan keluar setelah satu bulan pemakaian.

"Listrik seterusnya bayar sendiri, air juga. Masa pemakaian warga ditanggung pemerintah, ya kami sadar diri," sebut Agus.

Ia mengaku merasa cukup nyaman tinggal di Rusun Nagrak karena tempat tinggal sebelumnya hanya berupa tenda. Agus juga mengakui, ada sejumlah fasilitas umum yang disediakan untuk penghuni Rusun Nagrak.

Misalnya, ada bus sekolah untuk antar jemput anak-anak yang menghuni Rusun Nagrak, termasuk ketiga anak Agus. Namun, dua di antara tiga anak Agus harus pulang tanpa menggunakan bus sekolah.

Sebab, dua anak Agus pulang pukul 17.30 WIB. Sementara itu, bus sekolah hanya beroperasi hingga pukul 17.00 WIB.

"Dua anak saya kan masuknya siang, pulangnya agak malam. Jadi, mereka enggak pulang sama bus sekolah. Jadi, mereka pulang dijemput ibunya. Tapi, kalau pas (dua anaknya berangkat sekolah), itu tetap diantar pas siang," urai Agus.

Satu anak Agus yang masih duduk di bangku SD diantar dan dijemput menggunakan bus sekolah. Layanan bus sekolah itu tidak dipungut biaya alias gratis.

Kata Agus, selain layanan bus sekolah, fasilitas umum lain yang tersedia di Rusun Nagrak adalah masjid, lahan parkir, lift, dan lapangan. Fasilitas ini dapat diakses secara gratis.

Ia mengungkapkan, masih belum ada tempat khusus bagi para penghuni untuk berjualan di Rusun Nagrak. Rencananya, istri Agus hendak berjualan, jika memiliki modal.

"Kalau ada modal, ya maunya jualan. Bentuknya sebenarnya enggak usah kios, jualan di unit (kamar), kalau ada modal, juga enggak apa-apa. Kan soalnya boleh jualan di unit (kamar)," tutur Agus.

Di satu sisi, hal yang membuat Agus tak nyaman adalah soal ketersediaan angkutan umum di sekitar Rusun Nagrak.

Menurut dia, hanya ada layanan JakLingko yang beroperasi di sekitar rusun tersebut. Padahal, penghuni Rusun Nagrak lain juga membutuhkan angkutan umum untuk bermobilitas.

Meski ada JakLingko, angkutan umum ini juga memiliki waktu ketibaan yang cenderung lama.

"Kalau naik kendaraan umum buat ke (Rusun) Nagrak itu juga lama (durasinya). Kalau pakai kendaraan pribadi, itu sekitar satu jam dari Kampung Bayam. Di sana (sekitar Rusun Nagrak), itu juga macet akses jalannya," urai Agus.

Untuk diketahui, warga Kampung Bayam yang mendirikan tenda di dekat Kampung Susun Bayam dipindahkan sementara ke Rusun Nagrak.

Pemindahan ini dilakukan karena Jakarta International Stadium (JIS), yang berada tepat di samping Kampung Susun Bayam, hendak dijadikan lokasi penyelenggaraan Piala Dunia U-17 2023.

Baca juga artikel terkait WARGA atau tulisan lainnya dari Muhammad Naufal

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Muhammad Naufal
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Anggun P Situmorang