tirto.id - Beberapa tahun belakangan, Toyota adalah pemimpin dalam industri otomotif. Jutaan merek Toyota laris manis di pasar global. Belum ada yang mampu menggeser posisinya sebagai pemimpin. Namun tahun ini, Toyota harus menelan pil pahit dan merelakan posisinya ditempati oleh Volkswagen.
Ini tentunya menjadi kabar baik bagi Volkswagen yang sebelumnya dihantam masalah skandal emisi diesel yang membuat Volkswagen harus membayar sejumlah denda sebesar $46 juta. Di tengah keterpurukan itu, Volkswagen malah menorehkan angka penjualan fantastis secara global.
Berdasarkan laporan penjualannya dari Januari hingga September 2016, Volkswagen berhasil menjual 7,61 juta unit atau meningkat 2,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan sang jawara tahun lalu yakni Toyota mengukuhkan penjualan 7,53 juta unit di periode yang sama atau lebih rendah 80 ribu dari Volkswagen. Pertumbuhan Toyota secara global pun hanya 0,4 persen dari tahun sebelumnya.
Kenaikan penjualan pada merek Audi, Porsche, dan Skoda adalah pendongkrak penjualan Volkswagen. Audi terjual sebanyak 1,4 juta unit secara global, atau tumbuh 4,5 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan Skoda, hingga September sudah terjual sekitar 840 ribu unit. Melonjak naik sebesar 6,2 persen dari tahun sebelumnya. Porsche juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni 3,0 persen. Hanya merek Bugatti yang mengalami penurunan penjualan yakni 94,7 persen.
Dominasi penjualan Volkswagen di pasar otomotif global didukung oleh peningkatan pasar otomotif Cina yang menjadi pasar utama Volkswagen. Pasar otomotif Cina menanjak naik 24 persen pada Agustus lalu. Pertumbuhan penjualan ini didorong oleh adanya kebijakan peringanan pajak yang diberlakukan oleh pemerintah Cina.
Total penjualan Volkswagen di Cina hingga September ini saja mencapai 2,8 juta unit atau naik 11 persen dari tahun sebelumnya. Di negeri Tirai Bambu itu, perbandingannya adalah setiap Toyota menjual satu unit, Volkswagen menjual tiga unit.
Selain di Cina, pasar terbesar Volkswagen adalah Jerman yang juga sebagai negara asal merek ini. Hingga September ini, penjualan di negara tersebut sudah mencapai 877 ribu unit. Pasar ketiga Volkswagen yaitu Amerika Serikat. Tapi penjualan Volkswagen di negara ini kalah dari Toyota. Volkswagen hanya berhasil menjual 425 ribu sedangkan Toyota berhasil menjual 1,8 juta unit.
Amerika memang salah satu pasar terbesar Toyota, tentu selain Jepang. Namun torehan penjualan Toyota di Amerika tak secemerlang Volkswagen di Cina. Itu disebabkan pasar otomotif di Amerika yang sedang lesu, seiring melambatnya pertumbuhan permintaan mobil baru. Riset dari Autodata Corp mengungkapkan penjualan mobil pada September turun 0,6 persen. Sehingga, jika dibandingkan, penjualan Toyota di pasar utamanya terpaut 1 juta unit dengan pasar utama Volkswagen.
Analisis dalam laporan Automotive News Europe juga menjelaskan menurunnya penjualan Toyota disebabkan gangguan pemasok komponen produksi. Pada Februari lalu misalnya, pabrik pemasok baja untuk Toyota berhenti berproduksi selama sepekan karena ledakan. Beberapa pekan kemudian, pemasok lain terganggu karena bencana gempa di Jepang.
Berorientasi Pelanggan
Peningkatan penjualan Volkswagen tahun ini juga tak lepas dari strategi perusahaan tersebut. Volkswagen kini fokus pada konsumen atau permintaan pasar. Apa yang diinginkan pasar itu yang akan mereka produksi. Di pasar Cina misalnya, Volkswagen mulai merambah segmen mobil listrik. Ini tak lepas dari Cina yang kini gencar memproduksi kendaraan dengan sumber energi alternatif. Cina juga menyumbang sepertiga penjualan kendaraan listrik secara global.
Peluang ini tak dilewatkan Volkswagen. Dengan cepat Volkswagen mulai menjalin kerja sama dengan perusahaan Jianghui Automobile China (JAC). Volkswagen dan JAC bekerja sama memproduksi baterai listrik untuk kebutuhan mobil listrik kedua perusahaan tersebut. Volkswagen kini sedang menyiapkan 30 model terbaru kendaraan listrik yang diklaim akan diluncurkan hingga 2025. Bahkan produsen mobil ini menentukan target untuk dapat menjual 1 juta unit pada 2025 yang masuk dalam 'Together - Strategy 2025' Volkswagen.
Perusahaan Jerman itu sadar bahwa berada di pasar Asia terutama Cina membuat mereka harus bergerak cepat jika tak ingin pelanggannya pergi ke merek lain. Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan riset Bain & Company pada 2014, merek di Cina harus terus berjuang untuk memenangkan pelanggan baru karena kurangnya loyalitas dari konsumen.
Berbeda dengan di AS. Menurut GoodCarBadCar.net, konsumen Amerika kini memilih mobil yang menawarkan campuran dari kehandalannya, nilai, dan kepraktisannya. Ini kemudian yang membentuk loyalitas konsumen pada suatu brand otomotif di Amerika. Namun kesetiaan itu tak didapatkan oleh Volkswagen, melainkan untuk produk Toyota. Itu semua membuat penjualan Volkswagen di Amerika tak secemerlang di Cina. Maka, Volkswagen kini berusaha memenuhi keinginan konsumen Amerika agar dapat bangkit di pasar otomotif negara itu.
“Program kami di masa depan 'Together – Strategy 20125' akan membuat Volkswagen Grup akan lebih fokus, efisien, inovatif, berorientasi pelanggan dan sistem yang diarahkan untuk menghasilkan pertumbuhan yang menguntungkan. Tujuan kami untuk menciptakan nilai bagi seluruh stakeholders. Ini hanya dapat dicapai bersama dengan karyawan kami, pelanggan, pemegang saham dan mitra bisnis, dengan menyadari tanggung jawab kami terhadap masyarakat dan lingkungan,” kata CEO Volkswagen Matthias Muller, menurut laporan volkswagenag.com.
Memperhatikan keinginan konsumen atau pasar memang hal penting bagi sebuah produsen. Namun Volkswagen sepertinya masih harus terus bekerja keras dalam menggaet konsumen mengingat margin penjualan hanya 80 ribu antara Volkswagen dan Toyota.
Para analis juga memberi saran kepada Volkswagen untuk melakukan perbaikan signifikan dalam produktivitas dan profitabilitas dalam tubuh Volkswagen. Itu jika mereka ingin merajai industri otomotif global. Sebab, tak menutup kemungkinan Toyota akan menyalip kembali Volkswagen di waktu mendatang, bahkan dalam dua bulan terakhir di tahun ini.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Maulida Sri Handayani