Menuju konten utama

Upaya Mencegah Kematian Media Cetak

Media cetak masih semangat untuk mencari inovasi di era serba digital. Kolaborasi Microsoft dan Pioneer jadi contohnya. Persoalannya, apakah mereka bakal mengukir kesuksesan?

Upaya Mencegah Kematian Media Cetak
Ilustrasi membaca iklan koran. GETTY IMAGES

tirto.id - Perusahaan teknologi, Microsoft melangkah berani dengan menggandeng perusahaan media Pioneer News Group. Mereka berkolaborasi mengelola media cetak dengan model bisnis yang baru.

Saking seriusnya, keduanya menawarkan tablet Windows 8 inci secara gratis, yang berisi berita versi digital kepada para pelanggan Pioneer, yang merupakan media asal Seattle, Amerika yang mencakup 23 koran dan mingguan di Washington, Oregon, Idaho, Montana, dan Utah.

Konten berita pada tablet sama persis yang diproduksi Pioneer dalam versi cetak. Bagi konsumen yang berlangganan selama setahun akan mendapat suplai koran edisi Minggu. Para pelanggan hanya akan dibebankan biaya langganan sebesar $15 per bulan atau sekitar Rp203 ribu.

Mereka juga mencoba melengkapi upaya digitalisasi produk dengan memberikan sebuah aplikasi bernama uReporter. Aplikasi ini diciptakan agar para pembaca ikut berpartisipasi melaporkan berita dari lapangan. Model bisnis ini memberi peluang kepada pelanggan agar tidak hanya pasif sebagai pembaca tetapi juga aktif dalam berkontribusi pada korannya.

"Orang masih membutuhkan koran sebagai sumber informasi dan ini masih berharga," kata CEO Pioneer Eric Johnston seperti dikutip dari laman resmi Microsoft.

"Jika kita tetap bisa melibatkan pembaca, di sanalah cara koran mempertahankan dirinya sebagai bagian penting dari masyarakat.”

Kolaborasi Microsoft dan Pioneer pada bisnis media cetak bisa dibilang sangat berani. Alasannya, catatan dari Pew Research Center, di Amerika saja jumlah koran harian terus turun hingga 100 koran sejak 2004. Di sisi lain, beralihnya pembaca ke berita berformat digital tentu berpengaruh kepada porsi kue iklan media cetak.

Infografik Iklan Koran revisi

Redupnya Media Cetak

Fenomena media-media cetak di AS yang tutup juga terjadi di belahan dunia lainnya. Ini sangat beralasan, karena kenyataan dapur iklan media cetak secara global mengalami tren penurunan. Menurut data Statista, pendapatan iklan media koran 2009 masih mencapai $84 miliar, dalam tempo lima tahun pada 2014 turun menjadi $73 miliar, bahkan diperkirakan tahun ini hanya mencapai $70 miliar, lalu stagnan hingga beberapa tahun ke depan.

Kemerosotan pendapatan iklan media cetak secara global sedikit tercermin di Tanah Air. Berdasarkan data Nielsen Advertising Information Services 2015, pertumbuhan belanja iklan koran di kuartal IV-2015 memang tumbuh sebesar 1 persen, tapi secara angka pertumbuhan tahunan juga mengalami penurunan 4 persen. Pada periode Januari-Maret 2016 belanja iklan koran masih tumbuh sebesar 1 persen, sedangkan untuk majalah atau tabloid stagnan dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Namun, data Nielsen lain juga mengungkapkan ada penurunan jumlah koran di Indonesia. Pada 2012 misalnya, 102 koran dalam perhitungan lembagai survei ini, lalu hingga kuartal I-2016, hanya terhitung 99 koran di Indonesia. Tahun lalu beberapa media cetak seperti Sinar Harapan, Harian Bola, Jakarta Globe, dan Koran Tempo Minggu menghentikan penerbitannya. Selain koran, jumlah majalah juga menyusut. Pada 2012 masih ada 162 majalah, tapi pada kuartal I-2016 hanya tersisa 123 majalah.

"Iklan di media cetak tetap stabil walaupun ada saturasi industri yang menyebabkan jumlah media cetak berkurang," ujar Direktur Media Nielsen Indonesia, Hellen Katherina, dikutip dari situs resmi Nielsen.

Langkah berani Microsoft dan Pioneer untuk membangun model bisnis baru media cetak perlu diapresiasi dalam menghadapi kenyataan kondisi ceruk iklan media cetak global yang meredup. Hanya waktu yang bisa membuktikan langkah keduanya bisa menuai sukses atau sebaliknya.

Baca juga artikel terkait IKLAN atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Marketing
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra